Curahan hati SBY ini membuat dirinya sendiri kelihatan begitu naifnya. Mana ada di dunia ini, sebaik-baiknya hubungan antarnegara, suatu negara benar-benar tulus seperti malaikat dalam menjalani hubungan antarnegara itu. Bagaimana pun diam-diam mereka akan saling mengintai untuk mendapat informasi sebanyak-banyaknya demi kepentingan nasional mereka sendiri. Lihat saja, bagaimana negara-negara Eropa diperlakukan oleh AS.
Semboyan dari Defence Signals Directorate (DSD), inteljen Australia yang menyadap Indonesia, sudah menunjukkan hal itu. Semboyannya: “Reveal their secrets, protect our own,” atau “Bongkar rahasia mereka, lindungi rahasia kita.”
Jadi, meskipun namanya negara sahabat, kewaspadaan seharusnya tetap ada. Kecanggihan perangkat dan agen-agen inteljen negara sangat berperan besar di sini.
Di dalam negeri saja, di setiap negara, dalam dunia politik dikenal adagium, “Tidak ada yang namanya kawan abadi, tetapi yang ada adalah kepentingan politik yang abadi.”. Masa, iya, Presiden SBY bisa begitu saja percaya sepenuhnya kepada Australia? Apalagi mengingat pengalaman-pengalaman sebelumnya, seperti yang disebutkan di atas.
Indonesia juga pernah menyadap Australia. Harian The Australian, edisi Selasa (19/11/2013), mengutip pernyataan mantan Kepala BIN, Hendropriyono dalam wawancara dengan sebuah stasiun televisi Australia pada 2004. Dalam wawancara itu, Hendropriyono mengaku bahwa BIN pernah menyadap pembicaraan telepon para politisi, petinggi militer, bahkan warga biasa Australia (Kompoas.com).
Siapa yang berani menjamin, saat ini tidak ada lagi sadap-menyadap Antara Australia dengan Indonesia? Seperti yang dikatakan Kepala BIN Marciano Norman bahwa Australia sudah berjanji tidak akan lagi menyadap Indonesia. Percaya?
Karena “di Dalam Sadapan Itu Namaku Disebut”
Dari kronologis kasus penyadapan Australia terhadap Indonesia yang membuat SBY berang itu sesungguhnya terlihat bahwa SBY baru bereaksi keras ketika ketahuan dirinya secara pribadi bersama istrinya, Ibu Ani disadap oleh agen inteljen Australia itu. Sebelumnya, ‘kan kelihatanya dia tenang-tenang saja?
Ketika pertama kali terungkap, pada 29 Oktober 2013, AS menggunakan Kedutaan Besarnya di Jakarta untuk menyadap Indonesia, Presiden SBY masih tenang-tenang saja. Demikian juga ketika pada 31 Oktober-nya terungkap lagi, ternyata Australia juga menggunakan Kedutaannya di Jakarta untuk menyadap Indonesia, SBY masih belum terdengar suaranya. Banyak pihak sudah mendesak SBY untuk mengambil sikap keras terhadap AS dan Australia, tetapi tidak mendapat respon. Menurut keterangan Istana, kasus ini cukup ditangani oleh Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, berdasarkan pengarahan juga dari SBY.
Baru ketika pada 18 November 2013, berdasarkan sejumlah dokumen rahasia yang dibocorkan Edward Snowden, Australian Broadcasting Corporation (ABC) dan harian Inggris The Guardian memuat rincian siapa saja pejabat tinggi Indonesia yang disadap agen inteljen Australia itu, yakni, Presiden SBY, Ani Yudhoyono, Wapres Jusuf Kala, dan sejumlah menteri dalam kabinet SBY, barulah SBY berubah menjadi seperti harimau yang diganggu tidurnya. Sejak saat itulah kemarahan demi kemarahan diumbar SBY melalui beberapakali konferensi persnya. Seandainya nama SBY dan Ibu Ani tidak disebutkan, mungkin dia masih bersikap tenang seperti sebelumnya. Jangan-jangan di dalam sadapan itu juga ada pembicaraan mengenai kasus-kasus skandal tertentu, seperti Bank Century?
[caption id="attachment_279512" align="aligncenter" width="490" caption="(code-security.com)"]