***
Obrolan di ruang tengah itu menjadi kesempatan bagi kami untuk saling kenal. Masih kuliah atau sudah bekerja, masih lajang atau berkeluarga, dan pertanyaan-pertanyaan lain terlontar oleh si ini dan kemudian dijawab oleh si itu. Tentu saja tangan-tangan kami silih berganti memungut pisang goroho (pisang goreng) dari piring dan mencocolnya ke sambal, lalu menikmati rasa gurih bercampur pedas di mulut.
"Rif, kamu maunya cewek yang gimana buat jadi istrimu nanti?" Sebuah pertanyaan dari Bu Donna kepada Arif.
"Eh, tau nggak kalo kita bisa mempertemukan seseorang dengan jodohnya hingga mereka menikah, maka kita punya tabungan sebuah masjid di surga," timpal Griska di tengah obrolan.
"Dan... Aku sudah punya satu masjid di surga," lanjutnya.
***
Perairan Teluk Buyat memiliki keindahan yang cukup mengagumkan. Air laut yang biru jernih membawa perasaan tenang bagi siapa saja yang memandangnya. Berbagai jenis ikan hilir mudik di antara terumbu-terumbu karang yang tumbuh cukup rapat.
Puas melakukan diving dan snorkeling di spot pertama, kami selanjutnya pindah ke spot berikutnya. Kembali kami naik ke boat dan bergerak menuju lokasi lainnya yang masih berada di Teluk Buyat. Dari atas boat yang kami naiki, kami bisa menyaksikan bukit-bukit hijau yang meliuk mengikuti kontur pantai.
Spot kedua juga memiliki keindahan yang sama. Airnya bening, ikan dan terumbu karang juga banyak. Kondisi arus di spot kedua ini lebih tenang dibandingkan dengan spot sebelumnya. Kembali kami bersnorkeling di sini. Menjelang tengah hari, Pak Arie, Pak Gerry, Pak Kedy, Davin, Adhi, Griska, dan Ares bergantian melakukan lompatan salto dari boat ke laut.
Keseruan dan kegembiraan yang kami lakukan di Teluk Buyat cukup menjadi bukti bahwa tempat ini memiliki pesona bahari yang layak untuk dikunjungi. Tak akan ada yang menyangka jika tempat seindah ini pernah diguncang oleh tuduhan pencemaran lingkungan pada belasan tahun silam.