Mohon tunggu...
Tommy Daniel Sijabat
Tommy Daniel Sijabat Mohon Tunggu... -

Seorang mahasiswa Teknik Mesin\r\nProgram Study Teknik Konversi Enegi\r\nYang ingin kerja di Pertamina\r\n\r\nYang gak nyangka masuk Teknik Mesin, tapi dari SMP suka bidang kesastraan...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

II MUSA 20:12 Ingkon pasangaponmu natorasmu, asa leleng ho mangolu di tano, na nilehon ni Jahowa Debatam tu ho

19 September 2011   13:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:49 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Empat hari kemudian Ompu ni Jonggara ditemukan telah meninggal di rumah “sopo”-nya oleh Boru Sianipar pemilik Lapo. Sudah berhari-hari dia tidak muncul di Lapo, Boru Sianipar jadi curiga lantas menyelidik kerumah Ompu ni Jonggara. Yang ia temukan adalah seonggok tubuh yang telah menjadi mayat, terbujur kaku di bale-bale bambu “Bulu Godang” buatannya sendiri.

Timbul Pandapotan Napitupulu MBA, begitu tertulis di atas meja kerja yang terbuat dari kayu jati yang keras dan mahal didalam ruangan berukuran delapan kali sepuluh meter itu.

Di sudut ruangan ada lemari kaca transparan yang berisi berbagai merek minuman keras yang berharga mahal seperti, Hennessy XO, Cognag MARTELL, Bourbon, Red Label, Blue label dan Calvados. Ditengah ruangan ada meja jati berukuran luas untuk keperluan meeting. Di sebelah kiri ada sofa yang empuk berbalut kulit dari Italy.

Timbul sedang asyik mengkalkulasi keuntungan yang akan diperoleh perusahaannya bulan depan yang akan berlipat. Dia baru saja membuka sebuah pabrik di daerah Muka Kuning Batam.

Telepon dari sekretarisnya berdering, melaporkan ada tamu seorang wartawan dari sebuah majalah dan surat kabar terbitan Medan. Seperti biasa sekretarisnya harus mengkonfirmasi terlebih dahulu sebelum tamu menemui Timbul.

“Bah… Horas Tulang…”, Amrin Simatupang sang wartawan menyapa.

“Bah..Horas, horas… songon na ro ho bere, apala aha na porlu…?!”, Timbul menyapa dengan akrab, Timbul sangat senang mengobrol dengan Amrin, karena beliau ini sangat pintar mengkilik-kilik perasaannya. Maklumlah bagi sipanggaron seperti Timbul sangat membutuhkan sosok parsarune buluseperti Amrin.

“Dang pola na dia Tulang… tentang pabrik ni Tulang on do… asa binaen nian baritana di Majalah Bonapasogit dohot di Harian Medan Pos, asa di boto angka par-hitaan naung mamora Tulang di son…”, Amrin menyatakan keinginannya mempublikasikan kehebatan Timbul seiring dengan dibukanya sebuah pabrik.

“Boi do i bah…, memang jago do ho bere pasonang roha ni Tulangmu…. beres ma annon anggo pasi sigaretmu….”. Timbul menyambut rencana Amirin dengan bersemangat, membayangkan semua orang di Balige dan Sangkar ni Huta akan membicarakan keberhasilannya di lapo lapo, langsung kambang birrik birriknya.

Amrin pun tersenyum cerah. Dia sudah membayangkan berapa kira-kira pasi-sigaret yang akan dia terima. Tempo hari hanya menyebutkan sekilas saja nama Timbul di koran dia sudah dapat ang-pauw yang cukup lumayan. Sekarang akan memuat artikel penuh dan di dua Media… “Mangallangi ma au…”, begitu kata hatinya.

Mereka berdiskusi panjang lebar tentang apa yang akan di muat di dalam artikel itu, tentunya pada garis besarnya semua hal-hal yang menyebutkan kehebatan Timbul. Amrin pun tidak pernah menanyakan akan asal usul gelar MBA yang tercantum dibelakang nama Timbul. Sebenarnya dia tau kalau Timbul hanya tammat SD, SMP tidak dirampungkannya karena keburu merantau setelah diusir oleh Ayahnya akibat kenakalannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun