Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Aneh tapi Nyata, Kapolri Samakan Konvoi Moge dengan Pemudik Lebaran 

21 Agustus 2015   09:24 Diperbarui: 21 Agustus 2015   11:38 5598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam aksi konvoi moge itu, kepentingan publik justru diharuskan mengalah, demi kepentingan hanya sekelompok orang yang hanya menyalurkan hobi mahalnya itu.

Jelas sangat jauh berbeda kepentingan para pemudik Lebaran dengan kepentingan para pemilik moge itu.

Dalam mudik Lebaran yang ada adalah kepentingan umum, kepentingan ratusan juta orang yang secara serentak dengan menggunakan aneka ragam moda transportasi mengalir dari berbagai kota ke kampung-kampung halamannya di seluruh Indonesia. Oleh karena itu merupakan kewajiban polisi untuk mengatur dan mengawal arus lalu lintas yang jumlahnya sangat banyak itu.

Di saat itulah kepentingan umum wajib diutamakan dibandingkan dengan kepentingan individu-individu. Oleh karena itu antara lain, sejak beberapa hari sebelum Lebaran tiba, berlaku larangan semua truk angkutan barang (dagangan) melintas di jalan raya, kecuali truk angkutan sembako yang berkaitan dengan kepentingan Lebaran itu sendiri.

Di sinilah waktu dan tempatnya polisi melaksanakan slogannya: Melayani dan mengayomi masyarakat umum.

Hal yang sangat berbeda dan sangat bertolak belakang dengan konvoi moge di jalan raya dengan segala macam arogansinya.

Di sini yang terjadi adalah sebaliknya, kepentingan segelintir orang lebih diutamakan daripada kepentingan umum sesama pengguna jalan raya. Dan, kepentingan yang dimaksud itu hanyalah merupakan penyaluran hobi mahal mereka. Demi menyalurkan hobi mereka mengendarai Harley-Davidson-nya di jalan raya, masyarakat diharuskan mengalah!

Mau tak mau masyarakat harus paham bahwa meskipun mereka dan para pemilik moge adalah sama-sama WNI, tetapi WNI bagi para pemilik moge itu ditambahkan singkatannya dari Warga Negara Istimewa!

Seperti konvoi di Yogyakarta itu, yang katanya dalam rangka memperingati 70 tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, dengan membawa bendera Merah-Putih segala, meraka pun memaksa masyarakat harus mengerti bahwa mereka adalah warga negara istimewa yang merdeka dan boleh bertindak sebebas-bebasnya mereka.

Para pemilik moge  itu selama ini kerap berperilaku arogan di jalan itu mungkin karena mereka berpikir saat dengan moge-nya melintas di sepanjang jalan raya, masyarakat akan terkagum-kagum dengan mereka yang tampak gagah dengan moge mereka yang super mahal itu, padahal yang sebenarnya adalah sudah lama masyarakat semakin muak dengan mereka.

Masyarakat tidak iri, masyarakat tidak berkeberatan mereka menyalurkan hobinya di jalanan dengan dikawal polisi, yang membuat masyarakat muak terhadap mereka adalah ulah arogansi mereka terhadap masyarakat sesama pengguna jalan. Mereka tak segan-segan main hakim sendiri terhadap masyarakat yang dianggapnya menghalangi kelancaran jalan mereka, atau berani melawan mereka, mereka  merasa seolah-olah di atas hukum dengan tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas, masuk jalan tol, dan sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun