Mohon tunggu...
Daniel Kalis
Daniel Kalis Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Ingin meraih mimpi lewat untaian kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mewujudkan Nirwana Dunia

13 September 2020   01:49 Diperbarui: 13 September 2020   02:25 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: payungmerah.com)

"Tidak ada budaya yang salah, yang ada hanya berbeda"

Saya pernah kaget dengan teman saya dari Batak yang kalau berbicara seperti marah-marah. Saya lalu bertanya, "Kamu kenapa marah-marah terus sih kalau ngomong?" dan ternyata saya baru tahu kalau logat mereka memang seperti itu. Hal ini tentu berbeda dengan orang Jawa yang cenderung pelan. Apakah mereka salah? Tidak, hanya berbeda.

Dengan pengamalan terhadap prinsip tersebut serta diperkuat dengan sikap toleransi, maka saya yakin impian akan kedamaian dalam keberagaman bisa terwujud. Tak ada lagi perang suku, rasisme, dan diskriminasi. Bayangkan senyaman apa dunia seperti itu, seperti nirwana.

Selain itu, komunikasi antar budaya menjadi semakin penting untuk dipelajari di era globalisasi ini. Dunia makin lama makin tak bersekat. Hubungan antar negara menjadi semakin dinamis. Perpindahan orang dari satu negara ke negara lainnya juga makin mudah berkat perkembangan di bidang teknologi dan transportasi (Samovar, 2014).

Bapak  Nobertus Ribut Santoso, SS, MA, merupakan salah satu contoh yang mengalami hal ini. Beliau sedang menempuh studi doktoral di Filipina. Dalam videonya, beliau menceritakan mengenai berbagai macam budaya di Filipina mulai dari budaya antrinya yang ternyata lebih rapi daripada di Indonesia, makanan khasnya yang berupa embrio bebek, persamaan beberapa kata bahasa Filipina dengan bahasa Indonesia, stereotipe orang Filipina terhadap orang Indonesia, dan masih banyak lagi.

Dari video itu, saya berpikir tentang semakin mudahnya kita untuk bersinggungan langsung dengan budaya lain bahkan hingga budaya asing dengan mudah. Di Universitas Atma Jaya Yogyakarta, saya pernah mengikuti Cross Cultural Understanding (CCU) di mana kami bertemu langsung dan berinteraksi dengan mahasiswa asing.

Selain itu, ada banyak program juga bagi mahasiswa seperti pertukaran pelajar atau seminar internasional yang mau tidak mau membuat kita bersinggungan dengan budaya dari negara lain. Dengan bekal komunikasi antar budaya, kamu gak perlu khawatir lagi harus bersikap dan berperilaku bagaimana. Semua sudah diajarkan di sana. Tentunya, dengan berpijak pada toleransi dan sikap saling menghargai.

Kalau kamu memang cinta keberagaman dan perdamaian, mari kita buat nirwana dunia melalui komunikasi antar budaya!

Sumber:

Sahana, Munarsih. "Karena Beda Agama, Slamet Jumiarto Ditolak Tinggal Di Desa Pleret Bantul." VOA Indonesia, Voice of America | Bahasa Indonesia, 3 Apr. 2019, diakses pada 12 September 2020 dari www.voaindonesia.com/a/karena-beda-agama-slamet-jumiarto-ditolak-tinggal-di-desa-pleret-bantul/4860378.html.

Samovar, Larry A., et al. Komunikasi Lintas Budaya. Salemba Humanika, 2014.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun