2. Yang Paling/Ter:Segala sesuatu yang bersifat superlatif, bisa berupa benda dengan ukuran tertentu, ataupun berupa kegiatan dengan jumlah peserta tertentu, dsb;
3. Yang Unik: Â Segala sesuatu yang unik, diluar kebiasaan yang ada dan belum pernah dilakukan oleh orang lain;
4. Yang Langka: Sesuatu yang jarang ada atau mempunyai keistimewaan tertentu.
Menurut saya untuk fenomena langka ribuan karangan bunga untuk Ahok-Djarot itu memenuhi syarat empat kriteria tersebut di atas, terutama kriteria kedua sampai ketiga, sehingga tak ada alasan dari MURI untuk mengatakan peristiwa itu tidak bisa masuk MURI karena tidak memenuhi satu pun empat kriteria tersebut di atas, kecuali memang Jaya Suprana/MURI telah mencampuradukan keberpihakan politiknya dengan pemberian penghargaan MURI tersebut. Karena Jaya Suprana anti-Ahok, dan dia adalah salah satu pendukung utama Anies-Sandi, maka akan rugi jika MURI harus mengakui fenomena tersebut sebagai suatu rekor yang layak mendapat penghargaan MURI.
Nama Ahok-Djarot bisa semakin bersinar, padahal mereka yang kalah, sebaliknya Anies-Sandi menjadi redup, padahal mereka yang menang.
Apalagi tempo hari di masa kampanye Pilgub DKI, Jaya Suprana/MURI telah memberi penghargaan MURI kepada calon wakil gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno, atas prestasinya berhasil melakukan blusukan ke 1.000 titik di wilayah DKI Jakarta dalam tempo satu bulan. Pemberian penghargaan tersebut dilakukan di Ciracas, Jakarta Timur, Kamis (19/1/2017), diserahkan langsung oleh Jaya Suprana sebagai Ketua Umum kepada Sandiaga Uno.
Ditinjau dari segi etika, sebenarnya pemberian penghargaan MURI itu kurang pantas, karena pemberi penghargaannya adalah pendukung utama Anies-Sandi, dan dilakukan di dalam masa kampanye, bahkan saat acara pemberian penghargaan itu dilakukan, panggung acara dipenuhi dengan atribut-atribut kampanye pasangan nomor urut tiga: Anies-Sandi.
Kalau hanya blusukan seperti itu saja Jaya Suprana merasa Sandiaga Uno layak mendapat penghargaan rekor MURI, sangat aneh jika fenomena ribuan karangan bunga untuk Ahok-Djarot itu malah dianggap tidak memenuhi kriteria MURI.
Akan menjadi tidak aneh, jika memang ternyata Jaya Suprana dengan MURI-nya itu sudah terkontamidasi kepentingan politik sebagaimana saya sebutkan di atas. Semoga saja tidak demikian adanya.
Jika memang demikian adanya, maka MURI bisa kehilangan mukanya, jika kelak justru Guinness World Record yang pertama kali memberi penghargaan rekornya kepada Ahok-Djarot dan pendukungnya atas terjadinya peristiwa yang telah menjadi fenomena langka tersebut. *****