Mohon tunggu...
Daniel Mashudi
Daniel Mashudi Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer

https://samleinad.com E-mail: daniel.mashudi@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Rumah Trembesi

6 Februari 2024   14:49 Diperbarui: 6 Februari 2024   14:55 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanpa pohon peneduh, rumahku menjadi gersang dan panas. Apesnya lagi musim kemarau tahun lalu begitu menyengat, bahkan tercatat sebagai tahun terpanas dalam sejarah. Para ahli bilang, suhu pada tahun 2023 melebihi suhu pada periode mana pun setidaknya dalam 100.000 tahun terakhir.

Musim kemarau tahun 2023 juga bertambah panjang sebagai dampak dari perubahan iklim global. Bulan Oktober yang biasanya sudah masuk ke musim penghujan, nyatanya masih saja terasa menyengat. Hujan baru turun pada November.

Hal-hal buruk itu terjadi karena perbuatan manusia sendiri. Kita terus melepaskan gas rumah kaca seperti karbon dioksida atau CO2 ke atmosfer dalam jumlah yang sangat besar.

Perlu langkah antisipasi untuk menjaga lingkungan sustainable. Dimulai dari diri sendiri. Dimulai dari rumah kecilku.

Pekan lalu aku berniat menanam lagi sebuah pohon di depan rumah. Aku mulai memikirkan pohon apa yang bisa menjadi peneduh, sekaligus menyerap karbon dioksida dalam jumlah besar.

Dari beberapa referensi yang kutemukan, trembesi mampu menyerap karbon dioksida dalam jumlah besar. Jumlah CO2 yang bisa diserap hingga 28.488 kilogram per tahun.

Ah, ternyata ini alasannya kenapa aku dulu ingin punya rumah trembesi. Pohon trembesi rupanya bisa menyerap banyak karbon dioksida, sehingga udara menjadi segar.

Tak hanya trembesi, pohon-pohon lain juga bisa menyerap CO2 dalam jumlah besar. Seperti cassia (5.295 kg/tahun), kenanga (756,59 kg/tahun), beringin (535,90 kg/tahun), matoa (329,76 kg/tahun), mahoni (295,73 kg/tahun), dan lainnya.

Dari sekian banyak pohon, aku memilih  pohon matoa. Aku suka buahnya yang memiliki aroma dan rasa khas rambutan, lengkeng dan durian.

Di lokapasar, banyak toko yang menjual bibit matoa. Aku pun memesannya, lima ribuan rupiah saja harganya.

Pesananku datang pagi tadi. Bibit matoa setinggi 30 cm itu segera aku tanam di depan rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun