[caption id="attachment_320125" align="aligncenter" width="336" caption="Saya dan keluarga disambut tokoh masyarakat Desa Wambar, Pak Haji Nasir Hegemur ketika datang di desa tersebut, 1 Januari 2014. Pak Haji menyambut kami dengan beberapa buah kelapa muda yang dipetik dari pohonnya, lalu dia sendiri mengupas dan membelahnya untuk kami semua yang terdiri dari sekitar 10 orang itu. Pak Haji sudah akrab dengan keluarga kami sejak lama (Foto kenangan saya ketika saya mudik di Fakfak)"]
Harmoni antarumat beragama di Fakfak juga tergambar di kepala pemerintah daerahnya. Yakni, adanya tradisi jika bupatinya beragama Islam, maka wakilnya beragama Kristen, begitu juga sebaliknya. Kebetulan sekarang ini, bupatinya Muhammad Uswanas (Islam) adalah teman satu kelas kakak saya waktu di SMA Katholik Don Bosco, Sorong, sedangkan wakilnya, Donatus Nimbitkendit (Katholik) adalah teman satu kelas saya (dari kelas 1 – 3) di SMP Katholik Don Bosco, di Fakfak.
Satu keluarga yang terdiri dari anggota keluarga yang berlainan agama juga bukan hal yang aneh di Fakfak. Ketika hari raya agama masing-masing tiba, maka semua anggota keluarga berkumpul di satu rumah untuk merayakannya bersama.
Lebih lanjut mengenai keharmonisan yang begitu tinggi antara umat beragama di Fakfak pernah disiarkan secara khusus di Metro TV, di acaranya yang bernama “Insight Papua” (Agustus 2013). Juga bisa dibaca di artikel yang berjudul “Satu Tungku, Tiga Batu, Sebuah Refleksi Pembelajaran dari Bumi Cendrawasih”, di sini.
Di “Insight Papua”, Metro TV itu, kita bisa mendengar beberapa kesaksian tokoh-tokoh setempat mengenai kerukunan umat beragama di Fakfak yang sudah berlangsung sejak zaman nenek moyang mereka.
Contoh, Simon Bruno Hindom, Ketua Dewan Adat Fakfak, bersaksi dengan menjelaskan kepada host “Papua Insight” yang datang ke rumahnya, “Karena saya marga Hindom, ... saya punya saudara juga ada di Muslimin, ada di Kristen Protestan, sedangkan saya di Katholik. Maka agama itu saya hormati sebagai agama milik keluarga saya. .... Anak saya, akan kawin dengan anak orang lain, yang beragama lain, maka keluarga saling menghormati agama masing-masing ...”
Seorang tokoh Hindu di Fakfak bersaksi, “Kita Hindu, tidak ada di dalam filosofi itu (“Tiga Batu, Satu Tungku”), tetapi kita merasakan, kita diterima, kita diajak bareng, untuk bersama-sama di dalam kedamaian itu. Untuk ikut di dalam filosofis itu. Jadi, saya ada di Bali, saya ada di Fakfak, tidak jauh berbeda mengenai kerukunan itu.”
Sajian acara "Insight Papua" tentang kerukunan umat beragama di Fakfak, saya sertakan di bagian akhir artikel ini.
[caption id="attachment_320123" align="aligncenter" width="448" caption="Rumah Ibadah Hindu, lokasinya di Desa Werba, yang penduduknya mayoritas Islam (Foto milik penulis)"]
Semoga Tuhan Menyertai dan Memberkati Majelis Hakim MK
Sungguh sedemikian indah harmoni kehidupan antarumat beragama di Fakfak, kenapa kini, kubu Prabowo-Hatta sedemikian teganya hendak mengusiknya, dengan melakukan fitnah-fitnah keji memprovokasi dengan isu-isu SARA dan kemerdekaan itu? Seolah-olah memang hendak memprovokasi dan mengadu-domba masyarakat di Fakfak dengan isu agama dan kemerdekaan itu, hanya demi membenarkan gugatan mereka di MK, untuk mencapai tujuan sebenarnya memenangkan gugatannya di MK, dengan menghalalkan segala cara. Termasuk cara-cara curang demi membenarkan tuduhan mereka kepada Jokowi-JK yang curang.
Sungguh benar, pernyataan keberatan dari Filep Wamafma dan Jimmy Demianus Iji tersebut di atas, yang mengharapkan tim hukum Prabowo-Hatta belajar sejarah, dan meminta maaf atas kesalahan fatal mereka ini. Tetapi, mana mau orang-orang dengan perilaku seperti itu sudi meralat kesalahan mereka itu, apalagi meminta maaf.
Ketua Majelis Hakim MK Mandan Zoelva mengaku sudah siap untuk memutuskan perkara perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) 2014 ini dengan seadil-adilnya. Untuk itu, secara pribadi dia sudah kerap mendekatkan dirinya kepada Tuhan. Salah satunya dengan cara melakukan salat Istikharah dan Tahajud.
“(Salat Istikharah) itu setiap hari kita sudah lakukan. Larena saat seperti ini untuk dapat ketenangan seperti itu digabungkan salat malam itu penting,” ujar Hamdan (Harian Jawa Pos, Rabu, 20/08/2014).
Hamdan juga menegaskan sama sekali tidak terpengaruh dengan aksi-aksi massa yang selama ini melakukan unjuk rasa di depan Gedung MK, yang diperkirakan jumlahnya akan mencapai puncaknya (ribuan orang) di Hari-H, besok, Kamis, 21 Agustus 2014, ketika putusan MK akan dibacakan. “Ada demo atau tidak, sama sekali tidak mempengaruhi putusan MK,” tegas Hamdan, sebagaimana diberitakan di Jawa Pos.
Semoga Tuhan Menyertai dan Memberkati Majelis Hakim MK, sehingga dapat melindungi mereka dari segala yang jahat, dan memutuskan perkara ini dengan seadil-adilnya. Amin.
Kita yakin, pada akhirnya, orang baiklah yang dilindungi dan diberkati Tuhan.
[caption id="attachment_320307" align="aligncenter" width="700" caption="Foto ini diambil dari Fakfak Utara (puncak), di bawahnya sisi kanan adalah pelabuhan kapal (foto oleh Suherlan Sunarto / panoramio.com)"]
[caption id="attachment_320305" align="aligncenter" width="448" caption="Pemandangan indah di Pulau Samai, Fakfak, Papua Barat (Foto milik penulis)"]
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H