Truk yang seharusnya dalam sehari bisa digunakan untuk 2-3 rit menjadi hanya 1 rit.
Hal-hal itu tentu menyebabkan biaya angkutan truk yang tinggi, yang tentu saja berimbas pada harga barangnya.
Kendala SiToLaut
Sistem proses muat bongkar Tol Laut semula dilakukan secara manual. Sejak 15 Desember 2020 diganti dengan sistem daring dengan aplikasi SiToLaut (Sistem Informasi Tol Laut).
Pemerintah berharap dengan sistem daring aplikasi SiToLaut itu proses muat bongkar Tol Laut akan jauh lebih efesien, mudah, cepat, dan transparan. Dengan aplikasi ini masyarakat dan stake holder lain terkait angkutan Tol Laut dapat mengetahui biaya angkutan, harga barang, dan melacak perjalanan kapal yang memuat barang mereka sampai di pelabuhan tujuan.
Kenyataannya, di beberapa daerah 3TP keberadaan SiToLaut itu justru kerap menjadi penghambat. Justru memperlama proses bongkar muat barang. Hal itu dikarenakan di beberapa daerah 3TP itu jaringan kwalitas internetnya masih buruk.
Aplikasi tidak bisa diakses. Akibatnya proses administrasi yang seharusnya dilakukan secara daring tidak bisa dilakukan. Terpaksa diganti dengan cara manual. Hal ini justru membuat prosesnya menjadi bertele-tele.
Hal tersebut diperparah dengan masalah fasilitas penunjang di daerah-daerah tersebut seperti depo kontainer yang tidak memadai, peralatan bongkar muat seperti crank yang bermasalah, dan permasalahan kwalitas kinerja dan organisasi Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM).
Dweling time yang seharusnya paling lama 2 hari, bisa menjadi 4 -- 6 hari.
Faktor-faktor ketidakefesiensi itu membuat tingginya biaya bongkar muat di pelabuhan-pelabuhan tersebut. Tentu saja berdampak pada menjadi lebih mahalnya harga barang-barangnya daripada seharusnya.
Reefer Container