Mohon tunggu...
Daniel Kalis
Daniel Kalis Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Ingin meraih mimpi lewat untaian kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pentingkah Pers Mahasiswa Menerapkan Jurnalisme Multimedia?

23 Oktober 2021   11:26 Diperbarui: 23 Oktober 2021   11:36 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilustrasi multimedia. Gambar: Pixabay

Perkembangan internet dewasa ini memicu perubahan dalam banyak hal, tak terkecuali jurnalisme. Jurnalisme turut beradaptasi dan memunculkan berbagai jenis baru, salah satunya adalah jurnalisme multimedia.

Mengenal Jurnalisme Multimedia

Multimedia memiliki arti banyak media. Kita mengenal berbagai jenis media seperti teks, video, foto, audio, dan lain sebagainya. Suatu konten bisa disebut sebagai multimedia ketika menggabungkan minimal tiga jenis media. 

Media konvensional biasanya hanya terdiri dari satu hingga dua media saja. Misal televisi yang berbasis audio-visual atau surat kabar yang berbasis teks-visual.

Multimedia memungkinkan kita untuk mengombinasikan berbagai media tersebut. Informasi pada tiap media bersifat saling melengkapi dan bukan mengulanginya.

Inilah yang membedakannya dengan jurnalisme online. 

Jurnalisme multimedia tidak hanya berupa teks dan gambar saja, tetapi juga melengkapinya dengan video, siniar, infografis, dan lain sebagainya.

Pada media mainstream, praktik jurnalisme multimedia sudah jamak terjadi. Sebut saja Kompas.com dengan Virtual Interaktif Kompas (VIK) atau CNN Indonesia dengan Laporan Interaktif.

Sebagai sebuah media besar dengan jumlah tim yang banyak dan pangsa pasar yang luas, tak mengherankan jika kedua media itu terus berinovasi dalam konten multimedia yang mereka buat.

Namun, pers bukan hanya tentang media mainstream saja, tetapi juga pers mahasiswa.

Pentingnya Jurnalisme Multimedia di  Pers Mahasiswa

Seperti namanya, Pers Mahasiswa (Persma) dikelola oleh mahasiswa dari suatu perguruan tinggi tertentu. Biasanya, Pers Mahasiswa berkedudukan sebagai Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan mendapatkan pendanaan dari kampus.

Sebagai sebuah UKM, Persma sering dijadikan tempat untuk belajar dasar-dasar jurnalistik sebelum terjun ke "rimba" sesungguhnya. Tak heran anggota Persma amat beragam, mulai dari yang sudah memiliki dasar jurnalistik mumpuni hingga buta sama sekali. Kondisi ini jelas memengaruhi dinamika yang terjadi di Persma.

Pertanyaannya, dengan perkembangan jurnalisme yang terjadi dewasa ini, apakah penting bagi Pers Mahasiswa untuk menerapkan jurnalisme multimedia?

Menurut Yohanes Maharso Joharsoyo (21) selaku Sekretaris Jenderal Persatuan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) Dewan Kota Yogyakarta, sangat penting bagi pers mahasiswa untuk menerapkan jurnalisme multimedia.

"Dalam pers mahasiswa memang ada hal yang perlu dipertahankan seperti idealisme, tetapi idealisme ini semestinya tidak menutup kemungkinan untuk adaptif dengan perkembangan teknologi digital, salah satunya konten multimedia," ujarnya ketika dihubungi via Whatsapp pada Jumat (22/10).  

whatsapp-image-2021-10-23-at-10-35-18-6173867524b0e815ec78c7d4.jpeg
whatsapp-image-2021-10-23-at-10-35-18-6173867524b0e815ec78c7d4.jpeg

Yohanes Maharso Joharsoyo, Sekretaris Jenderal PPMI DK Yogyakarta. Foto: dokumen pribadi

Lebih lanjut, pria yang akrab disapa Mahar ini menjelaskan bahwa saat ini orang lebih menyukai tampilan visual yang menarik dan perlahan mulai meninggalkan tekstual.

"Ini menjadi sebuah tantangan sekaligus peluang yang harus segera dijawab oleh pers mahasiswa," jelasnya.

Jurnalisme multimedia baginya dapat menjadi jawaban atas kesulitan teman-teman Persma untuk mendapatkan pasar pembaca. Selain itu, adanya jurnalisme mutimedia juga semakin memastikan bahwa pesan yang ingin mereka sampaikan dapat lebih mudah untuk diterima publik.

Dengan begitu, semangat pers mahasiwa yang menjunjung tinggi kaum terpinggirkan seperti difabel juga semakin terasa. "Pers mahasiswa jadi lebih punya daya ubah yang besar untuk menggerakkan orang lain", ujarnya.

Beruntungnya, pria yang juga merupakan mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Atma Jaya Yogyakarta ini memaparkan bahwa Persma sekarang sudah mulai memahami mengenai jurnalisme multimedia.

"Sebenarnya yang mendorong perkembangan ini adalah Pandemi Covid-19. Karena selama pandemi ini sudah tidak dimungkinkan lagi untuk cetak buku atau majalah, jadi Persma dipaksa untuk adaptif dengan beralih menggunakan media sosial atau website," paparnya.

Dari situ, ia memperkirakan sekitar 50 persen Persma di Jogja sudah mulai menerapkan jurnalisme multimedia dalam konten-konten yang mereka buat. "Kalau secara angka pasti kami belum ada datanya, tetapi sekitar 50 persen itu sudah mengarah ke sana. Kita bisa melihatnya dari konten-konten di media sosial dan website mereka, "ujar Mahar.

"Hanya saja tingkat kesadarannya memang berbeda-beda. Ada yang baru mulai merangkak, ada yang sudah mulai berjalan, ada yang sudah sampai tahap berlari," begitulah analogi yang disampaikannya.

Hambatan dan Solusi

Namun menurutnya, mengaplikasikan sesuatu yang baru pasti ada tantangannya. Dalam kasus Pers Mahasiswa, tantangan ini berasal dari kelompok konservatif yang anti dengan adanya perkembangan multimedia ini.

"Mereka masih mempertahankan idealisme lama bahwa produk jurnalistik harus disajikan lewat tulisan yang panjang dan mendalam,"jelasnya.

Selain adanya kelompok konservatif, kemampuan sumber daya manusia juga menjadi hambatan tersendiri. Mahar berpendapat bahwa teman-teman pers mahasiswa masih banyak yang belum memiliki kecakapakan mumpuni untuk memproduksi konten-konten multimedia yang tidak hanya menarik, tetapi juga berbobot.

"Makanya sekarang banyak instansi, organisasi, atau gerakan yang berusaha memfasilitasi terkait masalah ini agar teman-teman Persma bisa mulai membuat konten-konten multimedia dengan kualitas baik," ujar Mahar.

"Mereka bisa melihat banyak contoh konten multimedia yang tersebar di media sosial. Ada banyak webinar juga yang bisa diikuti untuk menambah pengetahuan dan mengasah keterampilan," lanjutnya.

Dari sisi PPMI DK Yogyakarta, saat ini mereka telah mulai membuat konten-konten multimedia. Medium yang digunakan adalah Instagram @persmajogja dan situs web persmajogja.com. Konten-konten yang dihasilkan tidak hanya berupa tulisan mendalam, tetapi juga dikemas dengan visual yang menarik.


"Kita juga akan mengadakan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kemampuan jurnalisme multimedia teman-teman Pers Mahasiswa. Pelatihan ini difasilitasi oleh PPMI Nasional atau PPMI DK Jogja," tutupnya.

Peningkatan Komentar

Dari sisi LPM, Lutfiana Rizqi Sabtiningrum (22) atau akrab disapa Ufi selaku Pimpinan Redaksi LPM Rhetor UIN Sunan Kalijaga mengamini bahwa penting bagi Persma untuk menerapkan jurnalisme multimedia.

"Penting bagi kita untuk tetap mengikuti perkembangan zaman dan memanfaatkan hal ini untuk eksistensi dan pemenuhan kebutuhan pembaca," jelasnya ketika dihubungi via Whatsapp pada Jumat, (22/10).

whatsapp-image-2021-10-23-at-10-23-01-61738202e8c2f823232bcb52.jpeg
whatsapp-image-2021-10-23-at-10-23-01-61738202e8c2f823232bcb52.jpeg

Lutfiana Rizqi Sabtiningrum, Pimpinan Redaksi Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Rhetor. Foto: dokumen pribadi

Di LPM Rhetor, konten multimedia yang dibuat berupa infografis, konten video untuk Youtube, dan konten video untuk Instagram Reels serta Instagram TV. Berbagai konten ini dibuat minimal satu minggu sekali.


Wanita yang juga merupakan mahasiswi program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam ini melihat bahwa lebih banyak komentar yang masuk untuk konten multimedia.

"Komentar yang masuk lebih banyak jika dibandingkan dengan konten teks biasa," tuturnya.

Ke depannya, LPM Rhetor ingin lebih meningkatkan frekuensi konten infografis karena pembaca lebih tertarik terhadap konten tersebut. Selain itu, mereka juga ingin mengembangkan konten video features atau dokumenter.

Kesimpulan

Berdasarkan wawancara dengan Mahar dan Ufi, semuanya setuju bahwa penting bagi pers mahasiswa untuk mulai menerapkan jurnalisme multimedia dalam konten-konten yang dibuat. Hal ini dikarenakan perilaku pembaca yang kini lebih menyukai konten visual dibandingan tekstual. Di LPM Rhetor, hal ini terbukti dari komentar masuk yang lebih banyak pada konten multimedia mereka.

Selain itu, penting bagi awak Persma untuk meningkatkan kemampuan mereka dengan melihat banyak referensi konten multimedia di media sosial serta rajin mengikuti webinar atau pelatihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun