Sindiran Roy itu selaras dengan pernyataan Amien Rais yang mengatakan Jokowi orang sipil, tetapi gaya pemerintahannya sangat otoriter melebihi seorang militer.
Kisah pewayangan "Petruk Dadi Ratu" ini juga pernah dijadikan bahan untyuk mengolok-olok Jokowi ketika ikut Pilpres 2014. Ketika itu Jokowi dicibir lawan-lawan politiknya sebagai sosok yang tidak pantas menjadi Presiden, baik dari aspek kemampuan, maupun fisiknya.
Pada Sabtu, 21 April 2018,  di acara Polemik MNC Trijaya FM yang bertema "Politik Copras Capres", di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Roy Suryo kembali mengkritik PDIP dan  kebijakan Presiden Jokowi.
Di antaranya dia berkata, karena sampai saat ini koalisi partai-partai pengusung Jokowi belum solid, gara-gara masalah penentuan calon wakil presiden pendamping Jokowi, Â maka Partai Demokrat masih sangat mungkin membentuk poros ketiga, dengan pasangan calon presiden dan wakil presidennya sendiri.
Ia juga menyindir tentang sertifikat tanah yang diterima masyarakat, yang ada foto Jokowi. "Pembagian sertifikat, tidak usah ada fotonya lah!", sindirnya.
Lalu, ia mengkritik lagi kebijakan Presiden Jokowi tentang harga BBM. Kali ini ia menyindir sikap politik PDIP yang terlalu mendramatisir kebijakan kenaikan harga BBM, ketika yang melakukannya itu Presiden SBY, tetapi mendukung saat kebijakan yang sama dilakukan oleh Presiden Jokowi.
"Tapi kangen,lho, kita dulu dengan ..., sampai naik dulu BBM, sampai nangis Mbak Rieke, Bang Masinton. Kangen kita kayak gitu. Sekarang BBM naik banget, nggak nangis-nangis," sindir Roy.
Roy lalu berseloroh tentang Pilpres setelah 2019, yaitu Pilpres 2024, yang dia prediksikan akan menjadi ajang pertarungan antara putra Jokowi dengan anak SBY, yaitu antara Gibran Rakabuming melawan Agus Harimurti Yudhoyono.
"Tahun 2024 bisa juga AHY vs GRR. GRR itu Gibran Rakabuming Raka," kata Roy yang disabut suara tertawa para hadirin.
Meskipun disampaikan dengan gaya berseloroh, Roy malah menjagokan putra Jokowi, Gibran, yang bisa jadi menambah kemarahan SBY kepadanya, lalu, pada hari itu juga melarang Roy untuk berbicara lagi di media, (terutama di acara talk show dan diskusi seperti di ILC dan di Warung Daun itu).
Pernyataan-pernyataan Roy Suryo yang dengan berani mengatasnamakan Partai Demokrat itu, bahkan berani juga menegaskan bahwa pernyataannya itu resmi suara Partai, dengan mengkritik habis-habisan Jokowi dan PDIP seperti itu, tentu saja berpotensi membuat posisi Demokrat menjadi sulit, jika kemudian nanti berkeinginan berkoalisi dengan kubu Jokowi. Wajar jika membuat SBY marah, lalu melarang Roy bicara lagi di media. SBY khawatir orang ini akan berbicara semakin ngawur lagi dengan mengatasnamakan Partai.