Padahal secara logika saja perusahaan sebesar PT Muara Wisesa Samudera tentu tidak berani main-main dengan mega proyek senilai puluhan triliunan rupiah itu, buktinya dengan mereka menggandeng kontraktor asal Belanda Boskalis dan Van Oord, yang sudah berpengalaman ratusan tahun membangun pulau reklamasi di seluruh dunia.
Klaim Rizal yang menyatakan: Pulau G dibangun di atas jaringan kabel listrik dan pipa gas bawah laut, proyek reklamasi itu mengganggu jalur nelayan untuk menangkap ikan, dan biota laut akan musnah jika proyek Pulau G dilanjut  itu pun tidak bisa diabuktikan, demikianlah mungkin yang membuat dia tidak bisa berbuat banyak, ketika Ahok memintanya membuat keputusan tertulis tentang penghentian permanen reklamasi Pulau G itu.
Jika pun Keputusan itu dibuat dapat dipastikan tidak punya kekuatan hukum karena dasar hukum pembangunan Pulau G itu berdasarkan Keputusan Presiden yang secara hirarki peraturan perundang-undangan berada di atas keputusan menteri.
Baru sebelas bulan Rizal Ramli menjadi Menteri, tetapi sudah menimbulkan kegaduhan dan perselisihan di mana-mana di antara dirinya dengan berbagai pejabat tinggi negara lainnya, termasuk dengan atasannya sendiri Wapres Jusuf Kalla, bahkan berani secara tak langsung mengecam kebijakan Presiden sendiri. Â Wajarlah jika Jokowi yang sedari awal sudah menyatakan dirinya sangat tidak suka dengan kegaduhan, akhirnya memutuskan mencopot Rizal Ramli.
Jokowi membutuhkan Menko yang hebat di kinerjanya, bukan yang hebat dengan kegaduhan dan membuat perselisihan di mana-mana.
Jurus rajawali ngepret dihadapi Jokowi dengan jurus mencabut bulu rajawali. *****
Â
Artikel terkait:
Rizal Ramli Menteri yang Tinggi Hati?
Tentang Pembatalan Permanen Reklamasi Pulau G, Kenapa Kini Rizal Ramli yang Uring-Uringan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H