Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ketika Fahri Hamzah Adu Mulut dengan Penyidik KPK

15 Januari 2016   17:01 Diperbarui: 17 Januari 2016   15:37 8011
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jumat ini, 15 Januari 2016, Wakil Ketua DPR dari Fraksi PKS Fahri Hamzah terlibat adu mulut dengan “musuh bebuyutannya”, KPK, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.

Petinggi PKS yang sudah lama punya cita-cita ingin membubarkan KPK itu menyatakan, tidak terima penyidik KPK yang hendak menggeledah ruang sejumlah anggota DPR turut membawa empat anggota brimob senjata laras panjang.

Penggeledahan penyidik KPK itu dilakukan berkaitan dengan telah ditangkapnya anggota Fraksi PDIP Damayanti Wisnu Putranti karena kasus suap, beberapa hari lalu.

Saat penyidik KPK yang dikawal empat anggota brimob bersenjata lengkap itu melakukan penggeledahan di ruang kerja Damayanti, dan ruang kerja anggota Fraksi Golkar Budi Supriyanto, semuanya berjalan lancar-lancar saja. Tetapi, saat mereka hendak menggeledah ruang kerja anggota Komisi V dari Fraksi PKS Yudi Widiana, datanglah Fahri Hamzah ditemani sesama anggota PKS lainnya Nasir Djamil, menghadang.

Fahri datang, sambil berkata dengan nada tinggi, "Mana yang mengaku bawa-bawa brimob tadi?"

Penyidik KPK yang bernama Christian maju meladeni Fahri Hamzah. Dia mengaku sebagai penyidik yang meminta penggeladahan itu dikawal anggota brimob bersenjata. Menurutnya, hal itu sudah sesuai dengan prosedur, sebaliknya Fahri Hamzah mengatakan senjata laras panjang dilarang dibawa ke Gedung Parlemen.

Terjadilah perdebatan di antara keduanya dengan nada tinggi, selama sekitar 5 menit. Kedua pihak bersikeras dengan pendiriannya masing-masing. Fahri bersikeras melarang penyidik KPK menggeledah dengan pengawalan brimob bersenjata, penyidik KPK bersikeras melanjutkan penggeledahan mereka itu dengan pengawalan brimob bersenjata.   Namun, akhirnya, Fahri Hamzah yang menyerah, dan memilih menjelaskan persoalan tersebut kepada wartawan.

Inilah sebagian cuplikan dari perdebatan antara Fahri Hamzah dengan penyidik KPK itu:

Fahri Hamzah, “... Dan, saya sudah katakan, tidak boleh membawa senjata laras panjang di Gedung Parlemen ini!”

Penyidik KPK: “Silakan, ..Bapak..”

Fahri Hamzah: “Jangan bilang silakan, dong, .. INI RUMAH TANGGA KAMI!”

Penyidik KPK: “Ini rumah tangga rakyat, Pak.”

Fahri Hamzah: “Ya,  rakyat, rakyat Indonesia, KAMI DIPILIH RAKYAT, SAUDARA TIDAK DIPILIH OLEH RAKYAT!”

Penyidik KPK: “Ya, saya tau, Bapak dipilih oleh rakyat ...  (rekaman terputus)

Jadi, Fahri Hamzah masih merasa rakyat memilih dia, dan tidak memilih penyidik KPK itu, tetapi tidak sadar selama ini dia bersama banyak anggota DPR lainnya, sama sekali tidak pernah menghargai dan melaksanakan kepercayaan rakyat kepada mereka itu. Maka itu, pemilihan rakyat terhadap anggota DPR seperti dia selama ini hanyalah sebatas formalitas semata, mereka namanya saja wakil rakyat, tetapi kenyataannya nyaris tak pernah menyuarakan aspirasi rakyat, bahkan lebih sering mengkhianati suara rakyat. Di antaranya, adalah keinginan kuat Fahri Hamzah dan kawan-kawannya itu melemahkan, bahkan membubarkan KPK, sedangkan rakyat berkeinginan sebaliknya.

Sebaliknya, KPK, meskipun para pimpinannya sampai kepada para penyidiknya tidak dipilih rakyat, tetapi kepada merekalah kepercayaan rakyat masih sangat dihargai. Tak heran, KPK adalah lembaga negara yang selalu nomor satu di urutan lembaga negara yang paling dipercaya rakyat. Sebaliknya dengan DPR, selalu saja masuk dalam daftar lembaga negara yang paling tidak dipercaya rakyat. Itu karena ulah dan perilaku anggota DPR seperti Fahri Hamzah ini. Seperti yang pernah saya, Fahri Hamzah, bersama dengan 4 pimpinan DPR lainnya, terutama dengan Setya Novanto (yang sudah lengser), dan Fadli Zon, bisa menjadi pimpinan DPR sebenarnya adalah suatu kecelakaan sejarah Indonesia. Tiga orang ini sangat tidak layak menjadi pimpinan DPR. Satu sudah lengser, tersisa dua, semoga saja segera menyusul.

Cuplikan adu mulut Fahri Hamzah dengan penyidik KPK di atas, mengingatkan saya dengan sebuah anekdot yang menggambarkan bagaimana pandangan rakyat terhadap anggota DPR selama ini, salah satunya adalah nyaris diidentikkan dengan koruptor.

Suatu ketika, seorang anggota DPR, sebut saja namanya Fahri, sedang berjalan kaki melewati sebuah jalan yang sepi. Tiba-tiba dua orang laki-laki menghadang jalannya, salah satunya mengeluarkan pisau dari sakunya, dan menodong Fahri.

Penodong: “Serahkan semua UANG KAMU!”

Fahri terkejut, tetapi berusaha tenang, lalu mencoba balas menggertak: “Kamu, tahu, siapa saya?! Saya ini anggota DPR, tau!?”

Fahri pikir, dengan menyebut dia anggota DPR, maka dua penodongnya itu akan ketakutan, dan meninggalkannya, tetapi, dia keliru, mendengar yang ditodongnya itu anggota DPR, dua penodong itu malah bertambah semangat, lalu secara bersamaan mereka berkata kepada Fahri dengan suara yang lebih keras lagi: “Kalau benar kamu anggota DPR, sekarang juga, serahkan seluruh UANG KAMI yang ada padamu, sekarang juga!”

Silakan klik di sini, untuk melihat rekaman adu mulut Fahri Hamzah dengan penyidik KPK itu.

*****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun