Mohon tunggu...
Daniel Mashudi
Daniel Mashudi Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer

https://samleinad.com E-mail: daniel.mashudi@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

PON XX Papua: Mentari Harapan Baru dari Timur

28 Juli 2021   22:24 Diperbarui: 28 Juli 2021   22:57 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Kemeterian PUPR

Sumber: Kemeterian PUPR
Sumber: Kemeterian PUPR

Papua pun melahirkan orang-orang hebat lainnya di dunia olahraga. Waktu kecil aku mengenal ada nama besar Rully Nere. Ia adalah gelandang timnas sepakbola yang begitu piawai menggiring si kulit bundar. Ia ikut sukses membawa Indonesia meraih medali emas sepakbola SEA Games 1987.

Aku ingat waktu itu Indonesia mengalahkan Malaysia di partai final di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Gol tunggal kemenangan timnas dicetak oleh almarhum Ribut Waidi, pemain dari Pati. Bola menyusur tanah yang disepak Ribut  tak mampu ditangkap oleh kiper dari negeri jiran.  120 ribu  penonton di SUGBK bersorak menyambut gol itu. Sementara di kampung kecil berjarak 500 kilometer dari Jakarta, aku bersorak menyaksikan kemenangan timnas dari layar tv hitam putih.

Setelah SEA Games 1987 dan 1991, hingga kini Indonesia belum pernah lagi menjadi juara sepakbola di Asia Tenggara. Bahkan ketika aku berkesempatan melihat secara langsung final sepakbola SEA Games 1997 di Jakarta, Indonesia kalah adu penalti dari Thailand. Dalam dua dasawarsa terakhir, gelar juara umum SEA Games menjadi barang langka yang sulit direbut oleh Indonesia. Sangat disayangkan!

Selain Rully, nama-nama lain dari Papua juga memiliki sumbangsih besar terhadap olahraga nasional. Seperti Lisa Rumbewas, Boaz Salossa, dan nama lain. Mereka atlet-atlet perkasa yang lahir dan ditempa secara fisik dan mental oleh gunung, bukit, lembah, danau, dan laut di Papua.

Februari 2020 lalu, Menpora memastikan Papua siap menyelenggarakan PON XX ini. PON kali ini menjadi perpaduan olahraga, keindahan alam, dan budaya Papua. Aku berandai-andai bisa melihat secara langsung PON ke-20 ini. Menyaksikan sendiri betapa serunya duta-duta terbaik olahraga nasional bertanding dan berlomba. Pun melihat kemegahan Stadion Lukas Enembe dan Jembatan Youtefa, serta keindahan Lembah Baliem, Danau Sentani, dan Teluk Cendrawasih.

Dua satwa asli Papua menjadi maskot PON. Ada Drawa si burung cendrawasih, dan Kangpho si kangguru pohon. Cendrawasih dijuluki burung surga karena warna-warni bulunya yang indah. Sementara kangguru pohon punya warna bulu yang menarik, coklat muda dan kuning keemasan.

Namun, PON XX harus diundur karena pandemi. Seperti even besar Piala Eropa dan Olimpiade 2020, PON XX juga mundur ke tahun 2021. Sebanyak 37 cabang olahraga dipertandingkan dan dilombakan pada 2-15 Oktober nanti.

PON XX berbeda dan spesial karena dilaksanakan di tengah pandemi. Tentunya ada tantangan besar dalam pelaksanaan ajang olahraga nasional terbesar pertama di tengah pandemi ini.

Tantangan pertama yaitu kesehatan. Setiap orang yang terlibat dalam ajang ini harus divaksinasi. Atlet, tim ofisial, wasit, panitia, volunteer, keamanan, staf hotel dan penginapan, semua yang terlibat secara langsung di PON XX harus sudah mendapat vaksin Covid-19. Jangan sampai PON menjadi klaster baru penyebaran Covid-19. Kita bisa belajar dari penyelenggaraan Olimpiade Tokyo 2020 yang tengah berlangsung.

Kedua, tantangan keamanan. Isu-isu keamanan yang melibatkan TNI-Polri dan kelompok bersenjata beberapa waktu lalu, tidak boleh terjadi. Harus ada jaminan keamanan, sehingga setiap atlet bisa bertanding dengan rasa tenang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun