Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) atau renewable energy menjadi solusi. Bahan bakar fosil yang digunakan sebagai pembangkit listrik digantikan dengan dan sumber energi yang tak pernah habis dan ramah lingkungan. Sumber energi ini seperti angin, ombak, dan panas matahari.
Selama proses transisi ini, perempuan juga memiliki peranan yang penting dalam upaya global mencapai keberlanjutan energi dan mengatasi perubahan iklim. Jika sebelumnya perempuan memiliki tanggung jawab signifikan dalam mengelola penggunaan energi rumah tangga, maka saat ini perempuan juga perlu dilibatkan dalam pengambilan keputusan mengenai energi terbarukan.
Namun, saat ini perempuan masih kurang terwakili di sektor energi, terutama di posisi kepemimpinan dan teknis. Padahal inklusi perempuan dalam industri energi dapat memperkaya pengambilan keputusan dan memperkuat kebijakan energi.
Beberapa program dan inisiatif telah diluncurkan untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam sektor energi ini. Misalnya melalui pendidikan STEM (science, technology, engineering, mathematics) maupun pelatihan keterampilan kerja. Dengan memberikan kesempatan yang setara kepada perempuan untuk berkarir di sektor energi, maka akan tercipta kesetaraan gender di sektor energi.
Lebih jauh lagi, perempuan memainkan peran penting dalam advokasi dan penggerak komunitas untuk mendukung transisi energi. Perempuan bisa terlibat aktif dalam gerakan lingkungan dan mempromosikan kebijakan energi bersih. Misalnya, memperkenalkan program panel surya kepada masyarakat yang tinggal di daerah terpencil.
Perempuan juga perlu berada di barisan terdepan dalam menuntut perubahan dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya energi terbarukan. Perempuan bisa menjadi teladan dalam praktik-praktik hemat energi. Hal ini akan mengubah pola pikir dan perilaku dalam jangka panjang.
Dengan memberdayakan perempuan dan mendukung peran mereka dalam transisi energi ini, maka akan tercipta perubahan yang lebih cepat dan efektif menuju masa depan yang lebih berkelanjutan dan adil bagi semua.
Kolaborasi antara pemangku kepentingan perlu dilakukan dalam implementasi transisi energi adil. Seperti yang dilakukan oleh Oxfam, organisasi internasional yang fokus pada isu keadilan sosial, yang turut mendukung transisi energi adil dan keterlibatan peran perempuan di dalamnya.