Tempat pembuatan kapal ini berada tak jauh dari Jalan Raya Daendels. Ada empat kapal besar yang aku lihat tengah dibuat saat itu. Juwana sendiri menjadi salah satu tempat pembuatan kapal di pesisir utara Jawa Tengah, selain Rembang dan Lasem.
Kesibukan lain yang tak kalah serunya adalah proses pelelangan ikan di TPI Juwana yang berlokasi di Desa Bajo (Bajomulyo) yang berada di sisi barat Sungai Juwana. Aku sempat beberapa kali berkunjung ke TPI ini. Waktu yang tepat untuk datang di jam 7 atau 8 pagi, saat kesibukan baru saja dimulai.
Para pekerja kemudian membawa ikan dengan bantuan troli ke bangunan TPI. Ikan-ikan tersebut disusun dalam sap-sap tertentu.
Setelah selesai disusun, proses pelelangan ikan dimulai. Juru lelang duduk di kursi tinggi, seperti kursi wasit pada pertandingan bulutangkis, dan kemudian melakukan lelang.Â
Ia akan menyebut angka-angka dalam bahasa Jawa yang menunjukkan harga lelang, dan aku hampir tidak bisa menangkap dengan jelas karena ia berkata begitu cepat. Pada harga tertentu, para pembeli akan mengangkat tangan sebagai persetujuan harga lelang.
Bergerak lebih lanjut ke arah utara, ada sebuah tempat yang dinamakan Seprapat. Dahulu tempat ini adalah sebuah pulau atau delta di aliran Sungai Juwana, terpisah dari daratan. Namun karena pendangkalan, Seprapat akhirnya menyatu dengan daratan Juwana.
Pohon-pohon di Seprapat berukuran lebih tinggi dan lebih rapat jika dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Tak heran jika Seprapat terasa lebih adem meski sedang musim kemarau.Â
Di Seprapat ada sebuah cungkup makam  Syeh Abdul Rochman atau yang dikenal dengan sebutan Mbah Datuk Lodang.