Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Analisa Kasus Dugaan Pemukulan Masinton Pasaribu terhadap Dita Aditia

1 Februari 2016   17:12 Diperbarui: 2 Februari 2016   09:31 3030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Minggu kemarin (31/1/2016) anggota Komisi III DPR dari Fraksi PDIP Masinton Pasaribu dilaporkan ke Bareskrim Polri oleh Tenaga Ahlinya yang bernama Dita Aditia, dengan tuduhan telah melakukan penganiayaan terhadap dirinya pada Kamis, 21/1/2016.

Hari ini, Senin, , Senin (1/2/2016), Dita mendatangi Lembaga Bantuan Hukum APIK (Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan). Dengan didampingi Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Nasdem DKI Jakarta Wibi Andrino. Di sinilah, Dita memaparkan peristiwa yang telah dialaminya itu. 

Kejadiannya pada Kamis, 21/1/2016 malam, tetapi baru dilaporkan Dita pada Sabtu 30/1/2016. Kenapa sampai sembilan hari kemudian baru dilaporkan ke polisi?

Menurut penjelasan Wibi Andrino, dialah yang berinisiatif meminta Dita melaporkan Masinton ke Bareskrim Polri dan ke LBH APIK itu, setelah melihat mata kanan Dita yang lebam.

Pada 30/1 pagi, ada rapat Nasdem, yang dihadiri Dita dan Wibi, lalu Wibi melihat mata kanan Dita lebam seperti kena pukulan. Wibi tanya kepada Dita, kenapa matanya. Dita tidak menjawab, tetapi menangis. Setelah didesak, baru dia mengaku kepada Wibi bahwa dia dipukul Masinton, pada 21/1 malam itu.

Wibi lalu mendesak Dita akan melaporkan kasus itu ke Bareskrim Polri.

Rupanya, tadinya Dita tidak berniat melaporkan kasus itu ke polisi, tetapi setelah Wibi mendesaknya melaporkan kejadian itu ke polisi, Dita pun  melakukannya.

Wibi mengaku, sudah mengkonfirmasikan hal ini langsung kepada Masinton, tetapi dia membantah telah memukul Dita. Kata dia, dia tidak memukul Dita, lebamnya mata Dita itu dikarenakan terkena sabetan tangan kiri Staf Ahlinya yang bernama Abraham Leo Tanditasik, karena ketika itu Dita sedang mabok berat, berteriak-teriak histeris, lalu menarik setir mobil yang sedang dikemudikan Abraham, lalu secara refleks Abraham menepis tangan Dita dengan tangan kirinya yang memakai cincin batu akik, tak sengaja mengena wajah Dita itu. Itulah menyebabkan lebam membirunya mata Dita tersebut.  

Wibi menjelaskan juga, ibunya Dita sudah mengkonfirmaskan kepadanya membenarkan bahwa pada malam tanggal 21 Januari itu, Masinton telah memukul anaknya. Ia dan Dita sempat bertemu dengan Masinton dan Staf Ahlinya, pada kesempatan itu Masinton minta kasus tersebut tak diperpanjang, dia bersedia menanggung semua biaya pengobatan Dita selama di rumah sakit.

Karena permintaan Masinto itulah yang menyebabkan Dita tidak melaporkan kasus tersebut ke polisi sampai sembilan hari kemudian, sampai ketika Wibi yang melihat mata Dita yang lebam itu, lalu terkuaklah kasus itu ke publik.

Mungkin juga Dita tadinya merasa takut lapor polisi (meskipun diasempat lapor di Polsek Jatinegara, tapi tidak dilanjutkan) karena khawatir urusannya menjadi panjang, dan takut sama Masinton, tetapi karena ada dukungan dari Wibi, ia menjadi berani.

Ada dua versi cerita dalam kasus ini yang saling bertolak belakang, versi Dita dan versi Masinton.

Versi Dita (Kompas.com):

Pada Kamis, 21 Januari 2016, Dita sedang berkumpul dengan teman-temannya di Camden Cikini pada pukul 21.00. Sekitar pukul 22.17, Dita dihubungi oleh Masinton yang menanyakan keberadaannya.

