Apabila jumlah KTP dukungan terhadap Ahok telah sudah mencapai target minimal 1 juta KTP, sebaiknya Ahok dan Teman Ahok berinisiatif secepat mungkin mengajak komunikasi secara “kekeluargaan” dengan PDIP/Megawati, tanpa publikasi terlebih dahulu, untuk menyatukan persepsi, demi mendapat dukungan PDIP terhadap Ahok. Bagaimana cara dan mekanismenya tanpa masing-masing pihak merasa lebih unggul satu terhadap yang lain.
Sedangkan PDIP sendiri sebaiknya juga melepaskan sikap “tinggi hatinya” sebagai parpol yang terkuat di DKI Jakarta, tidak perlu memandang gengsi, karena gengsi tak ada hubungannya di sini. Harus melihat realitas dan dinamika menjelang pilgub DKI tersebut dengan Ahok-lah yang terkuat sampai dengan saat ini. Secara parpol PDIP-lah yang terkuat, tetapi secara personal Ahok-lah yang terkuat, sedangkan pilkada di mana saja, termasuk di DKI Jakarta, sosok personallah yang paling menentukan kemenangan, karena yang dipilih rakyat itu adalah personalnya, bukan parpol-nya. Sekuat apapun parpol, kalau calonnya tak disukai rakyat, maka kekuatan parpol itu bisa menjadi sia-sia.
Oleh karena itu PDIP sangat perlu memperhatikan saran Hanta Yuda tersebut di atas, yaitu menerapkan politik realitas. Realitas politiknya adalah Ahok sebagai calon terkuat, maka itu PDIP pun perlu merendahkan hatinya, untuk menerima inisiatif ajakan komunikasi bersama dari Teman Ahok dan Ahok sebagaimana dimaksud di atas.
Diharapkan dari komunikasi “kekeluargaan” tersebutlah dilahirkan keputusan bahwa pada akhirnya PDIP pun menyatakan mendukung Ahok maju di pilgub DKI 2017. Hal tersebut sesungguhnya merupakan sesuatu yang mungkin sekali terwujud, mengingat begitu baiknya sejarah hubungan antara Ahok dengan Megawati, maupun antara Ahok dengan PDIP.
Jika akhirnya, PDIP memutuskan ikut mendukung Ahok bersama dengan Partai NasDem dan Partai Hanura, yang sudah terlebih dahulu mendukung, kemungkinan besar juga dengan Partai Golkar, maka hampir dapat dipastikan pilgub DKI 2017 sudah “selesai” sebelum dimulai, karena dengan elektabilitas Ahok yang sedemikian tinggi, ditambah dengan dukungan empat parpol besar tersebut, maka kekuatan Ahok nyaris sempurna. Dengan tetap mawas diri, selalu awas, introspeksi diri, jangan jumawa, ketika posisi berada di atas angin, karena tiba-tiba bisa jatuh, juga bukan sesuatu yang tak mungkin. *****
Artikel terkait:
Tidak Bakal Ada Parpol yang Mau Mengusung Yusril Ihza Mahendra?
Bukti Ahok Tidak Nafsu/Haus Kekuasaan
Karena Kepala Daerahnya Bukan Ahok
Ahok Mengubah Mimpi Warga DKI Jakarta Menjadi Kenyataan