Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kenapa Hanya "Deadpool" yang Dipermasalahkan?

14 Februari 2016   09:40 Diperbarui: 4 Maret 2017   22:00 3493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membaca ulasan tersebut di atas, kesan apa yang kita peroleh?

Kesan saya: Kok, jadi begini ramai, rumit, ruwet, njlimet, ya, “hanya” mengenai anak-anak di bawah umur yang menonton film untuk orang dewasa (dalam hal ini Deadpool).

Padahal, masalahnya sebenarnya simpel saja, demikian juga solusinya, yang terpenting hanyalah tekad untuk menjalankan peraturan yang sudah lama ada.

Secara substantif masalah ini sebenarnya bukan masalah baru. Masalah ini sebenarnya sudah menahun, terus dipelihara sampai hari ini, sampai menjadi seolah-olah sudah bukan lagi suatu pelanggaran.

Demi kepentingan bisnis hal tersebut diabaikan, atau karena persepsi dan wawasan masyarakat kita yang memang masih rendah terkait adanya pengaruh besar yang berpotensi besar mempengaruhi jiwa seorang anak di kemudian hari dalam proses tumbuh kembang mentalnya dari film-film yang pernah dia tonton.

Saya sendiri pernah beberapakali menyinggung masalah ini di Kompasiana. Secara khusus, saya menulisnya dengan judul Ketika Anak-Anak Bebas Menonton Film-Film Dewasa di Bioskop. http://www.kompasiana.com/danielht/ketika-anak-anak-bebas-menonton-film-film-dewasa-di-bioskop_55f5bc16d192735d050420e0

Selama ini, bukankah memang sudah merupakan suatu pemandangan yang lazim, saat kita menonton suatu film dengan rating Dewasa, kenyataannya juga dengan bebas ditonton oleh anak-anak di bawah umur? Baik bersama orangtuanya, maupun hanya bersama teman-teman seusianya. Itu artinya apa? Artinya, selama ini pula klasifikasi umur, khususnya Dewasa yang diberikan oleh LSF pada film-film tertentu, dalam prakteknya selalu diabaikan oleh pihak bioskop. Pihak bioskop, dalam hal ini penjaga pintu bioskop tidak pernah menolak anak-anak di bawah umur yang hendak menonton sebuah film dengan rating Dewasa.

Sepengetahuan saya, penjual karcis bioskop juga tidak pernah mempermasalahkan pembeli karcis film dewasa, meskipun pembelinya adalah anak di bawah umur.

Dan, selama ini pula pihak pemerintah yang berwenang, khususnya LSF, dan pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tidak pernah serius mempersoalkannya dan mengatasinya, dahulu, sekarang, dan entah kapan lagi.

Termasuk dalam kasus film Deadpool ini, saya yakin, ramai-ramainya masyarakat mempersoalkan anak-anak di bawah umur menonton film ini, hanya berlangsung sesaat saja. Tanpa mampu mempengaruhi pihak yang berkompeten di pemerintahan menindaklanjutinya, agar kasus Deadpool ini menjadi kasus yang terakhir.

Buktinya, meskipun sudah ramai menjadi bahan pembicaraan, pihak bioskop masih tetap menerima dengan tangan terbuka jika ada anak-anak di bawah umur yang hendak menonton film ini. Alasannya, karena mereka dibawa orangtuanya, padahal jika mau konsekuen dengan rating yang sudah ditetapkan LSF, pihak bioskop dapat saja tetap menolak anak-anak itu, meskipun didampingi orangtuanya. Tiket yang sudah terlanjur dibeli, dikembalikan uangnya utuh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun