Mohon tunggu...
Daniel Mashudi
Daniel Mashudi Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer

https://samleinad.com E-mail: daniel.mashudi@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Pay It Forward", Sebarkan Energi Baik Mulai dari Diri Sendiri

15 Agustus 2018   20:57 Diperbarui: 15 Agustus 2018   21:58 1407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: movietimes.com.br

Ada sebuah quote yang menyatakan bahwa waktu yang paling buruk bisa menjadi yang paling baik jika kita berpikir dengan energi positif. Energi positif atau energi baik adalah energi alami yang mendukung kehidupan. Para leluhur menyebut energi ini sebagai "chi" atau "prana".

Hal yang lumrah tentunya apabila kita menjadi lemah dan negatif seiring naik dan turunnya kehidupan. Namun demikian kita tetap memiliki tanggung jawab untuk membawa diri kita bangkit dari perasaan negatif tersebut. 

Sering kali kita memiliki kecenderungan untuk menunggu hal-hal positif datang, alih-alih belajar bagaimana membawa atau menghadirkan hal-hal positif tersebut ke dalam kehidupan kita.

Kita tidak dapat menghentikan situasi negatif hadir dalam keseharian kita. Ponsel akan tetap berdering, pesan akan tetap masuk di e-mail atau messenger, keluarga terus menuntut peran kita, juga hal-hal buruk terjadi di dunia. 

Namun kita perlu menjaga bagaimana energi kita tetap terfokus saat stres mulai datang. Oleh karena itu kita perlu memiliki energi baik untuk terus bergerak maju dan menjadikan kita menjadi orang yang lebih baik.

Banyak hal yang bisa kita jadikan sebagai energi baik. Memberikan senyuman kepada orang-orang di sekitar, menyapa  tetangga setiap pagi, atau mengucapkan terima kasih setiap menerima bantuan orang lain, sekecil apa pun banyuan tersebut. Bisa juga dengan "pay it forward", salah satu energi baik yang akan saya tulis di artikel ini.

Pay It Forward

Saya pertama kali mendengar "pay it forward" sebagai sebuah judul film yang dibuat tahun 2000. Film ini bergenre drama, diangkat dari sebuah novel berjudul sama yang ditulis oleh Catherine Ryan Hyde.

Film ini disutradarai oleh Mimi Leder dan skenario ditulis oleh Leslie Dixon. Pemain utamanya adalah Haley Joel Osment sebagai Trevor, Helen Hunt sebagai Arlene McKinney (ibunda Trevor yang gemar minum alkohol), dan Kevin Spacey sebagai Eugene Simonet (seorang guru di sekolah tempat Trevor belajar).

Garis besar cerita dari film ini, Trevor seorang murid kelas 7 di Las Vegas mendapatkan tugas dari gurunya, Eugene Simonet. Pak guru tersebut menugaskan kelas untuk membuat suatu aksi yang bisa membuat dunia menjadi lebih baik.

Trevor merencanakan sebuah program amal yang disebutnya "pay it forward", di mana sang penerima kebaikan akan melanjutkan kebaikan tersebut kepada tiga orang lainnya, dan bukan membalas kebaikan tersebut kepada sang pelaku atau pemberi.

Secara ringkas, pay it forward ini akhirnya mampu mengubah banyak orang, dan bahkan Trevor diwawancarai oleh sebuah stasiun televisi untuk menceritakan hal tersebut. Namun sayang, kejadian tragis menimpa Trevor ketika ia terlibat perkelahian yang berujung pada kematiannya. 

Kebaikan dalam Secangkir Kopi

Salah satu contoh nyata yaitu sebuah peristiwa di Starbucks di St. Petersburg. Aksi kebaikan berawal pada hari Rabu jam 7 pagi ketika seorang wanita memesan iced coffee. Ia membayar minuman tersebut, juga caramel macchiato yang dipesan orang yang tak dikenalnya yang berada di belakangnya di antrian drive through.

Orang di belakangnya tersebut kemudian meneruskan kebaikan tersebut dengan membayar pesanan dari orang yang di belakangnya lagi, begitu seterusnya. Pada jam 01.30 siang, aksi kebaikan berantai tersebut mencapai 260 pelanggan.

Dalam layanan drive through, pelanggan memesan melalui sebuah speaker. Ketika ia bergerak mendekati jendela berikutnya, sang barista memberitahunya bahwa minuman pesanan sudah dibayar oleh pelanggan di depannya. Sang barista kemudian menanyainya, apakah ia akan meneruskan kebaikan tersebut. 

Hal tersebut terus berlangsung hingga Starbucks tutup jam 10 malam. Bahkan pada keesokan harinya hal tersebut juga terus berlanjut hingga jam 6 sore, pada pelanggan ke-379 yang memesan regular coffee. 

Sang barista memberitahunya tentang rantai yang sudah berlangsung tersebut dan menanyainya apakah ia juga akan ikut berpartisipasi. Pelanggan tersebut mengatakan bahwa ia hanya akan membayar minuman yang dipesannya dan bukan pesanan orang lain. Nampaknya ia tidak memahami konsep pay it forward yang tengah terjadi.

Kebaikan Beasiswa Pendidikan

Pay it forward menggambarkan sebuah manfaat dari sebuah tindakan kebaikan yang harus diteruskan dengan kebaikan lainnya yang dilakukan kepada orang lain. Sebuah kebaikan mungkin tidaklah terlihat luar biasa, namun ketika kebaikan tersebut menginspirasi kebaikan yang lain, maka akan memberi dampak sosial yang dahsyat.

Kisah nyata lainnya terjadi beberapa dekade yang lalu. Seorang wanita penyintas holocaust bernama Hilde Back memutuskan untuk berpartisipasi dalam sebuah program sponsorship internasional yang diorganisasi oleh sebuah kelompok di Swedia.

Kelompok ini mendedikasikan diri untuk membantu pendidikan anak-anak miskin di Kenya. Donasi yang diberikan Hilde Back tidaklah besar, seperti setetes air di lautan sebagaimana yang dideskripsikannya.

Namun donasi tersebut cukup untuk membiayai seorang anak bernama Chris bisa bersekolah selama 8 sampai 10 tahun. Sesekali Back menerima surat dari kakak perempuan Chris, namun seiring berjalannya waktu Back kehilangan kontak dengan keluarga tersebut.

Tahun 2002, duta besar Swedia di Nairobi mengontak Back dan memberitahukan bahwa ada seorang anak muda yang ingin bertemu dengannya untuk berterima kasih. Chris Mburu, yang telah meraih gelar dari Universitas Nairobi dan Harvard Law School, sekarang bekerja sebagai United Nations Human Rights Adviser.

Chris juga mendirikan program beasiswa dengan mengambil nama Back. Chris mengundang Back ke Kenya dan melihat apa yang telah diinpirasikannya. Chris bahkan memanggil Back sebagai ibu keduanya.

Peristiwa tersebut dicatat dalam sebuah film dokumenter berjudul "A Small Act" yang memperoleh nominasi Emmy Awards tahun 2010. Hingga saat ini program tersebut telah memberikan lebih dari 570 beasiswa kepada anak-anak Kenya.

Mulai dari Apa yang Kita Bisa

Sebuah energi baik sudah seharusnya menyebar dalam ruang yang lebih luas. Dan pay it forward adalah cara mewujudkannya. Tak perlu dengan melakukan kebaikan besar, mulailah dengan apa yang kita bisa lakukan.

Seorang teman saya pernah melakukan payit forward ketika berada di jalan tol. Saat itu ia melihat sebuah mobil berhenti, ternyata ada masalah dengan sistem pendinginnya. 

Teman saya memberikan sebotol air mineral berukuran besar kepada pengemudi mobil dan teman saya melihat bagaimana pengemudi mobil tersebut sangat berterima kasih.

Hal sederhana menjadi alasan teman saya memberikan bantuan tersebut. Ia juga pernah mengalami musibah serupa sebelumnya, dan menerima bantuan sebotol air mineral dari pengemudi lain. 

Mulai saat itu, ia selalu menyediakan beberapa botol air mineral di mobilnya. Selain untuk diminum, juga untuk berjaga-jaga apabila ia atau pengemudi lain yang dijumpainya mengalami masalah pada sistem pendingin mobil.

Pay it forward juga pernah saya lakukan dalam bentuk buku. Beberapa tahun lalu, seorang teman di media sosial Facebook menawarkan untuk membagi-bagikan buku kepada 5 orang. Bagi penerima buku, maka ia wajib melakukan hal serupa.

Saya menjadi salah satu orang yang menerima tawaran tersebut. Dan setelah sebuah buku saya terima, saya kemudian memposting hal serupa di Facebook. Lima buka saya berikan kepada teman saya, beberapa di antaranya bahkan tinggal ratusan kilometer jaraknya dari tempat tinggal saya.

Mari kita tetap menjaga energi baik, dan meneruskannya kepada orang lain. Pay it forward, mulai dari hal-hal yang bisa kita lakukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun