Mohon tunggu...
Daniel Mashudi
Daniel Mashudi Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer

https://samleinad.com E-mail: daniel.mashudi@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Sirup, Sebuah Kemewahan Masa Kecil

6 Mei 2020   22:34 Diperbarui: 6 Mei 2020   22:37 3930
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sirup identik dengan Ramadan dan Lebaran. Bahkan ada yang berkata, jika iklan sirup sudah muncul di tivi maka tandanya bulan puasa sudah dekat.

Sudah semacam tradisi, produk-produk tertentu akan memasang iklan lebih intens saat bulan puasa dan lebaran. Mulai dari sarung, biskuit, juga sirup. Masing-masing produk akan menampilkan iklan dalam kreativitas masing-masing.

Iklan sirup muncul berulang-ulang, pada jeda iklan yang  ada di antara segmen-segmen siaran berita atau sinetron. Iklan sirup di layar kaca ini selalu menarik perhatian.

Sirup Marjan misalnya, mengemas iklan dalam balutan cerita atau adegan yang bagus. Yang terbaru, kisah Lutung Kasarung dan Dewi Purbasari yang diangkat sebagai latar belakang.

Pertama kali melihat, orang mungkin mengiranya sebagai potongan adegan film laga. Ada adegan terbang dengan setting hutan, begitu mirip kisah-kisah pendekar di film laga. Hingga akhirnya kedua tokoh dalam adegan tersebut minum, barulah pemirsa sadar bahwa itu adalah sebuah iklan dari Marjan, sirup terfavorit di bulan Ramadan. Rasa manis dan segar yang ditawarkan dalam segelas minuman, menjadi daya pemikat tersendiri sebagai menu berbuka puasa.

Saat ini produk sirup bukanlah barang istimewa bagi masyarakat. Satu-dua botol sirup biasa tersimpan di dalam kulkas, yang bisa segera dikonsumsi saat dibutuhkan. Namun tidak demikan saat 30 tahun lalu, saat saya masih seorang bocah.

Di tahun 1980'an, sirup produksi pabrik bukanlah barang yang gampang ditemukan. Belum ada minimarket sebanyak saat ini. Toko atau warung yang ada juga masih satu dua saja, dan jarang ada sirup yang dipajang di rak barang dagangan.

Entah berapa harga sebotol sirup waktu itu. Jarang sekali orang membeli sirup. Kalaupun ada, biasanya saat menjelang lebaran saja. Sebotol sirup buatan pabrik seakan menjadi kemewahan tersendiri.

Membuat sirup lazim dilakukan masyarakat, untuk dihidangkan saat hari lebaran. Saya masih ingat ketika saya pernah membeli biang sirup frambozen dan pewarna merah, yang selanjutnya digunakan ibu untuk membuat sirup.

Repot, tentu saja. Namun dengan membuat sirup sendiri, biaya yang dibutuhkan menjadi lebih sedikit daripada membeli sirup buatan pabrik. Soal penampilan dan rasa, ya tentu saja berbeda. 

Sirup frambozen buatan rumah si A akan berbeda penampilan dan rasanya dari sirup frambozen buatan rumah si B. Tidak jadi masalah, yang penting ada sirup untuk lebaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun