Kembali ke kedai kopi. Saat masuk, aku melihat sederet toples kaca di atas meja yang berisi biji-biji kopi matang. Di dinding sebelah kanan depan ada rak yang memajang beberapa kemasan produk kopi bubuk.
Pemilik kedai ini bernama Muhammad Azharudin Maulana Lutfi, biasa dipanggil Aan. Ia menyambut kami, kemudian menyodorkan buku menu. Aku memilih menu kopi tubruk.
Aan kemudian menyiapkan pesanan. Ia mengambil setakaran biji kopi yang telah diroasting dan memasukkannya ke grinder. Output bubuk kopi ditampung ke dalam sebuah gelas beling.
Sejurus kemudian Aan menuangkan air panas dari cerek ke dalam gelas. Aroma harum menguar dari gelas berukuran 250 mililiter itu. Sembari menemaniku yang tengah menyeruput kopi Jrahi, Aan berbagi pengalaman tentang bisnis kopinya ini.
Aan mencoba bisnis kopi pada tahun 2019 saat ia masih berstatus sebagai mahasiswa Udinus Semarang. Waktu itu dosennya memberi tugas kepada mahasiswa untuk mencari ide bisnis serta menjalankannya.
Karena Desa Jrahi sebagai penghasil kopi, Aan terpikir untuk berjualan kopi. Ia memberi nama bisnisnya Kopi Kampoeng Jrahi.
Aan mulai menjual produk kopi Jrahi ke toko-toko dan kafe kopi yang ada Kabupaten Pati. Produknya tak langsung bisa diterima oleh konsumen.
Aan kemudian melakukan inovasi dari cara meroasting tradisional ke cara modern, hingga menemukan cara yang pas untuk menghasilkan produk kopinya.
Kopi dari Desa Jrahi berjenis robusta, arabika, dan liberika. Kopi liberika berasal dari Liberika, Afrika Barat, yang dibawa masuk ke Indonesia pada abad ke-19. Ukuran biji kopinya yang besar membuat kopi liberika disebut juga dengan kopi nangka.
Dari tiga jenis kopi tersebut akan tercipta beberapa varian produk kopi bubuk berdasarkan kondisi buah kopi saat dipetik, proses penjemuran, roasting, dan sebagainya. Varian produk UMKM Kopi Kampoeng Jrahi antara lain Jrahi robusta natural, Jrahi liberika/kopi nangka natural, Jrahi peaberry/lanang natural, Jrahi arabica natural, dan Jrahi robusta wine/fermentasi.