Saat anak perempuan itu dibawa keluar ibunya untuk mencari kerja, mereka bertemu dengan Espandi. Espandi mengatakan, dia tahu bahwa anak itu sebenarnya anak perempuan, tetapi dia berjanji menjaga rahasia, dan melindunginya, lalu memberi namanya:Osama.
Film ini pun berpusat pada kehidupan Osama, yang di usia bocahnya itu harus mengalami penderitaan bathin luar biasa dan ketakutan terus menerus terhadap Taliban yang sewaktu-waktu bisa muncul di mana saja. Ia tahu apa akibatnya jika Taliban sampai mengetahui penyamarannya itu. Â Â
Sepanjang film,dari awal sampai akhir, tiada henti-hentinya diperlihatkan Osama yang selalu ketakutan, dan terus-menerus menangis dan menangis.
Masa kerja Osama itu tak berlangsung lama, Â saat Taliban mulai merekrut dari rumah ke rumah setiap anak-anak laki-laki untuk dididik agama islam versi Taliban, yang akan diikuti dengan latihan-latihan perang untuk menjadi bagian dari pasukan perang Taliban. Osama yang dikira seorang bocah laki-laki pun diambil paksa dari tempatnya bekerja, bergabung bersama anak-anak laki-laki lainnya, termasuk Espandi.
Saat menjalani pendidikan agama tersebut beberapakali identitas sebenarnya Osama hampir terungkap, teman-temannya pun mengejeknya sebagai seorang perempuan karena kulitnya yang halus, yang membuat Osama terus-menerus menangis, dan dibela oleh Espandi, yang mengatakan Osama adalah seorang laki-laki.
Namun pada akhirnya penyamaran Osama itu pun terbongkar saat ia mengalami menstruasi pertamanya. Taliban menangkapnya, membawanya ke sebuah peradilan menurut hukum Islam ala Taliban, yang dipimpin oleh seorang hakim agama.
Selain Osama, ada beberapa orang lainnya yang diadili di sana. Ada seorang perempuan yang dihukum rajam, dengan cara tubuhnya dikuburkan ke dalam tanah, hanya tampak kepalanya, lalu dilempari dengan batu sampai mati. Ada juga reporter kulit putih yang keberadaannya disinggung di awal film, yang juga dijatuhi hukuman mati dan langsung dieksekusi saat itu juga.
Sesaat sebelum Osama dijatuhi hukuman, datanglah seorang kakek tua renta, berusia sekitar 70-an tahun, yang berbisik-bisik kepada sang hakim.
Setelah itu, hakim agama itu mengatakan, ia mengampuni Osama, dan dengan alasan karena Osama adalah seorang anak yatim piatu, maka berdasarkan hukum agama, hakim menawarkan kepada sang kakek untuk menikahinya, yang segera diterima oleh si kakek.
Osama menangis dengan berlinang-linang air matanya, memohon-mohon kepada sang hakim agar jangan membiarkan sang kakek membawanya pergi. Tetapi semua tangisan itu sia-sia. Sang kakek pun membawa Osama ke rumahnya di sebuah desa terpencil, ia disekap di sana bersama dengan sejumlah perempuan yang sebelumnya sudah diperistri sang kakek.