Mohon tunggu...
Daniel Mashudi
Daniel Mashudi Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer

https://samleinad.com E-mail: daniel.mashudi@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Meriang, Tak Sekadar Merindukan Kasih Sayang

28 April 2020   18:43 Diperbarui: 28 April 2020   18:34 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Orang mengenalnya dengan istilah meriang, atau demam. Ada juga yang menyebut tidak enak badan. Di Jawa, disebut dengan nggreges.

Kondisi ketika suhu tubuh berada di atas angka 38 derajat Celcius ini sering dialami banyak orang. Secara keilmuan, kondisi tersebut terjadi karena sistem kekebaan tubuh sedang berjuang melawan infeksi, bisa diakibatkan serangan virus, bakteri, atau parasit.

Penyebabnya beragam. Karenanya, cara mengatasinya juga beragam.

Pertama, meriang terjadi karena terpapar suhu dingin. Misalnya ketika kehujanan saat berada di perjalanan, berenang atau mandi terlalu lama.

Bagi pengendara sepeda motor, pasti pernah mengalami kehujanan ketika sedang di tengah perjalanan. Bisa saja karena hujan turun tiba-tiba sebelum kita sempat mengenakan mantel hujan atau mencari tempat berteduh.

Biasanya saat mengalami meriang seperti ini, yang saya lakukan setelah sampai di rumah yaitu mengganti pakaian dengan baju yang tebal dan hangat, minum air hangat, lalu beristirahat. Beberapa jam kemudian, badan sudah terasa enak.

Kedua, meriang karena aktivitas yang ekstrim. Misalnya hiking, naik gunung, atau lari marathon. Saya sendiri hampir selalu mengalaminya saat mengikuti lari marathon yang biasanya saya tempuh dalam waktu sekitar 7 jam. Setelah finish, biasanya otot terasa pegal dan suhu tubuh naik.

Cara mengatasinya, saya akan makan dan minum dalam jumlah yang lebih dari biasanya untuk menggantikan kalori dan cairan tubuh yang hilang. Setelah itu, istirahat (tidur) untuk memulihkan tubuh. Usahakan kondisi tempat tidur senyaman mungkin sehingga tidurnya benar-benar berkualitas.

Ketiga, karena begadang atau kurang tidur. Bagi penggemar sepakbola, meriang seperti ini sering dialami. Banyak siaran langsung sepakbola yang ditayangkan malam atau dini hari, misalnya Piala Dunia, Liga Champion, atau Piala Eropa.

Demi menyaksikan tim dan pemain idola yang sedang bermain, kegemaran ini harus dibayar dengan mengorbankan jam-jam tidur. Alhasil, keesokan harinya jadi mengantuk dan kadang juga meriang.

Untuk meriang jenis ini, cara mengatasinya dengan mengganti jam tidur yang dipakai sebelumnya. Tentunya tidak dianjurkan tidur saat jam kerja di kantor, ya. Bisa dimarahi atasan!

Atau, dengan mengubah jam tidur. Gelaran Piala Eropa atau Piala Dunia biasanya berlangsung dalam waktu satu bulan. Untuk menyiasatinya, tidurlah lebih awal sekitar jam 8-9 malam. Kemudian baru bangun dini hari untuk menyaksikan siaran bal-balan tersebut.

Masih banyak penyebab meriang yang lainnya. Misalnya setelah imunisasi (pada bayi), karena efek samping minum obat-obatan, hingga sedang terkena penyakit sepeti demam berdarah, tipus, dan lainnya.

Selain kondisi-kondisi di atas, meriang kerap juga dialami oleh orang yang tengah berpuasa. Seperti saat puasa Ramadan sekarang ini. Saat berpuasa, tubuh kita bisa mengalami dehidrasi. Dalam situasi dehidrasi tersebut, tubuh akan berupaya mengimbanginya dengan mengurangi pengeluaran cairan. Hal ini menimbulkan terjadinya konstriksi (penyempitan) pori-pori kulit, yang akan berdampak pada naiknya suhu tubuh.

Untuk mengatasinya, kita harus minum air putih dalam jumlah yang cukup. Kita perlu minum 6-8 gelas air setiap hari. Saat bulan puasa, kita bisa mengaturnya yaitu dengan membagi 6-8 gelas tersebut saat sahur, berbuka puasa, dan sebelum tidur di malam hari. Bila perlu, tambah dengan suplemen atau multivitamin supaya ibadah puasa tetap lancar.

Selain faktor-faktor fisik, meriang juga bisa disebakan oleh faktor psikis. Misalnya karena memendam perasaan rindu terhadap seseorang yang dicintai. Untuk jenis ini, meriangnya adalah merindukan kasih sayang.

Ada penelitian yang menunjukkan bahwa jatuh cinta berhubungan dengan dopamine, suatu hormone yang memengaruhi rasa sakit, bahagia, dan hasrat. Produksi dopamine juga memengaruhi hormone serotonin yang mengendalikan tingkat stress, suasana hati, dan nafsu makan.

Karenanya, berjauhan dengan orang yang dicintai bisa terasa berat. Seolah-olah kita merasa tidak enak badan, dan perasaan menjadi ambyar. Untuk meriang jenis ini (merindukan kasih sayang), cara mengatasinya tidak sulit. Ambillah telepon pintar, hubungi dan berbincanglah dengan sang tercinta.

Cara lainnya, bisa mendengarkan atau mendendangkan lagu. Misalnya lagu-lagu campursari-nya Didi Kempot. Dijamin, akan semakin ambyar, he he hee.
Yuk, kita nyanyi dulu!

Koyo ngene rasane wong nandang kangen
Rino wengi atiku rasane peteng
Tansah kelingan kepingin nyawang
Sedelo wae uwis emoh tenan

(Lagu "Pamer Bojo" - Didi Kempot)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun