Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

KPK Harus Mengusut dan Memidanakan Penyembunyi Setya Novanto

21 November 2017   22:23 Diperbarui: 21 November 2017   23:33 3043
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jadi, Fredrich sejak Rabu siang itu juga sudah tahu, tim penyidik KPK akan melakukan penjemputan paksa terhadap kliennya itu. Maka, ketika ia berlagak terkejut dan pura-pura tidak tahu saat berada di rumah Setya, sesudah tim penyidik KPK datang, dan Setya sudah menghilang, itu jelas ia hanya bersandiwara saja.

Saat tim penyidik KPK menguntit rombongan Setya Novanto dari kompleks Parlemen pulang ke rumah pribadinya di Jalan Wijaya III, rupanya mereka termakan strategi Setya Novanto, sehingga lengah. Setya dan kawan-kawannya itu diduga sengaja memancing tim penyidik KPK mengikuti mereka ke rumah Setya. Tim penyidik KPK mengira Setya benar-benar pulang ke rumahnya. Sehingga mereka terus memantau dari luar sebelum memutuskan masuk ke rumah itu pada pukul 21.30 untuk menjemput paksa Setya. Saat itulah mereka baru merasa kecele, karena Setya yang mereka lihat sudah masuk ke rumahnya itu, ternyata sudah raib.

Istri Setya, Deisti Tagor, dan Fredrich Yunadi,  mengatakan kepada penyidik KPK bahwa Setya telah dijemput oleh seseorang, sebelum penyidik KPK tiba. Padahal sesungguhnya, Setyo keluar dari rumahnya itu lewat sebuah pintu rahasia yang tembus ke rumahnya lain, dari situlah ia lalu melarikan diri dibawa oleh seseorang.

Meskipun Setya menghilang, pada Kamis (16/11) siang, tim penyidik KPK berhasil melacak keberadaan Setya, dia bersembunyi di sebuah apartemen di daerah Kedoya, Jakarta Barat.

Menurut sumber informasi lain, dari tempat persembunyian itu, Setya minta bertemu dengan Presiden Jokowi yang saat itu berada di Istana Bogor, untukminta perlindungan. Upaya itu dilakukan sebanyak dua kali, pagi dan sore, tetapi gagal.

Jika informasi ini benar, patut diduga ada peran orang yang menjemput Setya di rumahnya itu. Itu berarti orang ini bukan orang sembarangan, setidaknya punya akses ke RI-1. Tetapi, karena Jokowi punya prinsip yang begitu teguh tentang kepatutan terhadap hukum, sudah pasti Jokowi menolak permintaan pertemuan tersebut. Apalagi, ketika itu status Setyo Novanto adalah buronan KPK. Namanya telah diminta KPK untuk dimasukkan ke dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) ke Kapolri. 

Gagal bertemu dengan Presiden Jokowi, sore harinya, Setyo pergi ke kompleks DPR untuk bertemu dengan sahabat akrabnya yang juga wartawan Metro TV, Hilman Mattauch. Seto dan Hilman sudah bersahabat baik sejak Hilman menjadi ketua koordinator wartawan di kompleks parlemen (2014-2016).

Dalam kondisi seperti itu, dalam statusnya sebagai buron KPK, tentu saja pertemuan Setya Novanto dengan Hilman Mattauch itu bukan sekadar pertemuan antara dua sahabat. Tentu pertemuan itu merupakan pertemuan untuk menyusun rencana-rencana tertentu. Rencana-rencana untuk menyelamatkan Setya dari jerat hukum KPK.

Kebetulan, dari Metro TV telah menugaskan kepada beberapa wartawannya untuk berupaya keras menemukan Setyo Novanto untuk suatu liputan/wawancara eksklusif.

Posisi Hilman sebagai wartawan Metro TV itu penting bagi Setya Novanto, karena ia bisa memanfaatkan Metro TV lewat Hilman untuk  mempublikasikan pernyataan-pernyataan pembelaan dirinya kepada publik, sedangkan bagi Hilman, Setyo penting baginya karena adalah nara sumber yang sangat penting dan eksklusif untuk diwawancarai. Reputasinya bisa naik karena dialah satu-satunya wartawan yang "berhasil menemukan" dan mewawancarai  Setya Novanto yang sedang diburu KPK itu.

Wawancara eksklusif Hilman dengan Setyo live di Metro TV itu pun terlaksana, Kamis sore itu, sekitar pukul 18.00, di acara Prime Time News, melalui percakapan telepon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun