Jam 5 pagi aku tiba di water station ketiga. Sudah 30 kilometer jalan raya dan jalan perkampungan di Kabupaten Sleman aku tempuh, dan masih ada 20 kilometer lagi sisanya. Aku beristirahat dan duduk selonjor cukup lama di sini, sementara peserta lain melakukan sholat subuh. Lutut, pergelangan kaki, dan pinggang kiriku mulai terasa nyeri.
Setelah setengah jam beristirahat, aku dan sekitar lima peserta lain mulai melanjutkan berlari. Kami adalah rombongan terakhir dari peserta kategori 50 K. Cuaca pagi cukup cerah dan udara pegunungan yang menyegarkan mengiringi kami di sepanjang jalan aspal yang tidak terlalu lebar. Sementara di depan kami, Gunung Merapi terlihat begitu tenang dan berwibawa.Â
Kondisi kaki kiriku sudah tidak memungkinkan lagi untuk berlari, namun aku tak ingin mengakhiri lomba ini. Di kilometer ke-32 aku sudah tidak dapat berlari, bahkan berjalan pun tidak lancar. Peserta 50 K sudah meninggalkanku semua, dan aku berada di posisi terakhir. Sementara beberapa peserta dari kategori  100 K sudah mulai mendahuluiku.
Aku mengambil dua batang kayu yang aku gunakan sebagai tongkat untuk membantuku berjalan. Seorang marshal dengan mengendarai sepeda dengan setia membuntutiku sebagai peserta paling belakang. Masih ada 18 kilometer lagi yang perlu ku selesaikan, dan aku tak mau menyerah meski harus menempuhnya dengan berjalan terpincang-pincang.
***
Â
Jogging sambil memotret. Ya, itulah cara yang aku lakukan agar aku tidak bosan melakukan olahraga. Dapat sehatnya, dapat juga fun-nya. Saat berlari sekian ratus meter dan aku menemui objek yang menarik, maka aku berhenti dan mengeluarkan ponsel untuk memotretnya.Â
Banyak objek yang aku potret seperti masjid, gerbang, bangunan, atau anak-anak yang bersepeda saat berangkat ke sekolah. Salah satu foto yang aku suka adalah foto replika gerbang Little Kyoto dengan latar belakang matahari yang baru saja terbit dan langit berwarna kemerahan.
Perkembangan berlariku juga menunjukkan tren positif. Jika pada saat memulai jogging aku harus berhenti beberapa kali karena kehabisan nafas, hal itu kini sudah mulai teratasi. Jika dulu hanya mampu menempuh tiga kilometeran dalam tiga puluh menit, jarak tersebut kini telah mencapai sekitar 5 kilometer. Akhirnya aku memberanikan diri untuk ikut lomba lari, kebetulan hampir tiap minggu selalu ada perlombaan di Jakarta dan kota-kota lain.