Aku akhirnya diterima di salah satu perguruan tinggi kedinasan di kota Tangerang tahun itu juga. Aku tidak memiliki niat untuk mengikuti kembali UMPTN di tahun berikutnya. Kegagalan di UMPTN lima belas tahun lalu tersebut tidak mungkin bisa aku lupakan. Demikian juga dengan flu aneh yang aku alami saat ujian, sampai saat ini aku pun masih belum bisa menjawab apa penyebabnya.
Namun di balik peristiwa itu, setelah melalui waktu yang sangat panjang untuk merenungkannya, aku bisa memahami sebuah nilai hidup. Bahwa sehebat apa pun manusia, ia tidak berkuasa 100% untuk menentukan jalan hidupnya. Bahwa sehebat apa pun ia, masih tersimpan ruang-ruang yang memungkinkannya untuk gagal. Oleh karenanya, sikap rendah hati perlu dimiliki oleh semua orang dalam menjalani hidup. Mungkin kerendahan hati inilah yang perlu untuk selalu kumiliki, sehingga bahkan kegagalan pun memang diperlukan dan diizinkan-Nya terjadi untuk itu.
Dan setiap kali aku membuka dan membongkar-bangkir isi laci buffet kayu itu, maka kenangan masa lalu dan perasaan yang mengharu biru selalu menghampiriku. Aku tidak ingin melupakan kenangan itu. Aku pun tidak pernah berniat untuk membuang benda-benda masa lalu itu. Biarlah semuanya tetap ada seperti dulu untuk selalu mengingatkanku bahwa kegagalan itu sekali-kali memang perlu terjadi.
***
(Tulisan ini aku buat untuk memeriahkan Lomba Blogging bersama Cengengesan Family. Tulisan rekan-rekan kompasianer lain bisa dilihat di sini).
(musik)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H