"Malam pukul 21.00 saya dengan Dodi (teman Dita) pergi ke Camden, mobil saya diparkir di DPW Nasdem. Saya bertemu dengan 8 orang, hang-out seperti biasa," ujarnya.

Sekitar pukul 22.30, Dita dijemput oleh Masinton. Di dalam mobil tersebut, menurut pengakuan Dita, hanya ada dia yang duduk di kursi penumpang depan, sopir yang bernama Husni dan Masinton duduk di belakang.

Husni turun di kantor DPW Nasdem untuk mengambil mobil Dita. Masinton kemudian pindah ke kursi pengendara dan melanjutkan perjalanan untuk mengantar Dita pulang ke apartemennya yang berada di bilangan Cawang.

"Selama perjalanan, pelaku membentak saya. Dia bertanya ngomong apa kau ke teman-teman? Saya jawab saya enggak ngomong apa-apa. Saya menangis karena dimaki. Dia menyuruh saya diam sepanjang jalan. Sampai di Cawang (apartemen), pelaku tidak menurunkan saya, malah dibawa berkeliling," ujar Dita.

Dalam perjalanan itu, Dita mengaku telah dipukul oleh Masinton sebanyak dua kali.

"Saya cuma rasain pusing, pandangan saya berkunang-kunang setelah ditonjok dua kali," ungkapnya.

Setelah peristiwa pemukulan itu, akhirnya Masinton menurunkan Dita di apartemen. Dita sempat memberitahu Husni bahwa dia telah dipukul oleh atasannya.

"Setelah ditonjok, saya memaksa turun karena mau lapor polisi. Saya turun, masuk taksi, kemudian diantar ke Polsek Jatinegara. Saya lapor polisi lalu diantar ke RSUD Budi Asih untuk membuat visum. Waktu itu sekitar pukul 01.00 dini hari. Pihak kepolisian yang ambil hasil visum," ujar Dita.

Menurut penuturannya, penganiayaan itu bukanlah yang pertama kalinya. Pada 17 November 2015, Masinton pernah memukulnya di apartemen. Masinton meminta jalan damai, berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya.*

 

Apakah yang membuat Masinton sedemikian gerah sehingga mempersoalkan apa yang dibicarakan Dita dengan teman-temannya itu?

Wibi Andrino menduga, pemukulan yang dilakukan Masinton itu dilatarbelakangi somasi dari Fraksi Partai Nasdem ke Masinton terkait pernyataan Masinton dalam rapat Komisi III DPR dengan Jaksa Agung M Prasetyo, pada 21 Januari lalu, tentang kasus Mobile 8.

Saat itu, Masinton berkata kepada Prasetyo bahwa dalam kasus Freeport dan Mobile 8, ada pertarungan antar-geng. Dalam kasus Mobile 8, kata Masinton, ada pertarungan antara Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh dan Ketua Umum Partai Pelindo Hari Tanoesoedibjo (pemilik Mobile 8 yang sedang diperiksa kasusnya oleh Kejaksaan Agung). Sedangkan Prasetyo adalah mantan anggota DPR dari Fraksi Partai NasDem.

Wibi menduga, Masinton melampiaskan kekesalannya karena somasi itu kepada staf ahlinya yang merupakan kader DPW Partai Nasdem DKI Jakarta. Karena pada malam itu, Dita diketahui sedang duduk-duduk bersama rekan-rekannya sesama kader NasDem di Camden Bar Cikini. Masinton menuduh Dita sedang membicarakan persoalan somasi itu dengan sesama kader NasDem-nya itu.

Dita sendiri memang kader NasDem, tetapi bekerja secara profesional sebagai Tenaga Ahli Masinton yang adalah anggota DPR dari Fraksi PDIP.

Dugaan Wibi ini masuk akal, karena kejadian pemukulan itu terjadi pada hari yang sama dengan hari kejadian di rapat Komisi III dengan Jaksa Agung, Kamis, 21 Januari 2016 itu. Kejadian rapat Komisi III itu siang, malamnya terjadi insiden pemukulan itu.

