Mohon tunggu...
Jerremiah P
Jerremiah P Mohon Tunggu... Freelancer - Who am i?

Hanya sekedar mencoba, kalah atau menang adalah takdir yang tak terelakkan...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jadi Penulis Itu Susah

6 Januari 2020   02:40 Diperbarui: 6 Januari 2020   03:03 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tubuh itu berlari menerobos kerumunan orang yang menghalagi jalannya. Matanya mencari ke segala arah, jiwanya mememburu sesuatu, seseorang, diriku. Tegas tampak derita dari sorot tatapannya. Ringkih dia mencari seseorang untuk dapat menungkapkan sebuah cerita. Sebuah cinta yang tak mungkin dapat diakui dunia.

"Andrei Aksana?" Chriss yang baru saja terbangun, mengejutkan Adam dengan tulisan yang sedang berusaha dia rangkai.

"Hah?" Adam mulai keheranan.

Ada hening sejenak, Chriss menatap kekasihnya itu dengan senyum saat Adam mencari kesalahan yang sedang dilakukannya.

"Kamu sedang menulis ulang pertemuan Valent dengan Aku di bandara, yang ada dalam novelnya Andrei Aksana" Chirss mulai menjelaskan "Kau tidak sadar?"

"Aku bahkan belum menentukan set lokasi pertemuan itu..." Adam membela diri.

"Tidak perlu, orang -- orang yang mengenal Lelaki Terindah akan segera mengatakan bahwa kau menyalin premis awalmu" Chirss berjalan berlalu ketika Adam mulai menghapus semua kata -- kata yang baru saja diketiknya dari layar. "Jadi ke sarinah?" kata Chriss menoleh sejenak saat tubuhnya sudah berada didepan pintu kamar mandi. Adam hanya mengangguk tanpa benar -- benar memperhatikan.

Guyuran air terdengar begitu memikat dari kamar mandi, Adam masih butuh konsentrasi untuk menemukan gagasan awal buku yang ditulisnya. Lama Adam berputar -- putar dikursi depan mejanya. Dimatikannya pendingin ruangan, lalu dibakarnya sebatang rokok. Berharap dengan mengotori paru -- paru, dia akan segera menemukan kata paling tepat. Detik jam berputar, Adam masih belum menemukan apa yang dia butuhkan. Lalu dipaksakannya jarinya menekan keyboard.

Desahan dari sebelah kamar itu membuatnya merasakan sesuatu. Kamarnya hanya dipisah kayu lapis yang membuatnya lulasa mencuri dengar apa yang sedang dilakukan tetangganya. Suara pria disebelah begitu sangat menggairahkannya. Ditutupnya kedua matanya, mencoba membayangkan sang pria sedang berada diatas tubuhnya. Lalu dia ereksi.

Adam berhenti, merasa ada yang salah dengan tulisannya. Dia mencari -- cari, tapi kata -- kata itu terdengar sempurna. Dia melirik kearah kamar mandi, suara pintu terbuka seakan segera menyerangnya sekali lagi. Chriss kini hanya mengenakan handuk putih, menatap Adam yang seolah sedang menanti dirinya.

"Kamu butuh sesuatu?" kata Chriss, Adam hanya menunjuk ke arah monitor komputer meminta tanggapan.

"Kamu butuh kopi" kata Chriss sesaat setelah melihat monitor.

"Apa yang salah?" Adam menuntut.

"Lolongan dibalik kamar... Djenar" kata Chriss dengan keheranan. "Kamu butuh sesuatu yang orisinil, cari buku baru, kau terlalu sering mengulang buku yang sama setiap kali ingin membaca"

Chriss benar. Adam entah sudah berapa kali membaca buku yang sama setiap waktunya. Bukannya tidak mau membaca buku baru, hanya saja Adam seperti merasa terobsesi pada buku yang dianggapnya menarik. Terlebih buku -- buku yang seolah hendak menantang norma normal manusia yang dididik budaya timur. Buku -- buku yang menghentak masyarakat dengan cerita tabu.

"Kamu akan terus disana?" Chriss mulai tidak sabar, sambil membuka lemari pakaian memilah yang akan dia kenakan hari ini.

Adam mematikan komputer, lalu mengambil sebatang rokok lagi kemudian dibakarnya. Matanya menatap Chriss yang sedang berusaha memakai kaos hitam milik Adam.

"Kamu mau aku bantu?" kata Adam menggoda.

Adam berjalan kearah Chriss kemudian menutup lemari putih milik mereka. Mengecup kening pria dihadapannya itu kemudian.

"Tidak..." Chirss menolak "Aku tidak mau mandi kedua kalinya pagi ini"

"Cuma mau bilang... yang kamu pakai itu bajuku" Adam berbisik, lalu pergi tersenyum sambil mengambil handuk basah yang baru saja digunakan Chriss.

"Mau ngerokok lagi di kamar mandi?" Sergah Chriss saat Adam melangkah.

"Aku butuh inspirasi"

Chriss hanya geleng -- geleng membiarkan Adam berlalu.

"Jadi penulis itu susah, selalu dituntut untuk menjadi orisinil. Emangnya segampang itu dapat ide?" Adam menutup pintu kamar mandi, sebelum membiarkan Chriss memberi komentarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun