Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Di Balik Terungkapnya Kasus Pembunuhan Yosua

1 November 2022   22:55 Diperbarui: 2 November 2022   11:18 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesaksian ajudan Ferdy Sambo, Adzan Romer, dipersidangan terdakwa Richard Eliezer Pudihang Lumiu (Bharada E), di PN Jakarta Selatan, Senin, 31/10/2022, 'memperkuat' argumen saya di tulisan saya yang berjudul " 'Tembak, Chard' atau 'Hajar, Chard' ".

Pada artikel itu saya membahas mengenai pembelaan tim kuasa hukum Ferdy Sambo yang mengatakan bahwa kliennya tidak memerintahkan Richard Eliezer menembak Nosfriansyah Yosua Hutabarat (Brigadir J), tetapi hanya memerintahnya menghajar Yosua. Yang terjadi, justru Richard yang menembak Yosua. Ferdy Sambo pun terkejut dan panik. Dengan cepat memerintahkan ADC (ajudan)-nya memanggil ambulans (untuk menyelamatkan nyawa Yosua).

Yang diperintahkan Ferdy Sambo kepada Richard Eliezer di saat kejadian itu, disebut mereka, bukan "Woi! Kau tembak! Kau tembak cepat! Cepat, woi kau tembak!!", seperti pengakuan Richard.  Bukan "Tembak, Chard!", tetapi hanya "Hajar, Chard!" demikian pembelaan kuasa hukum Ferdy Sambo.

Sebelum persidangan, saat jumpa pers, 12/10/2012, mantan juru bicara KPK Febri Diansyah yang saat itu baru bergabung dengan tim kuasa hukum Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi juga menjelaskan, "Memang ada perintah FS pada saat itu, yang dari berkas yang kami dapatkan itu perintahnya adalah 'Hajar, Chard', namun yang terjadi adalah penembakan pada saat itu."

Dari sini kelihatan, Ferdy Sambo sedang berupaya mencuci tangannya dari darah Yosua, dengan menimpa kesalahan kepada Richard Eliezer, dan/atau berupaya setidak-tidaknya akan dapat meyakinkan majelis hakim bahwa yang terjadi adalah bukan pembunuhan berencana (yang diancam dengan hukuman terberat hukuman mati, atau paling lama 20 tahun penjara), tetapi pembunuhan biasa (yang diancam dengan hukuman paling lama 15 tahun penjara).

Tetapi argumen tersebut tidak ada artinya, terlalu tidak masuk akal, dan oleh karena itu pasti akan diabaikan majelis hakim.

Sebab seperti yang saya sebutkan di artikel tersebut, saat berhadapan muka dengan muka dengan Yosua dengan pistol Glock pemberian Ferdy Sambo yang siap ditembak di tangannya. Di detik-detik suasana yang begitu tegang dan panas oleh kemarahan Ferdy Sambo, andaikata saja benar yang diteriakkan Ferdy Sambo kepada Richard adalah "Hajar, Chad!" Sudah pasti otomatis secara refleks yang dilakukan oleh Richard adalah menembak Yosua. Siapa pun yang berada di posisi Richard saat itu, pasti secara otomatis menafsirkan teriakan "hajar!" itu sama dengan tembak.

Itulah yang terungkap pada kesaksian ajudan Ferdy Sambo, Adzan Romer tersebut di atas.

Dalam kesaksiannya itu, Adzan Romer mengatakan, saat ia masuk ke dalan rumah TKP, ia melihat tubuh Yosua tergeletak di lantai.

Menjawab pertanyaan jaksa, Adzan Romer menjawab:

"Ya saya tanya Ricky (Bripka Ricky Rizal), 'Ada apa, Bang'. Nggak dijawab, lalu saya masuk, di depan kamar Ibu (Putri Candrawathi) ada Richard."

"Saya tanya 'Ada apa, Chard? (Richard jawab) 'Siap, saya refleks, Bang' ".

Jadi, benar Richard menembak Yosua karena refleks. Kenapa bisa refleks? Karena saat itu keadaan sudah sangat tegang dan panas karena kemarahan Ferdy Sambo. Sebelumnya, ia sudah menyanggupi perintah Ferdy Sambo untuk menembak Yosua.

Begitu sudah berhadapan dengan Yosua, kemarahan Ferdy Sambo mencapai puncaknya. Begitu mendengar perintah komandannya, entah itu "tembak!", atau "hajar!" Sudah pasti otomatis secara refleks yang dilakukan oleh Richard adalah menembak Yosua.

Karena ketegangannya yang sangat tinggi itulah secara refleks pula ia melepaskan sampai 3-4 kali tembakan beruntun.

Tidak mungkin dalam kondisi demikian maksud dengan perintah "hajar" itu bukan menembak, melainkan misalnya, memukul saja. Apa iya, maksud "hajar!" itu perintah kepada Richard hanya mengetok kepala Yosua dengan gagang pistol Glock di tangannya itu?

Jadi, bila memang maksud tim kuasa hukum Ferdy Sambo mengubah fakta bahwa bukan perintah menembak tetapi hanya menghajar Yosua yang dilontarkan Ferdy Sambo kepada Richard Eliezer itu untuk meringankan hukuman kliennya, hal itu adalah tindakan yang sia-sia.

Apakah benar ada campur tangan  Tuhan dalam pengungkapan kasus pembunuhan Yosua ini? 

Sehingga skenario untuk menutupi kejahatan pembunuhan berencana Yosua tersebut pun berantakan dengan terungkapnya berbagai bukti dan fakta yang muncul secara tak terduga. Yang justru datang dari para bawahan Ferdy sendiri yang dia perintahkan untuk menghilangkan dan merusak barang-barang bukti dan mengacaukan TKP. Bahkan dari Ferdy sendiri.

Misalnya, rekaman DVR CCTV sebagai salah satu barang bukti paling krusial yang mengungkapkan kepalsuan skenario Ferdy Sambo tentang penyebab tewasnya Yosua (tembak-menembak) yang disembunyikan salah satu anak buah Ferdy Sambo, Kompol Baiquni Wibowo, justru secara tidak sengaja diserahkan oleh istrinya kepada tim khusus penyidik. Sampai-sampai seorang penyidik dari tim khusus itu mengatakan, "Ada tangan Tuhan dalam kasus ini." (baca: artikel ini)

Salah satu "tanda-tanda alam" itu pun terungkap dalam kesaksian Adzan Romer mengenai detik-detik saat kedatangan Ferdy Sambo dari rumahnya di Saguling ke rumah Duren Tiga, pada 8 Juli 2022.

Ketika itu sebagai ADC (ajudan) dia mendampingi Ferdy Sambo di dalam mobil yang disopiri Prayogi. Awalnya, katanya, komandannya itu mau pergi main badminton. Tapi saat melewati rumah Duren Tiga, Ferdy Sambo perintahkan mobilnya berhenti.

"Bapak minta berhenti, 'berhenti disini'. Tidak dijelaskan mau ngapain. Terus saya turun. Saya turun duluan membukakan pintu."

Ketika itu, kata Adzan, Ferdy Sambo yang berada di dalam mobil tidak langsung turun. Mobil itu masih berjalan sampai sekitar 10 meter dari tempat Adzan turun.

"Saya tunggu Bapak buka pintu dari dalam dulu baru saya buka."

"Setelah itu baru turun, senjata (yang dibawa Ferdy Sambo) jatuh. Saya sebagai ADC  mau mengambil senjata itu, tapi keduluan Pak FS. Bapak menggunakan sarung tangan warna hitam. Saya tutup pintu, lalu saya lihat senjata itu ditaruh di saku celana kanan, celana PDL dengan tangan kanan."

"Waktu senjata itu jatuh itu jenis apa?," tanya jaksa.

"Seingat saya HS, beda dengan senjataku (Glock 17)," jawab Adzan Romer.

Belakangan diketahui pistol HS itu adalah pistol milik Yosua yang sempat diamankan Ricky Rizal di rumah Magelang, setelah dia melihat Yosua dan Kuat Ma'aruf bersitegang. Pistol itu disimpan di laci salah satu mobil sampai di rumah Ferdy Sambo di Jakarta.

Di rumah Saguling, setelah Richard Eliezer menerima perintah Ferdy Sambo untuk menembak Yosua dengan pistolnya, Ferdy Sambo memerintahkan Richard untuk mengambil pistol itu dari dalam mobil untuk diserahkan kepadanya.  

Lanjut pada kesaksian Adzan Romer. Setelah mengantongi kembali pistol itu ke dalam kantong celananya, Ferdy Sambo bergegas masuk ke dalam rumah Duren Tiga. Sedangkan Adzan menunggu di depan pagar garasi. Dia bilang, saat itu dia melihat Yosua masih hidup.

"Waktu FS masuk lewat mana?," tanya jaksa.

"Pintu garasi samping, masuk ke dalam rumah. Saya tidak (masuk). Saya sampai di luar pagar di depan garasi. Saya liat Ricky dari luar dengan almarhum (Yosua). Sama Kodir di garasi sama Bang Ricky. Itu saja yang saya lihat," jelas Adzan.

Sarung tangan hitam yang sudah dikenakan Ferdy Sambo saat mendatangi rumah Duren Tiga, dan adanya Pistol yang diduga tipe HS milik Yosua di tangannya itu merupakan sebagian barang bukti dan petunjuk bahwa pembunuhan Yosua itu memang sudah direncanakan Ferdy Sambo.

Seandainya saat itu pistol yang dibawa Ferdy Sambo itu tidak terjatuh, ajudannya tidak akan melihat dan tidak akan terungkap bahwa saat mendatangi rumah Duren Tiga (TKP), Ferdy Sambo sudah memakai sarung tangan hitam sambil membawa pistol.

Menurut penyidik dari tim khusus bentukan Kapolri, sarung tangan hitam yang dikenakan Ferdy Sambo itu untuk menghilangkan jejak berupa jelaga amunisi saat pistol ditembakkan.

Ferdy Sambo malah secara tak sengaja memberi bukti dan petunjuk kuat bahwa dia lah otak pembunuhan berencana itu, yang diduga kuat yang menembak belakang kepala Yosua. Diduga setelah menembak Yosua, jelaga mesiu yang menempel di sarung tangannya itu diseka  ke tangan Yosua. Untuk memberi petunjuk menyesatkan bahwa Yosua juga melakukan penembakan. Sarung tangan hitam itu tidak ditemukan oleh tim khusus Bareskrim Polri. Diduga telah dibuang entah di mana. (dht)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun