Di penghujung acara Debat Pilgub DKI Jakarta yang diselenggarakan oleh KPU DKI Jakarta, Rabu, 12 April 2017 kemarin, moderator acara, Ira Koesno memberi kesempatan kepada calon gubernur Ahok dan Anies untuk saling meminta maaf, karena selama kampanye mungkin ada saja perkataan-perkataan mereka yang menyakiti hati masing-masing pihak, bahkan mungkin juga keluarganya.
Ira Koesno berkata: “Pilkada kali ini adalah pelajaran berdemokrasi yang luar biasa. Bukan hanya bagi para pendukung, tapi Anda berdua juga saling sindir, saling serang, saling tuding, dan bisa jadi, ada perkataan satu sama lain yang membuat sakit hati, bukan hanya buat Anda berdua, tetapi juga buat keluarga Anda. “
“Jika forum ini menjadi ajang pamungkas, saat ini apa yang akan Anda sampaikan kepada pihak lawan atas ucapan yang menyakitkan tersebut?”
Kesempatan pertama diberikan kepada Anies.
Ketika mulai bicara Anies tidak langsung menyampaikan permintaan maafnya kepada Ahok sebagaimana dimaksud Ira Koesno, ia malah mengawalinya dengan – lagi-lagi – menyerang Ahok, dengan menyinggung tentang apa yang menurutnya ancaman yang pernah disampaikan pihak Ahok kepada warga DKI Jakarta, bahwa jika tidak memilih Ahok-Djarot, maka bantuan sosial, dan proyek lainnya untuk warga-warga itu akan dihentikan Pemprov DKI.
Selain itu, Anies juga menyinggung soal apa yang disebut sebagai fitnah (yang berasal dari pihak Ahok) kepada dirinya bersama Sandiaga Uno tentang Jakarta Bersyariah jika Anies-Sandi menang.
Jadi, Anies bukan meminta maaf karena mungkin telah pernah menyakiti hati Ahok dengan perkataannya, sebagaimana dimaksud Ira Koesno, ia malah mengungkapkan rasa sakit hatinya kepada Ahok terlebih dahulu.
Setelah itu ia menggunakan lebih banyak kesempatan itu justru untuk mengkampanyekan dirinya, sebagai gubernur baru yang betul-betul akan merangkul semua pihak, oleh karena itu kepada warga Jakarta supaya (pada 19 April nanti) mencoblos “sebelah kanan” (Anies-Sandi).
Hanya ada satu kalimat permintaan maaf yang sangat normatif dari Anies, dan itu pun diucapkan secara umum, tak secara tegas kepada Ahok, atau kepada pihak lainnya, dan mengenai apa maafnya itu.
Alhasil dapat dikatakan tidak ada permintaan maaf yang secara jelas dan tegas diucapkan Anies kepada Ahok.
Ketika diberi kesempatan pertama menyampaikan permohonan maafnya kepada Ahok dan keluarganya, Anies berdiri, sejenak ia terdiam, seolah-olah ingin meresapi dulu kata-kata yang akan diucapkannya, lalu berkata:
“Bantuan sosial berhenti, proyek berhenti, perda berdasarkan sebuah agama muncul, jika gubernur baru muncul. Itu semua keliru! Itu semua salah! Gubernur baru justru akan mengantar Jakarta pada pemerintahan yang lebih efektif, pemerintahan yang merangkul semuanya. Pemerintahan yang merasa semua di rumahnya, termasuk kepada mantan lawan, ketika pilkada”.
“Semua yang diucapkan, dikatakan, bagian dari sejarah. Bila ada keliru, kami ucapkan permohonan maaf, dan kemudian kita bangun bersama-sama Jakarta. Ketika saya, ketika kami menjadi gubernur, dan wakil gubernur, mantan lawan pun adalah warga kita yang akan kita hormati sebagai yang lain-lainnya”.
“Karena itu, kita mengajak kepada semuanya, seluruh warga Jakarta, dahulu pakai bambu runcing, sekarang gunakan paku, tusuk yang sebelah kanan, untuk perubahan di Jakarta”.
Sepanjang acara debat yang diselenggarakan oleh KPUD DKI Jakarta, yang kwalitasnya sangat mengecewakan itu (akan saya jelaskan kenapa mengecawakan, di tulisan saya berikutnya), Anies memang masih terus berupaya meng-framming Ahok sebagai pimpinan yang anti-rakyat kecil, anti-rakyat miskin, hanya pro-pengusaha besar, dan menghalalkan segala cara dalam berkampanye (seperti main ancam warga akan menghentikan bantuan sosial, mengfitnahnya akan meng-syariahkan Jakarta).
Meskipun sudah berkali-kali dijelaskan oleh Ahok, maupun Djarot, dan juga bagi masyarakat yang obyetif sudah jelas apa yang diupayakan dan dituduhkan Anies kepada Ahok itu, tidak benar, Anies tetap saja meneruskan upayanya meng-framming Ahok seperti itu, termasuk di acara debat final itu. Ahok pun sampai menggeleng-geleng kepalanya, merasa heran dengan sikap Anies itu.
Sikap Anies terhadap Ahok itu membuat ia sering gagal fokus di acara debat itu, sehingga beberapa kali tidak menjawab pertanyaan, tetapi justru terus menyerang Ahok sebagai pimpinan yang tidak perduli terhadap rakyat kecil, maka itu saat diberi kesempatan Ira Koesno untuk menyampaikan maafnya kepada Ahok, Anies pun lalai, sebagaimana saya jelaskan di atas.
Mungkin juga, karena ia merasa tidak punya salah kepada Ahok, apalagi keluarganya, tetapi karena “dipaksa” meminta maaf, ia pun menyampiakan secara umum saja.
Sangat berbeda dengan ketika Ahok mendapat giliran untuk menyampaikan maafnya kepada Anies dan keluarganya. Tanpa basa-basi, tidak berputar-putar kalimat, dia, yang juga mengatasnamakan Djarot, bersama-sama, langsung menyatakan permintaan maaf mereka.
Bukan hanya kepada Anies dan Sandiaga, beserta keluarga mereka, tetapi juga tidak lupa, kepada paslon nomor urut satu yang telah gugur di putaran pertama: Agus Yudhoyono dan Sylviana Murni.
Ahok langsung menyampaikan permintaan maafnya, karena mungkin saja dalam acara-acara debat itu, ia bersama Djarot telah menyinggung perasaan lawan-lawan mereka itu, dengan adanya perkatan-perkatan yang tidak berkenan di hati. Padahal, tiada maksud mereka untuk itu, tetapi sebagai petahana mereka hanya menyampaikan apa adanya, apa yang telah mereka laksanakan sebagai petahana selama ini untuk Jakarta.
Ahok berkata: “Saya mau sampaikan bersama Pak Djarot, dan keluarga kami berdua, kepada Pak Agus, dan Bu Sylvi, dan keluarganya, pasangan nomor satu. Juga, tentu kepada pasangan nomor tiga dan keluarganya. Pasti di dalam perdebatan, apalagi kami ‘kan pertahana, tentu, kami kadang-kadang mengeluarkan apa yang sudah kami kerjakan. Jadi, seolah-olah mengnihilkan apa yang disebutkan dari pasangan nomor satu, dan nomor tiga. Karena apa yang kami bicarakan itu, sudah kami kerjakan, bukan akan kami lakukan”.
“Maka itu, kesannya, kadang-kadang, seolah-olah kami meledek, atau apa. Bukan! Tidak ada sama sekali, ini kebetulan saja, kami sebagai petahana, kami lebih bisa bercerita lebih banyak, karena semua yang kami pikirkan, kami bicarakan, ini sudah sehari-hari kami lakukan”.
“Sekali lagi, mohon maaf kepada orang Jakarta, sampaikan mohon maaf, semoga kita bisa melihat Jakarta baru bersama.”
Selengkapnya bisa dilihat mulai di menit 06:58 di tautan ini.
Dari pernyataan maaf Ahok dan Anies ini, kita bisa melihat, siapakah yang betul-betul tulus dalam menyampaikan maafnya. *****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H