***
Memasuki kilometer ke-40, trek jalan aspal berganti menjadi jalan tanah dan berbatu. Medan semakin berat ketika memasuki area galian batu dan pasir yang naik-turun. Apalagi udara mulai panas karena sudah jam 11 siang, dan aku terseok-seok berjalan dengan bantuan tongkat kayu. Satu dua peserta 100 K yang melewati aku berusaha memberikan semangat.
***
Aku akan selalu ingat lomba lari pertama yang aku ikuti. Bulan Desember 2015, sebuah lomba lari di Jakarta Selatan yang kebetulan bersamaan dengan pelaksanaan Kompasianival. Hari Sabtu sore hingga malam aku menyempatkan mampir ke Kompasianival dan menikmati beberapa sesi talk show. Dan malam harinya aku menginap di hotel di kawasan Blok M.
Sial, aku bangun kesiangan. Jam 6 pagi aku baru bangun, sementara jam 6.15 lomba dimulai. Aku segera cuci muka dan gosok gigi, lalu mengenakan baju, celana dan sepatu. Terburu-buru aku keluar hotel dan mencegat taksi untuk menuju kawasan Senayan.
Minggu pagi itu taksi tidak bisa mengantarkanku sampai ke tempat lomba karena bertepatan dengan car free day. Terpaksa aku turun dan berlari menuju area lomba. Dari kejauhan aku mendengar tembakan start lomba. Ketika peserta lain berlari meninggalkan garis start, aku malah berlari tergopoh-gopoh menuju garis start. Aku terlambat lima menit memulai lomba. Haha…
***
Di Kali Mati, sekitar 3 kilometer terakhir turun hujan cukup deras. Aku masih terseok-seok di rute menanjak di tengah-tengah hutan untuk meneruskan lomba, dengan didampingi dua panitia. Kami sempat berteduh di sebuah bangunan, dengan kondisi baju dan celana yang basah kuyup. Dua panitia tersebut akhirnya kembali ke Kali Mati untuk menjemput peserta 100 K.
Aku berjalan di tengah guyuran hujan lebat, masih dengan memegang dua tongkat kayu. Hingga akhirnya aku menginjakkan kaki di garis finish jam 4 sore, atau 16 jam sejak lomba dimulai. Aku menjadi peserta terakhir di kategori 50 K dengan catatan waktu ‘over COT (cut of time)’. Â
Di tengah guyuran hujan, aku tersenyum puas di garis finish. Aku puas telah berhasil menamatkan perjuanganku, meski harus menjadi penamat terakhir . Aku puas telah berhasil menjawab salah satu tantangan yang pernah ku buat sekian tahun yang lalu, meski dalam kondisi yang tidak mengenakkan.