Maka, satu prinsip penting dalam era ini adalah interaktivitas.
Prinsip ini makin kentara pada era jurnalisme multimedia. Konten multimedia memberi opsi audiens untuk memandu cerita mereka sendiri. Mereka bisa memulai cerita dari banyak bagian, tidak melulu dari awal.
Audiens juga dapat melewatkan bagian yang tidak mereka sukai. Maka, pengalaman terhadap satu konten multimedia bisa jadi berbeda antara satu orang dengan yang lain.
Untuk memenuhi hal ini, media harus beradaptasi dengan cara kerja yang baru. Misalnya, memperbanyak konten visual. Visual berperan penting dalam menarik minat pembaca. Sekarang, tulisan yang baik perlu diimbangi pula dengan visual yang baik, entah berupa foto, video, atau animasi.
Multimedia juga menuntut jurnalis untuk tidak hanya dapat menulis saja, tetapi seperti dikatakan McAdams, mengembangkan kemampuan digital dan familiar dengan alat-alatnya.
Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi media, terutama jurnalis. Mengembangkan kemampuan baru membutuhkan investasi waktu dan tenaga, sementara media berputar dalam arus yang makin cepat.
Maka di video berikut, saya membahas tentang apa saja konsekuensi perkembangan  media bagi jurnalis dan solusi untuk mengatasi masalah tersebut.Â
Transisi Tanpa Henti
Media harus terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Situasi ini membuat media nyaris tak beranjak dari situasi transisi.
Menarik untuk melihat seperti apa rupa media dalam lima sampai sepuluh tahun ke depan. Apakah kehadiran metaverse misalnya, akan kembali mengubah wajah media sama seperti yang dilakukan media sosial dahulu?
Satu yang pasti, sebagai audiens kita harus tetap menggunakan media dan menyaring informasi di dalamnya dengan bijak.