Aguan sendiri juga sudah merasa percuma bicara dengan Ahok, oleh karena itu dia hanya mengundang empat serangkai Geng STOP dari DPRD DKI Jakarta itu, karena hanya merekalah yang bisa diajak kompromi dan kerjasama, tentu saja dengan sejumlah imbalan. Aguan tahu, anggota-anggota DPRD DKI seperti empat serangkai Geng STOP itu sangat suka dengan duit. Apalagi nilai total mega proyek reklamasi yang mencapai puluhan triliun rupiah itu, tentu sangat menggiurkan untuk dijadikan obyekan mendapat penghasilan tambahan yang berlipat-lipat lebih besar daripada gaji mereka sebagai anggota DPRD DKI.
Maka itulah, Ahok pun “dikucilkan.” Hanya merekalah, yaitu pihak pengembang bersama pihak DPRD DKI yang selalu menjalin hubungan rahasia mereka. Sedangkan untuk menyampaikan keinginan mereka kepada Ahok mereka meminta bantuan Sunny Tanuwidja. Itu pun tetap saja gagal mempengaruhi Ahok.
Sunny sendiri pun hanya berani sebatas menyampaikan hal-hal apa yang ingin mereka sampaikan kepada Ahok. Dia tidak berani lagi menyampaikan pendapatnya sendiri, apalagi sampai mendukung pihak pengembang dan DPRD DKI itu. Ia sudah kapok berdebat dengan Ahok. Sunny mengaku Ahok tidak bisa dilobi.
Itu berdasarkan pengalamannya sendiri, ketika pernah berdebat dengan Ahok soal keinginan Ahok untuk menaikkan Upah Miniumum Provinsi (UMP) DKI Jakarta sebesar 40 persen. Ketika itu Sunny mencoba menyampaikan pendapatnya mewakili suara pihak pengusaha yang tidak setuju dengan kenaikan sebesar itu. Ia sempat berdebat dengan Ahok, tetapi lalu Ahok marah besar, sampai menggebrak meja di hadapannya. Sejak itu Sunny pun, kapok berdebat dengan Ahok, meskipun tetap menjadi perantara antara Ahok dengan pihak pengusaha untuk mengatur jadwal pertemuan mereka.
Kini, berawal dengan tertangkap tangannya Sanusi oleh KPK, satu per satu selubung korupsi suap reklamasi pun terkuak, termasuk peran empat serangkai dari DPRD DKI Jakarta itu, Geng STOP. Hal ini sudah hampir pasti akan menghentikan peran dan gerak mereka, yang bukan tak mungkin berakhir di penjara juga mengikuti jejak Sanusi.
Gerak Geng STOP pun stop sampai di sini saja. *****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H