Analisa ngawur yang ditayangkan di situs pendukung PKS (PKS Piyungan) mengatakan bahwa ada kemungkinan serangan teroris di Jakarta dengan aksi pengeboman, pembunuhan, dan bom bunuh diri pada Kamis kemarin itu merupakan suatu bentuk pengalihan isu. Pengalihan isu itu, menurut penulis artikel itu adalah demi bisa menunda deadline divestasi saham PT Freeport Indonesia, yang berakhir persis pada tanggal kejadian aksi brutal dan biadab para teroris itu.
Dengan kata lain, penulis artikel itu mau bilang serangan terorisme itu hanyalah sebuah rekayasa, dan siapa lagi perekayasnya kalau bukan pihak Freeport, dan/atau pemerintah Indonesia sendiri. Masuk akalkah logika seperti ini?
Selain ngawur dan tidak masuk akal, tulisan tersebut juga menunjukkan ketidakpekaan, tidak adanya rasa simpatik, dan empati sedikit pun penulisnya terhadap peristiwa biadab tersebut, terhadap para korban dan keluarganya, terhadap rakyat Indonesia, dia juga tidak merasa penting bahwa dia harus mendukung pemerintah untuk melawan dan membasmi para teroris itu.
Selengkapnya tentang artikel itu sudah saya tulis di artikel sebelum ini.
Kalau pendukung PKS bersikap begitu, bagaimana dengan PKS sendiri?
Kita tidak pernah mendengar PKS mengecam aksi-aksi barbar ISIS, sebaliknya, kita pernah mendengar pernyataan dari dua petinggi PKS yang justru terkesan bersimpatik kepada ISIS, atau setidaknya merasa tidak penting Indonesia ikut berperan aktif melawan ISIS.
Pernyataan pertama, datang dari Anis Matta, saat dia masih menjadi Presiden PKS.
Pada Minggu, 21 September 2014, dalam pidatonya di hadapan 1.200 anggota legislatif terpilih PKS periode 2014-2019, di Hotel Sahid, Jakarta, Anis Matta berbicara tentang dunia yang berperang melawan ISIS. Menurutnya reaksi dunia, termasuk pemerintah Indonesia terhadap ISIS itu sangat berlebihan.
Anis mengaku, seusai berkunjung dan bertemu dengan para pimpinan partai Islam di Turki beberapa waktu lalu, Â ia mengetahui bahwa kekuatan ISIS hanya sebesar 30.000 orang. Oleh keran itu, katanya, sangat tidak relevan ISIS dimusuhi oleh puluhan negara (termasuk Indonesia).
"Kekuatan ISIS itu hanya 30.000 orang. Yang memusuhi 40 negara. Kalau dalam bahasa kita kan 'lebay’," kata Anis ketika itu.
Anis mengimbau kepada seluruh kadernya untuk menyadarkan masyarakat bahwa ada motif lain di balik masalah ISIS. Menurut dia, tujuan membesar-besarkan masalah ISIS bukanlah untuk memerangi Islam, melainkan untuk memetakan dan melihat arah kekuatan negara-negara di dunia.
"Ini salah satu upaya membangkitkan lagi situasi seperti Perang Dingin. Makanya, ISIS ini diributkan untuk melihat peta kekuatan dunia berdasarkan respons-respons dari masing-masing negara. Bukan Islam yang hendak diperangi di sini," ujarnya (Kompas.com).
Tentang pernyataan Anis Matta ini, saya juga pernah menulis di Kompasiana, dapat dibaca di sini.
Pernyataan kedua tentang ISIS, datang dari Wakil Ketua DPR dari Fraksi PKS, Fahri Hamzah, pada 19 Maret 2015.
Ketika itu, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Tedjo Edhy Purdjiatno menyatakan perlunya ada Perppu untuk mencegah ISIS masuk dan melancarkan aksi terornya di Indonesia.
Fahri Hamzah langsung beraksi cepat atas pernyataan Tedjo Edhy itu, dengan menyatakan ketidaksetujuan adanya Perppu itu, alasannya sama dengan Anis, Perppu anti-ISIS itu terlalu berlebihan.
"Permasalahan utama dari pemberantasan paham ekstrem yang utama adalah memperbaiki kesejahteraan rakyat," kata Fahri di Gedung Nusantara III, Jakarta, ketika itu.
Padahal, bagaimana rakyat bisa sejahtera, kalau ada ada teroris di antara mereka?
Fahri Hamzah mengatakan, ISIS merupakan produk isu wilayah timur tengah sehingga tidak perlu ditanggapi secara berlebihan.
Menurut dia pemerintah jangan gugup dan jangan berlebihan impor isu Timur Tengah karena tidak ada relevansinya dengan kondisi Indonesia.
"Pemerintah tidak bisa melihat masalah sederhana tapi malah dibikin rumit. Pemerintah jangan gugup. Jangan berlebihan impor isu timur tengah tidak ada relevansinya dengan Indonesia, kita punya tradisi islam moderat yang kuat," ujarnya (antaranews.com).
Sekarang, terbukti ISIS telah masuk dan menyerang Indonesia dengan aksi pengeboman, pembunuhan, dan bom bunuh dirinya, pada peristiwa 14 Januari 2016 itu.
Seperti yang diberitakan Kompas.com (14/1/2016), ISIS pusat di Suriah juga telah menyatakan bahwa mereka yang bertanggung jawab atas serangan teror di kompleks Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta itu.
Pernyataan itu disampaikan media propaganda ISIS, Aamaq, melalui saluran Telegram-nya, seperti dikutip Reuters, Kamis.
"Pejuang ISIS menjalankan serangan bersenjata pagi ini menyasar warga asing dan pasukan keamanan yang melindungi mereka di ibu kota Indonesia," tulis Aamaq.
Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Irjen Tito Karnavian juga menyatakan bahwa serangan yang menewaskan tujuh orang—lima di antaranya pelaku—dilakukan oleh ISIS di Indonesia.
Serangan tersebut, kata Tito, sebagai pembuktian sel ISIS pimpinan Bahrun Na'im untuk menunjukkan pengaruhnya sehingga bisa memimpin ISIS di Asia Tenggara dan Asia Tengah. Adapun di Indonesia, Bahrun hendak mendirikan sel ISIS bernama Khatibah Nusantara.
Sekarang, sudah terbuka fakta-fakta yang sedemikian jelas tentang ISIS dan aksi terornya di Indonesia itu, lalu, bagaimana dengan sikap Anis Matta dan Fahri Hamzah sebagai representasi dari PKS, tentang ISIS?
Sebelum Jakarta, aksi brutal ISIS selama ini sudah menyebar di berbagai negara dengan tingkat kesadisannya yang jauh di luar batas peri kemanusiaan. Â
Sebagai contoh, aksi teror ISIS di tahun 2015 saja, yang dapat disebutkan adalah sebagai berikut:  Juni, mereka menyerang Sousse, Tunisia, menewaskan 40 orang dan melukai 39 orang lainnya. November setidaknya ada tiga rangkaian teror ISI yang meneawsakan banyak orang di beberapa lokasi berbeda, yakni  Tunisia dengan korban 13 orang tewas; ISIS mengklaim sebagai pihak  yang bertanggung jawab atas peledakan pesawat Airbus A321 milik Rusia yang berpenumpang 224 orang. Pesawat itu meledak dan jatuh di Sinai. Lalu,  terjadi pula bom bunuh diri di Libanon, menewaskan 43 orang dan melukai 239 orang, ISIS lagi-lagi mengklaim bertanggung jawab; Oktober, ISIS menyerang Ankara, Turki,  menewaskan  sekitar 100 orang;  mendekati akhir tahun 2015, ISIS menyerang sejumlah tempat di Paris, Perancis, menewaskan 153 orang.
Di 2016 ini,  ISIS membuka serangan mereka di Istanbul, Turki, pada 12 Januari, menewaskan 10 orang, dan baru saja kemarin (14/1), giliran Jakarta diserang, menewaskan 7 orang, termasuk para teroris itu sendiri.
Â
Â
Saat kedua petinggi PKS itu menyatakan pernyataan mereka tentang ISIS tersebut di atas, PKS sebagai partai pun tidak membantahnya. Jadi, boleh dikatakan, pernyataan atau sikap mereka mewakili sikap PKS tentang ISIS ketika itu.
Pertanyaannya adalah setelah adanya fakta serangan teror ISIS di Jakarta itu, bagaimana sekarang sikap atau persepsi Anis Matta, Fahri Hamzah, dan PKS terhadap ISIS?
Apakah mereka akan meralat pernyataannya itu, ataukah tetap mempertahankannya? Seharusnya kejelasan itu ada dilakukannya. *****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H