Mohon tunggu...
Daniel HP Simanjuntak
Daniel HP Simanjuntak Mohon Tunggu... Dosen - Pendidik

Bersama Orang tua Membangun Pendidikan Berkualitas.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Norma Baru dalam Masyarakat New Normal

23 Mei 2020   04:47 Diperbarui: 23 Mei 2020   05:17 749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Norma yang berikutnya adalah identitas bersama. Kedepan kita tidak membutuhkan identitas baru sebagai bangsa namun kita membutuhkan identitas bersama yang kuat. Identitas sebagai suatu keluarga yang majemuk. Keberagaman harus dimaknai sebagai keindahan yang diberikan oleh ilahi. 

Pertanyaan yang muncul dari norma ini adalah bagaimana dengan identitas keagamaan. Kedepan agama harus dimaknai sebagai urusan mendasar yang dimiliki individu bukan kelompok. Diperlukan penafsiran yang mengutamakan kebersamaan tanpa melakukan sinkritisme. Setiap individu harus benar benar memahami bahwa tidak ada pelaksanaan agama yang membenarkan membedakan antara agama yang satu dengan yang lain. 

Saya bahkan membayangkan kehidupan tanpa agama namun berketuhanan. Agama disini bukanlah sebagai identitas tapi sudah harus menjadi gaya hidup. Artinya tidak penting lagi apa agamamu namun yang terpenting bagaimana kamu memuliakan Tuhan melalui saling menghargai, melindungi, dan menyayangi. Pemulihan kepada yang kita sembah sebagai Allah menjadi hal yang terpenting ketimbang agama sebagai identitas. 

Persoalan lain yang muncul dari norma ini adalah keyakinan Bahwa surga dan neraka merupakan ukuran dari besar atau kecilnya ketuhanan setiap individu. 

Urusan surga dan neraka bukanlah urusan kelompok melainkan individu. Lalu bagaimana peran tokoh agama? Dalam masyarakat New normal setiap orang menjadi tokoh agama sehingga setiap orang memiliki tanggung jawab untuk menjalankan ketuhanan dan tujuan dari ketuhanan adalah harmonisasi tidak kacau bukan saja secara pribadi namun untuk semesta. Sehingga setiap nilai dalam agama yang menghasilkan ketidak harmonisan harus diyakini bukan dari Tuhan. 

Norma selanjutnya adalah bekerja sama. Setiap orang dalam masyarakat New normal harus mempraktikkan kerja sama. Oleh karenanya di setiap lingkungan baik keluarga ataupun RT harus memiliki usaha bersama. Usaha bersama yang dimaksudkan adalah usaha pemenuhan kebutuhan bahan pokok yang disesuaikan dengan potensi masing-masing. Ini berkaitan dengan peran yang dijelaskan di atas. 

Setiap individu atau katakanlah keluarga dalam suatu lingkungan RT harus diberi peran dalam rangka memenuhi kebutuhan pokok lingkungannya.  Setiap pemenuhan kebutuhan tidak selalu harus dilakukan dengan jual beli. Barter menjadi salah satu cara tukar yang bisa kita praktekkan kembali. 

Norma lain yang dibutuhkan dalam masyarakat New normal adalah kata cukup atau sesuai kebutuhan. Setiap orang harus mampu menghitung kebutuhannya dalam satu hari karena ini akan menghindarkan kita dari keserakahan yang hanya akan menghancurkan. 

Pembaca mungkin akan melihat tatanan baru ini mirip dengan masyarakat sosialis. Perlu ditegaskan keduanya adalah dua hal yang berbeda. 

Terakhir saya ingin mengatakan New Normal atau norma Baru juga harus diikuti dengan pengembangan fasilitas pendukung tanpa itu sulit diterapkan. 

Semoga bermanfaat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun