Kendala itu mirip dengan yang dialami pada proyek Underpass Matraman-Salemba, Jakarta tersebut di atas, yang membuat proyek itu tertunda penyelesaiannya dari target semula Desember 2017, tetapi toh berhasil juga diatasi dalam tempo sekitar tiga bulan.
Pada kunjungannya ke proyek itu pada 4 Juli 2017, Bu Risma mengatakan bahwa proyek itu direncanakan sudah dapat digunakan sebagian pada 10 November 2017, dan secara keseluruhan sudah selesai dan mulai bisa digunakan umum pada Januari 2018.
Sampai dengan Januari 2018, semua pembangunan di bawah tanah (terowongan) sudah selesai. Yang belum dimulai sama sekali pengerjaannya adalah pekerjaan galian tanah untuk "menurunkan" jalan sebagai sambungan dari akses maupun keluar terowongan. Kapan mulai dikerjakan, sampai hari ini belum juga diperoleh kepastiannya.
Jika dihitung dari dimulainya perencanaan pertama proyek itu mulai dikerjakan pada April 2015, maka sudah lebih dari 3 tahun berlalu proyek ini belum juga selesai. Jika dihitung dari dimulainya proyek itu dikerjakan (September 2016), maka waktu yang berlalu sudah 1 tahun 7 bulan, tetapi belum juga ada kepastian kapan proyek ini bisa dilanjutkan, apalagi bisa menentukan kapan selesai dan bisa digunakan.
Alasan kali ini, mandeknya proyek underpass pertama di Surabaya itu dikarenakan para pengembang yang menjadi mitra kerja Pemkot itu belum sepenuhnya memenuhi komitemennya untuk menyetor dana anggaran untuk proyek tersebut. Sampai saat ini dana yang baru disetor ke Kas Pemkot Surabaya hanya Rp 22 miliar dari komitmennya Rp 44 miliar. Sedangkan sisanya yang Rp 31 miliar masih diusahapan pihak DPD REI Jawa Timur melobi hotel-hotel  di kawasan tersebut agar mau ikut berpartisipasi dalam bentur dana CSR.
Pertanyaannya, kenapa saat perencanaan pembangunan underpass itu disusun dan ditetapkan tidak dipastikan terlebih dahulu masalah pedanaannya sampai tuntas, barulah proyek itu dimulai? Sekarang, mandek di tengah jalan, karena masalah dana.
Pada November 2017, sudah diadakan rapat antara pihak pengembang dengan pihak Pemkot Surabaya tentang masalah dana tersebut, tapi masih belum ditemukan titik temu solusinya. Pengembang mau penyetoran dana itu dicicil sesuai dengan progres pembangunan proyek, mungkin karena mereka melihat pengerjaan proyek itu terlalu lambat, dan tersendat-sendat.
Sampai hari ini, belum ada berita lagi mengenai perkembangan proyek yang selama sekitar 3 tahun itu ditunda sampai berkali-kali, baik pada tahapan perencanaannya, pada tahapan penjadwalan mulai pengerjaannya, maupun pada tahapan target penyelesaiannya.
Sekarang, akibat dari tertunda terus, dan mandeknya proyek underpass Bundaran Satelit itu, dan adanya rekayasa lalu lintas dengan dibukanya pertigaan baru Mayjen Sungkono-Bintang Diponggo, di depan Ciputra World Mall, dengan memasang traffic light di sana, justru membuat kemacetan di kawasan ini dari hari ke hari semakin parah. Ketika pertigaan itu belum ada, arus lalu lintas di sana justru lebih lancar.
Demikian juga arus lalu lintas dari arah Kupang Indah ke Mayjen Sungkono, yang dulu tidak pernah macet, sekarang mulai macet. Antrian mobil di traffic light pun jauh lebih memanjang daripada sebelumnya.