Selain dari itu, boleh dikatakan semua kalangan memilih diam, tak berani mengambil risiko untuk melakukan kritik terhadap pemerintah (Soeharto), takut dianggap keterlaluan, menghina pemerintah atau sejenisnya, karena bisa-bisa bukan karena GMT, tetapi karena kritiknya itu bisa membuat mereka masuk penjara.
**
Ketika GMT terjadi, saya berada di Ujung Pandang (Makassar).
Kalau saya tidak salah ingat, saat itu karena GMT, sekolah-sekolah juga diliburkan, sebab GMT akan terjadi mulai pukul 09:00 – 13:00 WIB, atau 10:00-14:00 WITA. Tanggal 11 Juni 1983 itu adalah hari Sabtu, ketika itu Sabtu masih merupakan hari kerja dan sekolah.
Seramnya GMT sebagaimana digambarkan pemerintah ketika itu juga terasa di Ujung Pandang. Kota menjadi terkesan mencekam menjelang GMT, sunyi, karena orang-orang menuruti seruan pemerintah agar tinggal di rumah saja, tidak boleh keluar rumah, dan melihat GMT dari siaran langsung TVRI saja.
Saat itu TVRI, merupakan satu-satunya stasiun televisi di Indonesia. Siaran langsung GMT dilakukan TVRI dengan bekerja sama dengan NHK Jepang. Siaran langsung dilakukan dari kawasan Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, yang baru saja diresmikan purna pugarnya oleh UNESCO pada awal tahun 1983 oleh Presiden Soeharto.Siaran langsung dimulai pukul 09.00-13.00 WIB, sesuai dengan masa lintasan GMT.
Ketika itu, saya masih seorang pelajar SMA. Saya tinggal dengan paman saya di sebuah rumah kontrakkan, yang tidak ada televisinya. Saat itu, televisi masih merupakan barang mewah, tidak sembarang orang bisa memilikinya. Maka, kami pun ikut menonton GMT dari TVRI di rumah tetangga itu.
Banyak orang yang berkumpul di rumah itu untuk menonton GMT dengan hati berdebar-debar. Saya masih ingat, ada satu bapak-bapak yang sejak siaran langsung dimulai terlalu banyak komentar. Inti komentarnya adalah dia tidak percaya manusia bisa meramalkan adanya gerhana, apalagi sampai bisa sedemikian detail, sampai pada detik-detiknya. Ketika GMT itu benar-benar terjadi sesuai dengan apa yang diperhitungkan para astronom itu, Bapak yang banyak komentar miringnya itu sudah menghilang. Rupanya, dia malu juga dengan komentar-komentarnya tersebut.
Menjelang GMT, saya yang merasa penasaran, sempat keluar rumah, melihat suasana kota yang senyap itu. Siang hari, tetapi hari seperti menjelang magrib, makin dekat dengan titik GMT hari semakin gelap.
Saya juga sempat memberanikan diri untuk melihat ke arah matahari, tetapi karena takut buta, saya hanya mencuri-curi lihat, hanyak sekejap-sekejap, tetapi itu sudah cukup, ketika saya mulai melihat matahari yang mulai gelap karena mulai tertutup bulan. Saya pun tak berani melihatnya lagi, lalu masuk ke rumah untuk melihat siaran langsung GMT di TVRI, sesuai dengan perintah Harmoko atas nama Presiden Soeharto. *****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H