Mohon tunggu...
Daniel Kalis
Daniel Kalis Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Ingin meraih mimpi lewat untaian kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kajian Kultural Komunikasi: Sebuah Seni untuk Membedah Hegemoni Budaya

21 Februari 2021   08:00 Diperbarui: 21 Februari 2021   08:08 881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: yuksinau.id

Berbicara tentang budaya nampaknya tidak akan ada habisnya. Dalam konteks negara Indonesia saja ada begitu banyak budaya yang bisa kita temukan. Mulai dari budaya berdasarkan daerah seperti budaya Jawa dan budaya Batak, sampai pada budaya berdasarkan kelas sosial seperti budaya kaum elite dan budaya kaum jelata. Sebelum kita masuk lebih jauh, kita perlu tahu terlebih dahulu mengenai definisi dari "budaya" itu sendiri.

Dari dulu hingga sekarang, definisi mengenai budaya masih sangat beragam. Hal ini wajar mengingat ruang lingkupnya yang teramat luas. E.B. Taylor dalam Astuti (2003), mendefinisikan budaya sebagai keseluruhan hal yang kompleks, termasuk kepercayaan, pengetahuan, seni, adat istiadat, serta kebiasaan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Sementara Raymond Williams mencoba mendefinisikan budaya sebagai, "produksi, struktur keluarga, dan struktur lembaga yang mengekspresikan atau mengatur hubungan-hubungan sosial."                                                          

Mengenal Kajian Kultural Komunikasi

Setelah kita memahami apa itu budaya, sekarang mari kita beranjak untuk membahas mengenai kajian kultural komunikasi. Kajian kultural atau cultural studies  lahir di tengah semangat Neo-Marxisme yang kental dengan semangat perlawanan terhadap hegemoni budaya tertentu. Semangat inilah yang  juga menjadi ciri khas dari kajian kultural.

Kajian kultural berbeda dengan etnografi yang hanya berusaha untuk memahami suatu budaya tertentu dan menuliskannya. 

Kajian kultural berusaha untuk mengkaji pokok persoalan dari suatu praktik kebudayaan dan relasinya dengan kekuasaan (Loon dalam Astuti, 2003). 

Ia bertujuan untuk mengkaji bagaimana relasi tersebut memengaruhi dan membentuk praktik-praktik kebudayaan.

Lalu apa hubungan antara kajian kultural dan komunikasi? Sejatinya, budaya tidak bisa dilepaskan dari komunikasi. Komunikasi merupakan unsur inheren dalam kebudayaan. Budaya terbentuk dari hasil interaksi, sementara interaksi tidak mungkin terjadi tanpa adanya komunikasi. Komunikasi juga berperan penting dalam proses pewarisan nilai-nilai budaya.

Manfaat Mempelajari Kajian Kultural Komunikasi

Saat ini kita sedang berada pada era globalisasi yang ditandai dengan semakin memudarnya sekat-sekat antarnegara. Kemajuan dalam bidang teknologi, informasi, serta transportasi juga menyebabkan terbukanya saluran akses komunikasi antar budaya yang semakin lebar. Hal ini membuat frekuensi interaksi antar budaya juga menjadi semakin sering.

Masalahnya, interaksi antar budaya rawan akan konflik yang berasal dari perbedaan budaya. Salah satu gejalanya adalah ambisi untuk menghapuskan keragaman budaya dan membuat manusia hidup dalam satu budaya yang sama. Tindakan ini jelas sangat berbahaya karena menyingkirkan budaya-budaya minoritas dan menggantikannya dengan budaya dominan milik kelompok tertentu.

Hal ini bisa terjadi misal dengan menganggap budayanya sendiri sebagai budaya adiluhung atau budaya yang paling baik. Budaya lain dianggap sebagai budaya jelata yang levelnya rendah, tidak setara, bahkan kalau perlu dimusnahkan (Astuti, 2003:56). Tindakan ini dilakukan dengan membuat klaim-klaim tak berdasar dengan tujuan menjatuhkan budaya lain dan mempertahankan dominasi kekuasaan mereka secara tidak etis. Pada kondisi inilah, peran kajian kultural menjadi teramat penting.

Pertama, kajian kultural membimbing kita untuk selalu bersikap toleransi terhadap budaya lain. Kajian kultural tidak ingin menyeragamkan budaya lain. Justru sebaliknya, kajian kultural melihat pihak lain sebagai significant others yang harus kita hormati dengan segala keunikannya. Kajian kultural beranggapan bahwa setiap pihak memiliki kesempatan yang sama untuk menjalani hidup di dunia ini. Maka dari itu, perbedaan budaya hendaknya disikapi dengan penuh rasa toleransi. Bersikap toleransi berarti tidak memaksakan suatu budaya tertentu dan berusaha untuk memahami budaya lain secara manusiawi.

Kedua, kajian kultural mengajarkan kita untuk bersikap kritis terhadap budaya di sekitar kita. Hal ini sesuai dengan tujuan utama kajian ini yaitu membongkar dan membedah praktik-praktik kekuasaan dalam budaya sehari-hari masyarakat.

Kajian kultural tidak ingin berhenti hanya pada wajah dari suatu budaya, tetapi ingin terus masuk dan melihat apakah ada hegemoni dan ketidakadilan yang terjadi di dalamnya. Suatu ciri khas yang sangat lekat dengan aliran kritis.

Mari kita ambil contoh budaya Hollywood. Kalau kamu sering melihat film-film mereka, kamu mungkin sadar beberapa kesamaan yang seringkali muncul di tiap film. Misalnya adegan seks, alkohol, fashion khas Amerika, gaya berbicara, dan lain sebagainya. Dalam kajian kultural, kita diajak untuk tidak sekadar menjelaskan tren tersebut, tetapi juga apa motif para pembuat film hingga terus melanggengkan hal itu? Apakah hanya sekadar keuntungan bisnis semata? Atau ada "kesadaran" yang ingin ditanamkan ke penonton? Pertanyaan-pertanyaan ini lumrah dalam kajian kultural dan akan membuat kita menjadi lebih kritis.

Jadi, kajian kultural komunikasi bukan sekadar pelajaran biasa. Ia adalah alat bagi kita untuk melihat budaya dari perspektif lain yang mungkin tidak pernah kita sadari. Kajian kultural juga mengajarkan kita untuk menghargai budaya lain, sesuatu yang belakangan ini sering terabaikan dengan maraknya konflik antar suku, ras, dan agama.

Salam hangat  

Referensi:

Astuti, Santi I. 2003. "Cultural Studies" dalam Studi Komunikasi: Suatu Pengantar. Jurnal Mediator 4(1): 55-68

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun