Kita gampang menduganya, yang dia maksud tentu adalah Presiden Jokowi, Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Kapolda Metro Jaya Irjen M Iriawan, dan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. Karena merekalah yang paling berperan menggagalkan aksi Tamasya Al-Maidah itu.
Presiden Jokowi telah menyerukan tidak perlu ada pengerahan massa agar warga bisa memilih dengan tenang, melanjuti petunjuk Presiden, Kapolri Jenderal Tito telah dengan tegas melarang pengerahan massa itu, Kapolda Metro Jaya bersama KPU DKI dan Bawaslu DKI telah mengeluarkan Maklumat Bersama melarang pengerahan massa, dan Panglima TNI telah memerintahkan 15.000 prajuritnya untuk ikut membantu pelaksanaan tugas tersebut demi menjaga Jakarta yang aman, bebas dari pengerahan massa.
Rizieq sengaja memprovokasi umat dengan rekaan-rekaan Anies pasti menang (sampai 80 persen!), dan kalau kalah itu artinya pasti dicurangi, dan jika Anies menang, Ahok kalah, maka kekuatan-kekuatan di balik Ahok akan mengamuk, dengan demikian agar umat sebanyak mungkin terbakar emosinya dan mau datang ke Jakarta untuk mensukseskan misi Tamasya Al-Maidah itu.
Padahal, jelas-jelas ini Pilgub DKI Jakarta, jadi, tidak ada urusannya dengan masyarakat di luar DKI Jakarta. Â
Pilgub DKI Jakarta ini adalah perwujudan dari demokrasi, yaitu kegiatan warga DKI Jakarta memilih gubernurnya, bukan kegiatan agama.
Membela Islam? Memangnya sebagian besar pendukung Ahok itu bukan Islam? Warga muslim DKI, PPP, PKB, dan lain-lain itu bukan Islam? GP Ansor DKI Jakarta yang menyatakan dukungannya kepada Ahok itu, bukan Islam? Â
Memang salah satu ciri aliran sektarianisme agama adalah menganggap semua pihak yang tidak sepaham dengan mereka, meskipun sejatinya Islam, adalah musuh mereka, yang pantas diperangi juga.
Sedangkan untuk keperluan penyelenggaraan Pilgub DKI yang berdasarkan Undang-Undang, yang aman, tenteram, lancar, tertib, jujur dan adil, sudah ada KPU DKI, Banwaslu DKI, dan Panwaslu DKI, dan dua saksi dari kedua pasangan calon, dan dijaga anggota polisi dan prajurit TNI.
Misi Sebenarnya Tamasya Al-Maidah
Orang dengan mudah paham apa sebenarnya maksud dari aksi Tamasya Al-Maidah itu, yakni menggunakan kekuatan massa untuk secara langsung, maupun tidak lanbgsung mengintimidasi secara psikologis (mental), bilamana perlu fisik kepada  pemilih-pemilih tertentu yang berpotensi untuk memilih Ahok-Djarot. Dengan adanya pengerahan massa tersebut diharapkan warga masyarakat tertentu pemilih Ahok-Djarot akan takut datang ke TPS-TPS, dan masyarakat yang datang ke TPS akan diancam secara tidak langsung, sehingga akhirnya mencoblos paslon gubernur muslim.
Dan, bukan tak mungkin, direkayasa atau tidak, karena adanya massa, kericuhan di TPS-TPS berpotensi terjadi, seandainya saat dimulainya proses hitung cepat ternyata dimenangkan oleh Ahok-Djarot, Â sehingga bisa membuat Pilgub DKI itu kacau dan gagal dilaksanakan.