Di bawah ini adalah contoh inkonsentesi penulisan/penyebutan nama-nama orang yang dimaksud media di Indonesia.
Menulis/menyebut nama depannya, bukan nama belakangnya:
Setya Novanto, dengan “Novanto”
Abraham Samad dengan “Samad”
Jusuf Kalla dengan “Kalla”
Susilo Bambang Yudhoyono dengan “Yudhoyono”
Tapi untuk nama orang-orang tertentu lainnya, pada media yang sama yang ditulis adalah nama depannya, bukan nama belakangnya, contoh:
Bambang Widjojanto dengan “Bambang”
Prabowo Subianto dengan “Prabowo”
Fadli Zon dengan “Fadli”
Sudirman Said dengan “Sudirman”
Maroef Sjamsoeddin dengan "Maroef"
Inipun tidak mutlak selalu demikian, untuk nama yang sama antara media yang satu dengan media yang lain bisa berbeda cara penulisan/penyebutannya. Seperti "Setya Novanto", "Abraham Samad", ada media yang menulis "Setya", dan "Abraham", ada media lainnya yang menulis "Novanto", dan "Samad".
Kenapa demikian? Mungkin hanya berdasarkan bagaimana enaknya kedengarannya?
Siapa ahli bahasa di sini, mungkin bisa menjelaskannya.
*****