Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Wakil Wali Kota Bandung Ngambek, Kang Emil Curhat di Medsos, Bandung-Surabaya Memanas

26 Februari 2016   12:14 Diperbarui: 26 Februari 2016   12:31 1160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hubungan Pemerintah Kota Surabaya dengan Pemerintah Kota Bandung saat ini sedikit memanas.

Gara-garanya, Wakil Wali Kota Bandung Oded Muhammad Danial yang ngambek. Dia merasa dilecehkan Pemkot Surabaya, khususnya Kantor Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya. Karena waktu dia bersama rombongan pejabat dan staf Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung datang ke sana, pada Jumat, 19 Februari lalu, dengan maksud untuk mengadakan studi banding tentang peningkatan pajak dan pendapatan daerah, tidak ada satu pun orang yang bisa menerima mereka. Akibatnya, rombongan Pemkot Bandung itu pun pulang dengan tangan hampa.

Padahal, kata dia, dalam curhat-nya kepada wartawan, sesuai dengan prosedur, sebelumnya, surat permohonan kunjungan sudah diajukan. Balasan dari Pemkot Surabaya sudah didapat, yaitu berupa disposisi “UMP” (untuk mendapat perhatian) dari Wali Kota Tri Rismaharini.

Ngambek-nya Wakil Wali Kota Bandung Odded M Danial ini pun dengan segera direspon oleh Wali Kota Bandung Ridwal Kamil, yang biasanya disapa Kang Emil itu.

Sayangnya, Emil bukannya menghubungi WaliKota Surabaya Tri Rismaharini terlebih dahulu untuk mendapat konfirmasi langsung, tetapi malah langsung tancap gas, berkicau di akun Twitter  pribadinyanya, mendukung Wakilnya itu, menyalahkan Pemkot Surabaya.

“Sy menyesalkan, Wakil walikota Bdg ditolak studi banding ol pemko Surabaya. Insya Allah dg visi NKRI kami di Bdg akn terima siapapun ut studi”

“walaupun dibegitukan, kami tetap dgn terbuka menerima tim pemko Surabaya di Des'15 yg studi banding terkait manajemen raskin ke pemkot bdg.”

Kesan yang didapat dari sikap Emil dan Oded itu adalah mereka hendak menempatkan pihaknya sebagai korban perlakuan yang tak pantas dari Pemkot Surabaya, "pihak teraniaya", namun dengan sangat bijaksana, mereka menerimanya, tidak dendam, bahkan akan tetap bersikap baik terhadap siapapun ketika melakukan studi banding di Pemkot Bandung, termasuk Pemkot Surabaya.

Netizen pun di harapkan akan bersimpatik kepada mereka, ikut mencela perlakuan Pemkot Surabaya itu. Tetapi, yang terjadi malah sebaliknya. Mayoritas netizen malah mengritik sikap keduanya, terutama Emil, yang dinilai terlalu berlebihan. Hal yang seharusnya bisa diselesaikan secara internal di antara kedua belah pihak, malah diekspos ke publik, dengan menyalahkan pihak Pemkot Surabaya, tanpa lebih dulu mendengar penjelasan dari mereka.

Kicauan Emil itu pun segera mendapat tanggapan yang ramai di media sosial.

Khusus terhadap kicauan Emil di Twitter itu, banyak netizen, termasuk warga Bandung sendiri yang menilainya terlalu berlebihan alias lebay. Namun Emil bersikukuh bahwa sikapnya di Twitter itu sudah benar.

Dia menulis lagi di akun Twitter-nya itu pada 24 Februari, bahwa persoalan tersebut bukan perkara melebih-lebihkan masalah. "Ini bukan soal lebay, baper dll. Ini untuk jadi perhatian. Krn bukan yg pertama."

Pernyataan Emil pun dikomentari salah seorang warga pemilik akun @ariobajoe, dalam bahasa Sunda. "Ya, tapi kang @ridwankamil, teu perlu di-twitkeun ateuh (tidak perlu ditulis di Twitter). Naon manfaatna publik tau? (Apa manfaatnya publik tahu)." 

Emil menjawab. "Kunjungan dinas itu pake duit rakyat yg harus dipertanggungjawabkan." 

 

Padahal, jika Wakil Walikota-nya itu sungguh-sungguh mengerti prosedur suatu kunjungan kerja (studi banding) antarpemerintah kota, dan tidak bersikap manja seperti mantan Presiden SBY yang suka curhat ke wartawan, dan Wali Kota-nya tidak malah bersikap protektif berlebihan kepada Wakil-nya itu, serta tidak buru-buru langsung curhat juga di media sosial (juga mirip dengan SBY), maka seharusnya permasalahan itu tidak perlu terjadi, apalagi sampai terekspos ke publik, yang sempat membuat hubungan kedua Pemkot menjadi tegang.

Payahnya, meskipun pihak Pemkot Surabaya telah mengklarifikasi kasus ini, bahwa tidak benar mereka telah menolak kedatangan Wakil Wali Kota Bandung beserta rombongannya itu, Emil dan Oded Danial tetap pada sikapnya semula, belum ada tanda-tanda mereka menyesali sikap mereka berdua yang terlalu terburu-buru menuding Pemkot Surabaya seperti itu, apalagi mau minta maaf.


Sebenarnya, dari pengakuan Oded saat curhat ke wartawan tersebut di atas, kita sudah bisa menduga, yang “tidak beres” itu justru Oded Danial sendiri. Sebab, dari penjelasan itu, diketahui, sesungguhnya dari pihak Pemkot Surabaya belum ada konfirmasi kepastian kapan mereka bisa menerima kunjungan kerja itu.

Oded sendiri bilang, surat permohonan kunjungan kerja sudah dilayangkan ke Pemkot Surabaya, dan dia sudah mendapat balasan surat dari Wali Kota Surabaya Tri Risma, tetapi hanya berbentuk UMP (untuk menjadi perhatian). Berarti ‘kan, sama saja dengan dari pihak Pemkot Surabaya belum ada konfirmasi kapan mereka bisa menerima kunjungan kerja itu, mengapa justru Oded dan rombongannya itu langsung saja ke sana? Ya, jelas, tidak ada yang bisa menerima mereka. Jangankan menerima, tahu mereka datang ke sana saja, tidak. Apalagi bertepatan dengan hari itu juga seluruh jajaran Pemkot Surabaya lagi super sibuk, berkaitan dengan adanya kunjungan dari BPK Pusat dan pelantikan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya periode 2016-2021.

Sudah tahu, belum ada konfirmasi, baru “UMP”, kok malah nekad  langsung meluncur ke kantor Pemkot Surabaya itu? Konyol sendiri, dong, kok malah salahin pihak lain, pakai mengadu segala, pakai ngambek segala,  pakai curhat di media sosial segala.

Anehnya, Wakil Wali Kota Bandung itu bisa bilang, itu sudah sesuai dengan prosedur! Prosedur dari Hong Kong?

Kenapa kok masih ngeyel membela diri, mempersalahkan pihak Pemkot Surabaya, dan  mempublikasikannya ke ranah publik? Kenapa tidak bersikap sportif mengaku khilaf, lalu meminta maaf, meskipun hal itu tidak terlalu diharapkan Pemkot Surabaya.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sendiri belum mengomentari kasus tersebut. Mungkin ia tak mau membuang-buang waktunya dengan percuma untuk membahas hal tersebut. Cukup bawahannya saja yang menanggapi.*****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun