Atau, dengan mengubah jam tidur. Gelaran Piala Eropa atau Piala Dunia biasanya berlangsung dalam waktu satu bulan. Untuk menyiasatinya, tidurlah lebih awal sekitar jam 8-9 malam. Kemudian baru bangun dini hari untuk menyaksikan siaran bal-balan tersebut.
Masih banyak penyebab meriang yang lainnya. Misalnya setelah imunisasi (pada bayi), karena efek samping minum obat-obatan, hingga sedang terkena penyakit sepeti demam berdarah, tipus, dan lainnya.
Selain kondisi-kondisi di atas, meriang kerap juga dialami oleh orang yang tengah berpuasa. Seperti saat puasa Ramadan sekarang ini. Saat berpuasa, tubuh kita bisa mengalami dehidrasi. Dalam situasi dehidrasi tersebut, tubuh akan berupaya mengimbanginya dengan mengurangi pengeluaran cairan. Hal ini menimbulkan terjadinya konstriksi (penyempitan) pori-pori kulit, yang akan berdampak pada naiknya suhu tubuh.
Untuk mengatasinya, kita harus minum air putih dalam jumlah yang cukup. Kita perlu minum 6-8 gelas air setiap hari. Saat bulan puasa, kita bisa mengaturnya yaitu dengan membagi 6-8 gelas tersebut saat sahur, berbuka puasa, dan sebelum tidur di malam hari. Bila perlu, tambah dengan suplemen atau multivitamin supaya ibadah puasa tetap lancar.
Selain faktor-faktor fisik, meriang juga bisa disebakan oleh faktor psikis. Misalnya karena memendam perasaan rindu terhadap seseorang yang dicintai. Untuk jenis ini, meriangnya adalah merindukan kasih sayang.
Ada penelitian yang menunjukkan bahwa jatuh cinta berhubungan dengan dopamine, suatu hormone yang memengaruhi rasa sakit, bahagia, dan hasrat. Produksi dopamine juga memengaruhi hormone serotonin yang mengendalikan tingkat stress, suasana hati, dan nafsu makan.
Karenanya, berjauhan dengan orang yang dicintai bisa terasa berat. Seolah-olah kita merasa tidak enak badan, dan perasaan menjadi ambyar. Untuk meriang jenis ini (merindukan kasih sayang), cara mengatasinya tidak sulit. Ambillah telepon pintar, hubungi dan berbincanglah dengan sang tercinta.
Cara lainnya, bisa mendengarkan atau mendendangkan lagu. Misalnya lagu-lagu campursari-nya Didi Kempot. Dijamin, akan semakin ambyar, he he hee.
Yuk, kita nyanyi dulu!
Koyo ngene rasane wong nandang kangen
Rino wengi atiku rasane peteng
Tansah kelingan kepingin nyawang
Sedelo wae uwis emoh tenan
(Lagu "Pamer Bojo" - Didi Kempot)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H