Mohon tunggu...
Daniel HP Simanjuntak
Daniel HP Simanjuntak Mohon Tunggu... Dosen - Pendidik

Bersama Orang tua Membangun Pendidikan Berkualitas.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Norma Baru dalam Masyarakat New Normal

23 Mei 2020   04:47 Diperbarui: 23 Mei 2020   05:17 749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di tengah munculnya gagasan New normal saya lebih memilih norma baru untuk menggambarkan kondisi yang harus disiapkan dalam menghadapi pandemi covid-19 ke depan. 

Sudah pasti ke depan kita tidak akan menemui kondisi normal dalam artian kondisi sebelum kondisi pandemi. Sehingga kondisi kedepan baik masih dalam kondisi pandemi maupun pasca pandemi tidak bisa dikatakan normal. Namun kita tidak sedang mendebatkan kata apa yang pantas digunakan karena esensinya kata itu sebenarnya sama. Presiden ingin mengatakan agar bangsa kita siap menghadapi kondisi baru yang menjadi kehidupan normal kita yang baru. 

Di sini saya hanya ingin menguatkan dalam kondisi yang baru atau New normal sesungguhnya yang dibutuhkan adalah norma yang baru atau kebiasaan yang baru atau kebudayaan yang baru. 

Jika Kebudayaan adalah produk dari kesepakatan antara individu dalam kelompok atau masyarakat tertentu dalam menghadapi memenuhi kebutuhan hidupnya maka untuk menghadapi New Normal kita, bukan hanya pemerintah, harus mulai membuat kesepakatan atau komitmen untuk melakukan norma atau kebiasaan yang baru. 

Komitmen adalah kata kunci dari keberhasilan New normal. Komitmen dari setiap individu untuk menjaga dirinya, keluarganya, dan orang lain. Dari sini sebenarnya saya dapat mengatakan inti dari norma baru yang kita butuhkan ke depan adalah kolektifitas Atau kebersamaan atau yang sudah sering kita kenal dengan kekeluargaan. Prinsip yang sebenarnya sudah lahir dari tengah masyarakat namun tercabut oleh akar akar kepentingan individualistik. 

Norma apa saja yang terdapat dalam prinsip kekeluargaan? Ini yang perlu ditegaskan kembali dalam diri setiap individu. 

Menurut saya norma pertama yang terdapat dalam prinsip kekeluargaan adalah peran. Maksudnya setiap individu haruslah memaknai bahwa dalam hidupnya setiap individu memiliki peran. 

Apa itu peran? Peran akan berkaitan dengan fungsi, tugas dan tanggungjawab. Ketika setiap individu percaya dan meyakini dirinya memiliki peran artinya setiap individu memiliki fungsi yang penting, setiap memiliki tugas dan tanggungjawab untuk menjaga kestabilan dalam masyarakat. Bahwa tanpa dirinya dan orang lain maka kehidupan ini akan timpang dan bahkan hancur. 

Sehingga setiap individu harus mengerti fungsi, tugas dan tanggungjawabnya dengan jelas. Tugas pemerintah disini mulai dari tingkat terendah RT sampai Presiden adalah memberikan peran dan mengawasinya. 

Norma berikutnya yang terkandung dalam prinsip kekeluargaan adalah harmonisasi. Norma ini menegaskan bahwa keseimbangan  menjadi tujuan bersama kehidupan. Tidak ada tujuan lain bagi setiap individu selain harmonisasi. Implikasinya setiap individu harus menempatkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi apalagi kelompok. Oleh karenanya dibutuhkan norma yang berikutnya yaitu kepercayaan. 

Kepercayaan artinya saling ketergantungan bukan ketergantungan. Maksudnya setiap individu harus menaruh kepercayaan tanpa kecurigaan bahwa orang lain akan membantunya memenuhi kebutuhannya dan akan melindungi dirinya. Hal ini bisa terjadi jika setiap individu memiliki keyakinan bahwa dirinya dan orang lain memiliki peran penting sehingga tanpa dirinya atau orang lain maka tujuan bersama atau harmonisasi tidak akan tercapai. 

Norma yang berikutnya adalah identitas bersama. Kedepan kita tidak membutuhkan identitas baru sebagai bangsa namun kita membutuhkan identitas bersama yang kuat. Identitas sebagai suatu keluarga yang majemuk. Keberagaman harus dimaknai sebagai keindahan yang diberikan oleh ilahi. 

Pertanyaan yang muncul dari norma ini adalah bagaimana dengan identitas keagamaan. Kedepan agama harus dimaknai sebagai urusan mendasar yang dimiliki individu bukan kelompok. Diperlukan penafsiran yang mengutamakan kebersamaan tanpa melakukan sinkritisme. Setiap individu harus benar benar memahami bahwa tidak ada pelaksanaan agama yang membenarkan membedakan antara agama yang satu dengan yang lain. 

Saya bahkan membayangkan kehidupan tanpa agama namun berketuhanan. Agama disini bukanlah sebagai identitas tapi sudah harus menjadi gaya hidup. Artinya tidak penting lagi apa agamamu namun yang terpenting bagaimana kamu memuliakan Tuhan melalui saling menghargai, melindungi, dan menyayangi. Pemulihan kepada yang kita sembah sebagai Allah menjadi hal yang terpenting ketimbang agama sebagai identitas. 

Persoalan lain yang muncul dari norma ini adalah keyakinan Bahwa surga dan neraka merupakan ukuran dari besar atau kecilnya ketuhanan setiap individu. 

Urusan surga dan neraka bukanlah urusan kelompok melainkan individu. Lalu bagaimana peran tokoh agama? Dalam masyarakat New normal setiap orang menjadi tokoh agama sehingga setiap orang memiliki tanggung jawab untuk menjalankan ketuhanan dan tujuan dari ketuhanan adalah harmonisasi tidak kacau bukan saja secara pribadi namun untuk semesta. Sehingga setiap nilai dalam agama yang menghasilkan ketidak harmonisan harus diyakini bukan dari Tuhan. 

Norma selanjutnya adalah bekerja sama. Setiap orang dalam masyarakat New normal harus mempraktikkan kerja sama. Oleh karenanya di setiap lingkungan baik keluarga ataupun RT harus memiliki usaha bersama. Usaha bersama yang dimaksudkan adalah usaha pemenuhan kebutuhan bahan pokok yang disesuaikan dengan potensi masing-masing. Ini berkaitan dengan peran yang dijelaskan di atas. 

Setiap individu atau katakanlah keluarga dalam suatu lingkungan RT harus diberi peran dalam rangka memenuhi kebutuhan pokok lingkungannya.  Setiap pemenuhan kebutuhan tidak selalu harus dilakukan dengan jual beli. Barter menjadi salah satu cara tukar yang bisa kita praktekkan kembali. 

Norma lain yang dibutuhkan dalam masyarakat New normal adalah kata cukup atau sesuai kebutuhan. Setiap orang harus mampu menghitung kebutuhannya dalam satu hari karena ini akan menghindarkan kita dari keserakahan yang hanya akan menghancurkan. 

Pembaca mungkin akan melihat tatanan baru ini mirip dengan masyarakat sosialis. Perlu ditegaskan keduanya adalah dua hal yang berbeda. 

Terakhir saya ingin mengatakan New Normal atau norma Baru juga harus diikuti dengan pengembangan fasilitas pendukung tanpa itu sulit diterapkan. 

Semoga bermanfaat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun