Kalau Yon Bayu dan GTS saja dengan mudah bisa membaca "konspirasi jahat" Ahok, Teman Ahok, dan 9 Naga itu, masa iya, KPU, KPK, dan PPATK tidak bisa? Masa iya, Yon Bayu dan GTS jauh lebih pintar dan lebih tahu banyak daripada KPU, KPK, dan PPATK?
Puluhan Posko Teman Ahok Ada Juga di Pemukiman Miskin
Tanpa melakukan pengecekan terlebih dahulu, Yon Bayu langsung menuduh Teman Ahok itu anti orang miskin, terbukti, katanya, booth Ahok hanya dibuka di mall-mall tertentu, tetapi tidak ada satu pun booth/posko Teman Ahok, yang dibuka di gang-gang sempit, di pemukiman kumuh, dan sebagainya.
Yon bayu menulis:
“Pertanyaan yang menggelitik warga Jakarta secara umum adalah mengapa selama ini Teman Ahok terkesan alergi dengan rakyat Jakarta yang tinggal di gang-gang sempit, di bantaran sungai, di tepi laut, di daerah-daerah kumuh lainnya? Mengapa mereka hanya membuka booth di mal-mal? Berapa banyak manusia Jakarta yang berkunjung ke mal setiap harinya? Apalagi booth teman Ahok hanya dibuka di 12 dari 200-an pusat perbelanjaan yang ada di Jakarta.
“Apakah benar alasan bahwa selain menjaring KTP, Teman Ahok juga menggunakan booth untuk jualan kaos dalam rangka mencari dana, sehingga jika dibuka di daerah kumuh (baca: miskin) jualannya tidak laku dan tidak bisa dijadikan tameng ketika dilakukan audit? Apakah alasan itu juga yang dipakai Teman Ahok ketika memilih melanjutkan ‘konser’ ke Singapura dari pada ke Angke atau ke Kampung Pulo?”
“Kejadian di Singapura mestinya bisa menjadi pelajaran bagi Teman Ahok untuk tidak ‘membelakangi’ masyarakat Jakarta yang ada di sela-sela gedung megah, di antara debu pembangunan. Gunakan pendekatan yang lebih intens, sentuh ego mereka seperti yang dulu dilakukan Joko Widodo, niscaya Teman Ahok tidak perlu jauh-jauh pergi ke Singapura untuk mencari dana..”
Faktanya adalah justru posko Teman Ahok jauh lebih banyak berada di luar mall daripada yang ada di mall, bahkan tidak sedikit juga yang dibuka di gang-gang sempit, pemukiman kumuh, dan sebagainya. Bahkan banyak pula di antaranya yang dibuka dengan sukarela oleh warga di pemukiman itu sendiri – tentu saja dengan persetujuan Teman Ahok, karena mereka bisa lebih berpikiran jernih, jauh dari segala macam kepentingan politik, sehingga melihat dengan nuraninya bahwa Ahok sungguh-sungguh pimpinan sejatinya, yang memimpin DKI Jakarta demi kesejahteraan warganya, bukan kesejahteraan Ahok pribadi, atau partai politik manapun.
Silakan lihat sebagain foto posko-posko Teman Ahok yang ada di pemukiman miskin, dan gang-gang sempit seperti yang dimaksudkan di atas, yang saya ambil dari situs Teman Ahok, di bawah ini. Ini hanya beberapa di antaranya saja:
Penjualan merchandise dan acara konser hanya dipakai sebagai tameng saat diadakan audit? Jelas ini hanya merupakan asumsi, apriori, dan prasangka prematur, semata-mata untuk menanam opini di publik bahwa betapa jahat dan culasnya Ahok dan Teman Ahok itu.