Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan telah merespon cepat peristiwa Neno Warisman yang diizinkan oleh pilot dan awak kabin pesawat Lion Air menggunakan mikrofon pesawat (public announcement, PA), demikian juga dengan pihak Lion Air juga sudah bertindak cepat dengan meng-grounded Djoko Timboel Soembodo, Kapten Pilot Lion Air itu, bersama dengan tujuh awak pesawat lainnya untuk keperluan investigasi yang diperkirakan memakan waktu selama dua minggu.
Kemenhub menegaskan bahwa apa yang terjadi pada peristiwa tersebut merupakan suatu pelanggaran serius dan oleh karena itu sebagai konsekuensinya Kemenhub telah mengirim surat teguran keras kepada Manajemen Lion Air dengan rekomendasi untuk segera melakukan tindakan yang diperlukan kepada Kapten Pilot beserta seluruh awak pesawat tersebut.
Pelaksana Tugas Dirjen Perhubungan Udara Pramintohadi Sukarno yang mengumumkan hal itu pada Selasa (28/8/2018), mengatakan, PA hanya boleh digunakan oleh awak kabin untuk menyampaikan informasi kepada penumpang. Selain melanggar ketentuan tersebut, penggunaan PA oleh Neno itu juga melanggar ketentuan internal, standard operating procedure (SOP) Lion Air sendiri.
Menurut penjelasan dari pihak Lion Air, pada perusahaannya berlaku peraturan yang berlaku untuk semua awak pesawat bahwa penggunaan semua peralatan pesawat selain oleh awak kabin harus seizin Kapten Pilot dan diketahui oleh Kantor Pusat. Pada kasus neno, Kantor Pusat tidak diberitahu.
Apa yang terjadi pada Sabtu malam (25/8/2018) di dalam pesawat Lion Air JT 297 jurusan Pekan Baru-Jakarta itu memang merupakan suatu kasus yang sangat serius berkaitan dengan masalah keamanan dan keselamatan penerbangan udara.
Corporate Communications Strategic of Lion Air Danang Mandala Prihantoro menjelaskan bahwa peristiwa itu terjadi beberapa menit setelah pesawat lepas landas, sesaat setelah tanda pengenaan sabuk pengaman dipadamkan. Artinya, saat pesawat telah mengudara.
Lalu Neno Warisman meminta izin untuk menggunakan PA, yang diizinkan oleh Pilot dan awak kabin. Dengan menggunakan PA itu Neno menyampaikan kepada seluruh penumpang pesawat bahwa meskipun bukan karena salahnya ia meminta maaf karena pesawat sampai terlambat terbang gara-gara dia yang terlambat datang.
Pada bagian ini saja sudah menimbulkan pertanyaan, pertama, apa urgensinya Pilot memberi izin kepada seorang penumpang menggunakan PA untuk memberitahu kepada penumpang lain kenapa ia terlambat?
Kedua, pernyataan Neno bahwa pesawat terlambat terbang karena menunggu dia, dibantah oleh pihak Manajemen Lion Air. Managing Director Lion Air Group, Daniel Putut Kuncoro Adi, di Kantor Lion Air, Kamis, 30 Agustus 2018 menegaskan pesawat Lion Air JT297 terlambat terbang (delay) sama sekali tak ada hubungannya dengan Neno Warisman, atau penumpang lainnya.Â
Daniel menjelaskan penerbangan dengan rute Pekanbaru-Jakarta, memang mengalami penundaan dikarenakan penerbangan sebelumnya, bukan karena keterlambatan Neno Warisman terlambat memasuki pesawat.
Neno Warisman, kata Daniel, memasuki pesawat saat masih dalam masa grounding yang berdurasi 45 menit. Sehingga, keterlambatan penerbangan tersebut murni disebabkan oleh masalah teknis, bukan menunggu penumpang.
Neno yang arogan, merasa diri sebagai orang penting, sehingga terlalu ge-er, merasa pesawat delay gara-gara menunggunya, dan Pilot yang konyol dan entah memang ada maksud dan motivasi tertentu sampai bisa mengizinkan Neno menggunakan PA untuk keperluan tersebut.
Setelah meminta maaf, Neno menjelaskan menurut versinya tentang kejadian penghadangan terhadapnya (sebagai tokoh #2019GantiPresiden) oleh massa di dekat Bandara Sultan Syarif Kasim, Pekan Baru itu, yang pada intinya menuduh pihak keamanan berpihak dan telah melakukan persekusi terhadap dia dan kawan-kawannya.
"Aparat meminta saya untuk masuk ke ruangan yang mereka inginkan. Saya karena sudah ditunggu mobil, jadi saya masuk ke mobil yang menjemput saya," ujarnya.