 

Versi Masinton Pasaribu (detik.com):

Pada Kamis, 21/1/2016 malam itu, sekitar pukul 22.00, dia baru selesai dari mengikuti suatu acara, saat itu di dalam mobilnya, dia bersama dengan Tenaga Ahlinya Abraham Leo Tanditasik, dan sopirnya yang bernama Husni.

Lalu, ada telepon dari Dita kepada Abraham yang memintanya menjemput dia di Camden Bar Cikini, karena dia sedang mabok berat, tidak bisa mengemudikan mobilnya sendiri.

Saat sudah berada di dalam mobil, Dita minta agar mobilnya yang diparkir DPW NasDem, diambil dan dibawa pulang ke rumahnya. Mereka lalu ke kantor NasDem untuk mengambil mobil itu. Masinton meminta Husni yang membawa pulang mobil itu ke rumah Dita.

Maka di dalam mobil Masinton, kini ada Dita, yang duduk di damping Abraham yang mengemudi, dan Masinton yang duduk di jok belakang Dita.  

Sepanjang perjalanan, karena mabok berat, Dita berteriak-teriak histeris, dan muntah-muntah di dalam mobil, dan memainkan volume tape, lalu tiba-tiba menarik setir mobil yang sedang berjalan itu ke kiri. Refleks, Abraham menepis tangan Dita dengan tangan kirinya, tak sengaja, tangan kiri yang memakai cincin batu akik itu mengena wajah Dita, sampai matanya lebam.

Abraham Leo dan Husni, yang diminta keterangannya oleh detik.com, memberi kesaksian yang mendukung cerita versi Masinton itu.

Masinton juga membantah bahwa Dita Aditya adalah tenaga ahlinya, menurut Masinton Dita hanyalah asisten pribadinya, yang hanya mengerjakan hal-hal yang bersifat administratif. Oleh karena itu tak benar tudingan yang mengatakan bahwa kasus itu terjadi karena Masinton menganggap Dita telah membicarakan tentang dirinya terkait kasus di Komisi III itu saat bersma dengan teman-teman NasDem-nya itu.

Pertanyaannya versi siapa yang benar?

Analisa

Sebenarnya, “misteri” kasus ini tidak rumit. Saya yakin, dengan mudah polisi akan menemukan fakta sebenarnya dari kasus ini, siapa yang benar, dan siapa yang berbohong.

Polisi akan menyelidiki apakah Dita memang benar dalam keadaan mabok berat sejak di Camden Bar, Cikini itu, sebagaimana dikatakan oleh Masinton. Polisi akan meminta keterangan kepada pelayan dan staf bar yang malam itu bertugas di sana, juga kepada teman-teman Dita yang sedang hang-out bersamanya di sana. Tentang CCTV, katanya pada hari kejadian itu, CCTV belum dipasang.

Polisi bisa juga akan memeriksa mobil Masinton yang digunakan malam itu, apakah benar ada bekas muntahan orang mabok di tempat duduk bagian depan samping sopir, yang katanya tempat duduk Dita itu. Jika ada, apakah benar itu muntahan dari Dita. 

Tentu juga polisi juga akan meminta keterangan dari Tenaga Ahli Masinton, Abraham Leo Tanditasik, dan sopirnya yang bernama Husni itu. Apakah mereka akan menjelaskan duduk persoalan yang sebenarnya, ataukah akan berbohong kepada polisi demi melindungi atasannya?

Salah satu yang bisa dilakukan polisi adalah memeriksa ponsel Dita dan/atau Abraham, apakah benar ada panggilan dari ponsel Dita ke ponsel Abraham. Ini tentu dengan sangat mudah bisa diketahui, tinggal melihat log yang ada di ponsel mereka berdua.

Ada beberapa kelanggalan dari pengakuan Masinton itu.

Dia bilang, Dita menelepon Abraham, minta dijemput, karena dia sedang mabok berat sehingga tidak bisa menyetir mobilnya sendiri. Pertanyaannya, seandainya, jika memang benar Dita sedang mabok berat ketika itu, apakah dari sekian banyak temannya yang sedang hang-out  bersama Dita itu, tidak ada satu pun yang mau menolong Dita, mengantarnya pulang? Kok sampai Dita menelepon Abraham untuk keperluan itu, padahal dia tidak tahu Abraham saat itu sedang berada di mana.

Kejanggalan kedua, jika memang Dita hanya mabok, kemudian tanpa sengaja tangan Abraham memukul wajahnya sampai lebam sedemikian parah, kenapa Masinton sama sekali tidak berinisiatif untuk mengantar Dita ke rumah sakit untuk mengobatinya?

Kejanggalan ketiga, apakah mungkin polisi-polisi piket di Polsek Jatinegara, yang sempat menerima laporan Dita di Jumat dini hari itu, tidak tahu kalau Dita sedang mabok berat? Sebab, dalam penjelasannya kepada wartawan, pihak Polsek tidak mengatakan Dita saat itu sedang mabok. Mereka malah membantu Dita, mengantarnya ke RSUD Budi Asih, untuk divisum

Pihak Polsek Jatinegara telah mengonfirmasikan, Jumat dini hari (22/1), benar Dita sempat datang ke sana untuk melaporkan bahwa dirinya baru saja dipukul orang. Oleh pihak Polsek, Dita diminta dan diantar untuk melakukan visum et repertum ke RSUD Budi Asih. Tapi, karena melihat kondisi Dita yang sudah sangat kelelahan itu,  dia diminta pulang saja dulu untuk istirahat. Besok, baru kembali untuk  dibuat BAP-nya. Tetapi, ternyata, Dita tidak kembali lagi ke sana, tetapi kemudian langsung ke Bareskrim Polri untuk melapor penganiayaan yang dialaminya itu.

"Kita suruh pulang, besok datang lagi lapor untuk buat BAP. Tapi dianya lapornya langsung ke Bareskrim," kata petugas polisi di Polsek Tatinegara itu, Minggu, 31/1/2016 (detik.com).

Jika benar, Dita sedang mabok berat saat itu, apakah mungkin tidak ada satu pun polisi yang sedang piket di sana ketika itu yang tahu Dita mabok? Saat mengantar Dita ke rumah sakit untuk divisum itu, masakan polisinya tidak tahu kalau Dita sedang mabok berat?

 

Dari bentuk lebam membiru di bagian mata dan wajah Dita itu, dokter ahli akan dengan mudah mengetahui lebam itu dikarenakan apa, apakah bisa bentuk lebam seperti itu berasal dari tepisan tangan bercincin batu akik sebagaimana pengakuan Masinton, ataukah merupakan akibat dari suatu pukulan (tonjokan). Dokter bahkanbisa tahu berapa kali pukulan yang dialami Dita.  Kalau hanya akibat dari tepisan tangan tak disengaja, apa mungkin sampai lebih dari sekali.

Apalagi, tidak lama setelah kejadian, Dita sudah melakukan visum untuk luka lebam di bagian wajahnya itu. Saat itu tentu lebam membiru sampai mata kanan seperti berdarah yang dialami oleh Dita jauh lebih parah daripada yang terlihat sekarang, 9-10 hari kemudian. Dari hasil visum itu pasti dokter akan dengan mudah mengetahui apa sebetulnya penyebab lebam-lebam di mata dan wajah Dita tersebut.

 

Jika diperlukan, dapat diminta pula keterangan dari ibunya Dita. Sebab menurut Wibi, Ibu Dita sempat meneleponnya, memberitahukannya, benar, Mansinton telah memukul putrinya itu. Katanya, Ibu Dita bahkan sempat bertemu dengan Masinton yang datang membezuk Dita di rumah sakit bersama Abraham. Lalu, memawarkan semua biaya pengobatan akan ditanggungnya asalkan Dita tidak lagi memperpanjang kasus itu, dengan melaporkan ke polisi. *****

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun