Sumarno menjelaskan bahwa pertemuan itu merupakan audiensi biasa yang rutin diadakan KPU DKI dengan elemen masyarakat Jakarta.
Penjelasan Sumarno ini justru membuat kita semakin curiga, katanya pertemuan biasa dengan elemen masyarakat, tapi anehnya kok sampai sedemikian istimewanya sampai harus diadakan pada hari libur nasional, dan tidak dengan didampingi oleh komisioner KPU DKI lainnya.
Juga karena, masa iya Sumarno tidak tahu siapa itu Al Khaththath dengan FUI-nya, yang sedari dulu sangat membenci Ahok, dan di pilgub DKI ini merupakan salah satu pendukung utama atau bahkan mungkin bagian dari tim sukses Anies-Sandi?
Selain itu, Al Khaththath juga diduga sebagai penggagas penyebaran ujar-ujar kebencian SARA terhadap Ahok di masjid-masjid, termasuk penyebaran spanduk-spanduk penolakan menyolatkan jenazah pendukung Ahok.
Lebih dekat lagi, masa iya Sumarno tidak tahu, Al Khaththath adalah penggagas Aksi 313, yang ketika itu hanya tiga hari kemudian akan dijalankan? Masa iya, Sumarno tidak tahu, misi dari Aksi 313 itu adalah menuntut Presiden Jokowi memecat Ahok dari Gubernur DKI Jakarta, dan memenjarakannya, serta mendukung Anies Baswedan sebagai gubernur penggantinya?
Dengan posisi Al Khaththath dan kawan-kawannya dari FUI seperti itu seharusnya Sumarno sebagai Ketua KPU DKI Jakarta sangat berhati-hati jika ingin menerima mereka, tidak malah melakukan pertemuan diam-diam yang mengundang curiga seperti itu.
Apalagi, saat ini dia bersama dengan Ketua Bawaslu DKI sedang dalam proses pemeriksaan oleh Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) atas dugaan pelanggaran kode etik, karena diduga tidak netral dalam menjalankan tugas mereka.
Ketua DKPP Jimly Asshiddiqie mengatakan, DKPP akan mengambil keputusannya terkait dugaan pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh Ketua KPU DKI Sumarno dan Ketua Bawaslu DKI, pada Jumat, 7 April mendatang.
Jika mereka terbukti melakukan pelanggaran kode etik itu, maka bisa dijatuhi sanksi pemecatan dari jabatannya itu.
Setelah ketahuan melakukan pertemuan rahasia dengan Sekjen FUI itu, sepertinya Sumarno hendak bermain sandiwara lagi, pura-pura menjadi orang lugu, yang seolah-olah tidak tahu siapa itu Al Khaththath, seolah-olah tidak mengerti seharusnya sebagai Ketua KPU DKI, ia tidak boleh melakukan pertemuan seperti itu, sebagaimana ia juga tempo hari berlagak naif ketika ketahuan memasang gambar profil di WhatsApp.-nya dengan foto Aksi 212 di Monas.
Ketika profil Aksi 212-nya itu dipermasalahkan, Sumarno cepat-cepat menghapusnya, lalu membuat alasan bahwa ia memasang foto Aksi 212 itu tanpa punya maksud apa-apa, ia hanya tertarik dengan foto tersebut, bahwa ia tetap netral, dan bahwa karena Aksi 212 itu bukan suatu aksi politik, tetapi hanya merupakan aksi damai doa bersama, buktinya Presiden Jokowi juga menghadirinya.