"Lalu berlangsunglah drama demi drama," katanya.
"Drama-drama" yang dimaksud Neno tentu adalah sebagaimana kisah yang ia viralkan sebelumnya.
Setelah tertahan di bandara sekitar tujuh jam karena jalan keluar bandara masih diblokir massa, dan sempat terjadi kericuhan antara massa penolak Neno dengan polisi, dan antara massa penolak Neno dengan massa yang mengaku dari FPI dan Laskar Melayu Riau yang hendak membebaskan Neno, dengan bertimbangan karena kondisi semakin tidak kondusif dan demi keamanan kota Pekan Baru, polisi akhirnya memutuskan untuk meminta Neno membatalkan niatnya datang ke Pekan Baru.
Tapi Neno justru mengviralkan tuduhannya bahwa aparat berpihak, bahwa ia telah dipersekusi aparat, ia bersama kawan-kawanya dibohongi, diminta ke ruangan VIP, tapi sesampai di sana, ternyata dipaksa kembali naik pesawat untuk pulang ke Jakarta.
Ia juga mengatakan aparat memperlakukan mereka dengan kasar, (mengintimidasi) mereka dengan membawa senjata api, padahal mana ada dalam kondisi demikian aparat bertugas menjaga keamanan tanpa membawa senjata?
Neno sempat curhat kepada Fadli Zon melalui pesan WhatsApp (WA) mengenai kejadian itu, dan curhat Neno itu pun diviralkan Fadli Zon. Di dalam pesan WA itu Neno mengadu kepada Fadli tentang apa yang menurutnya dipersekusi aparat. Dalam aduannya itu Neno pun mencaci Kabinda setempat yang dianggapnya kasar dan kejam terhadap mereka, Â "Semoga Allah melaknatkan dia" tulisnya di pesan WA itu.
"Ya, saya dipaksa pulang naik pesawat. Ooo, itu, mau dipaksa pulang. Ternyata dibawa ke sini. Tadi mobil ditimbukin, dan dipaksa semua orang keluar, dan sekarang dibawa ke dalam Bandara. Pake ada senjata semuanya. Ini Bapa-bapa bersenjata, tuh. Saya mau dipaksa pulang. Kalau saya bertahan di sini, kira-kira seperti apa? Pasti mereka lakukan suatu hal, kekerasan. Â Ya, jadi negeri ini nggak ada undang-undangnya, nggak ada perlindungan."
Dari kronologis tersebut di atas nyatalah apa yang disampaikan oleh Neno Warisman dengan PA pesawat Lion Air yang sedang mengudara itu sangat jelas sangat kental unsur politiknya. Tuduhannya yang menyudutkan aparat keamanan itu merupakan pernyataan sepihak dari ia sebagai salah satu tokoh kontroversial #2019GantiPresiden.
Inilah yang membuat penggunaan PA pesawat Lion Air oleh Neno Warisman tersebut selain melanggar peraturan yang berlaku juga sangat berisiko membahayakan keamanan dan keselamatan penerbangan pesawat yang sedang mengudara itu.
Bagaimana jika ketika itu ada penumpang pesawat lain yang keberatan, tidak terima dengan penjelasan Neno Warisman tentang kejadian penghadangannya  yang berkaitan dengan gerakan #2019GantiPresiden itu, yang nota bene memojokkan aparat keamanan, menginterupsi penjelasan Neno, memprotes Pilot yang telah mengizinkan Neno menggunakan PA itu, meminta Pilot juga harus memberi izin kepadanya untuk menggunakan PA guna membantah Neno,  sehingga terjadi perdebatan dan keributan di antara penumpang?  Sangat bisa bentrokan fisik pun terjadi di antara para penumpang di dalam pesawat yang sedang terbang! Syukur, hal tersebut tidak sampai terjadi.
"Tidak ada persekusi. Yang ada hanya kita mengamankan semua pihak dari potensi gangguan kamtibmas. Kemarin kita lihat ada lemparan. Jadi kita mengamankan semua pihak," kata Kabid Humas Polda Riau, Kombes Pol Sunarto saat konferensi pers, Minggu (26/8/2018).
Demikian juga dengan keterangan dari Badan Intelijen Negara (BIN). Juru Bicara BIN Wawan Hari Purwanto, menegaskan, BIN memiliki tanggung jawab dalam menciptakan keamanan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2011 tentang Intelijen Negara.
Wawan membantah pihaknya tidak netral dalam pembubaran aksi massa #2019 Ganti Presiden dan melarang Neno Warisman hadir dalam acara Tour Musik bertajuk "#2019 Ganti Presiden" di Pekanbaru.
"Keberadaan BIN harus ada di segala lini demi untuk mengamankan Republik Indonesia, bukan untuk keberpihakan. Kita netral siapapun pemenang pemilu kita sebagai lembaga negara untuk mengamankan," ujar Wawan.
Wawan menuturkan, imbauan kepada Neno Warisman untuk kembali ke Jakarta adalah jalan terbaik guna menghindari terjadinya bentrokan dan jatuhnya korban. "Imbauan (Neno Warisman) untuk kembali adalah imbauan terbaik untuk meminimalisasi korban," katanya (27/8/2018).
Kronologis kejadian massa yang menghadang Neno Warisman keluar dari kawasan Bandara sampai dengan Neno kembali naik pesawat Lion Air untuk balik ke Jakarta juga diliput Kompas.com yang laporannya dapat dibaca di sini. Apa yang ditulis dalam laporan Kompas.com itu bertentangan dengan pengakuan Neno Warisman tersebut di atas.
Untuk membela Neno, dengan menuding Kemenhub double standard, ada pihak yang membandingkan kasus Neno Warisman itu dengan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti yang juga pernah menggunakan PA di pesawat Garuda yang sedang mengudara, pada 21 April 2018, lengkap dengan videonya. Ketika itu Susi Pudjiastuti menggunakan PA pesawat Garuda menyampaikan ucapan selamat Hari Kartini kepada penumpang Garuda itu.
Tentu saja kedua kejadian tersebut sama sekali tidak bisa dibandingkan.
Sebagaimana dijelaskan oleh Senior Manager Public Relations Garuda Indonesia Ikhsan Rosan (30/8/2018), ketika itu pihak Garuda-lah yang meminta Menteri Susi yang kebetulan di Hari Kartini itu terbang dengan pesawat Garuda untuk dengan PA menyapa dan mengucapkan selamat Hari Kartini kepada para penumpang.
Selain itu perlu diingat bahwa Susi Pudjiastuti adalah seorang Menteri, dan apa yang dia sampaikan itu merupakan hanya merupakan suatu ucapan umum yang biasa-biasa saja, yaitu ucapan selamat Hari Kartini kepada para penumpang, sedangkan Neno Warisman adalah seorang kontroversial yang sarat dengan kepentingan politik, dan apa yang disampaikan ketika itu juga merupakan suatu pernyataan demi kepentingan gerakan politik golongannya, yaitu gerakan #2019GantiPresiden, yang tidak semua orang menyukainya, termasuk pasti tidak semua penumpang di pesawat itu senang dengan apa yang dilakukan oleh Neno, tetapi memilih cara aman dengan diam.
Selain pihak Lion Air melakukan investigasi terhadap Pilot Djoko Timboel Sembodo bersama tujuh awak pesawat lainnya dari aspek peraturan dan SOP perusahaan dengan konsekuensi sanksinya, pihak berwajib, bila perlu BIN juga turun tangan untuk memeriksa Pilot (dan para awak kabin lainnya), apa motivasi dia memberi izin kepada Neno untuk menggunakan PA pesawat dan menyampaikan suatu "pernyataan politik" seperti itu.Â
Adakah motivasi politik karena mendukung gerakan politik Neno tersebut sehingga mengizinkan Neno membawa politik praktis di dalam pesawat yang diterbangkan, jangan-jangan dia juga sudah terpapar paham radikalisme, sebagaimana tempo hari terjadi pada dua orang pilot pesawat Garuda Indonesia?
Dalam beberapa kejadian ada juga indikasi bahwa di balik gerakan #2019GantiPresiden itu ada pula misi lainnya yaitu misi ganti sistem negara. Diduga yang dimaksud dengan "ganti sistem (negara)" itu adalah dari sistem NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 diganti dengan sistem  negara Islam, atau khilafah.
Indikasi itu antara lain terlihat dari gerakan #2019GantiPresiden itu juga merangkul HTI yang telah dibubarkan secara resmi karena ideologinya yang bertentangan dan menolak Pancasila dan UUD 1945 untuk diganti dengan sistem khilafah, juga ada video deklarasi #2019GantiPresiden di Medan, 22 Juli 2018, yang memperlihat seorang orator yang berseru tentang misi selain ganti presiden juga ganti sistem negara dengan Syariat Islam (khilafah), dan ada juga video penggagas gerakan #2019GantiPresiden, Mardani Ali Sera, bersama dengan tokoh HTI Â Ismail Yusanto sambil mengacungkan jempol berkata: "Ganti presiden, ganti sistem, Allahu Akbar!" Ini videonya:
       Â
                                                                            *****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H