Mohon tunggu...
Daniel Kalis
Daniel Kalis Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Ingin meraih mimpi lewat untaian kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kajian Kultural Komunikasi: Sebuah Seni untuk Membedah Hegemoni Budaya

21 Februari 2021   08:00 Diperbarui: 21 Februari 2021   08:08 881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: yuksinau.id

Hal ini bisa terjadi misal dengan menganggap budayanya sendiri sebagai budaya adiluhung atau budaya yang paling baik. Budaya lain dianggap sebagai budaya jelata yang levelnya rendah, tidak setara, bahkan kalau perlu dimusnahkan (Astuti, 2003:56). Tindakan ini dilakukan dengan membuat klaim-klaim tak berdasar dengan tujuan menjatuhkan budaya lain dan mempertahankan dominasi kekuasaan mereka secara tidak etis. Pada kondisi inilah, peran kajian kultural menjadi teramat penting.

Pertama, kajian kultural membimbing kita untuk selalu bersikap toleransi terhadap budaya lain. Kajian kultural tidak ingin menyeragamkan budaya lain. Justru sebaliknya, kajian kultural melihat pihak lain sebagai significant others yang harus kita hormati dengan segala keunikannya. Kajian kultural beranggapan bahwa setiap pihak memiliki kesempatan yang sama untuk menjalani hidup di dunia ini. Maka dari itu, perbedaan budaya hendaknya disikapi dengan penuh rasa toleransi. Bersikap toleransi berarti tidak memaksakan suatu budaya tertentu dan berusaha untuk memahami budaya lain secara manusiawi.

Kedua, kajian kultural mengajarkan kita untuk bersikap kritis terhadap budaya di sekitar kita. Hal ini sesuai dengan tujuan utama kajian ini yaitu membongkar dan membedah praktik-praktik kekuasaan dalam budaya sehari-hari masyarakat.

Kajian kultural tidak ingin berhenti hanya pada wajah dari suatu budaya, tetapi ingin terus masuk dan melihat apakah ada hegemoni dan ketidakadilan yang terjadi di dalamnya. Suatu ciri khas yang sangat lekat dengan aliran kritis.

Mari kita ambil contoh budaya Hollywood. Kalau kamu sering melihat film-film mereka, kamu mungkin sadar beberapa kesamaan yang seringkali muncul di tiap film. Misalnya adegan seks, alkohol, fashion khas Amerika, gaya berbicara, dan lain sebagainya. Dalam kajian kultural, kita diajak untuk tidak sekadar menjelaskan tren tersebut, tetapi juga apa motif para pembuat film hingga terus melanggengkan hal itu? Apakah hanya sekadar keuntungan bisnis semata? Atau ada "kesadaran" yang ingin ditanamkan ke penonton? Pertanyaan-pertanyaan ini lumrah dalam kajian kultural dan akan membuat kita menjadi lebih kritis.

Jadi, kajian kultural komunikasi bukan sekadar pelajaran biasa. Ia adalah alat bagi kita untuk melihat budaya dari perspektif lain yang mungkin tidak pernah kita sadari. Kajian kultural juga mengajarkan kita untuk menghargai budaya lain, sesuatu yang belakangan ini sering terabaikan dengan maraknya konflik antar suku, ras, dan agama.

Salam hangat  

Referensi:

Astuti, Santi I. 2003. "Cultural Studies" dalam Studi Komunikasi: Suatu Pengantar. Jurnal Mediator 4(1): 55-68

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun