Malcolm Gladwell dalam The Tipping Point menyebutkan tiga tipe manusia yang sangat berpengaruh dalam pembentukan jaringan networking. Tiga tipe itu adalah Konektor (Connectors), Pakar (Maven), dan Penjual (Salesman). Masing-masing tipe mempunyai karakteristik dan fungsi yang unik.
Konektor adalah orang yang kenal dengan banyak orang. Seringkali kali kita menemui orang dengan tipe seperti ini di sekitar kita. Kadang kala kita pun tidak tahu bagaimana bisa orang yang kenal dengan hampir setiap orang. Ketika pergi dengan seorang Konektor, di tengah jalan selalu saja ada orang yang ia sapa. Di jaman teknologi masa kini, mungkin Konektor adalah mereka yang mempunyai jumlah teman di Facebook paling banyak (dengan catatan: semua dikenalnya dengan baik).
Gladwell pernah melakukukan eksperimen sederhana untuk mengukur tingkat 'konektivitas' seseorang. Caranya adalah: Gladwell memilih dan menuliskan secara random 250 daftar nama belakang orang-orang di Manhattan, yang diambil secara acak dari buku telepon. Lalu ia mengambil sampel beberapa ratus orang yang dibagi dalam kelompok. Tiap orang diminta untuk membaca daftar nama tersebut dan memberi tanda jika ada yg dikenal.
 Lalu mereka diminta untuk menghitung berapa orang yang dikenal dengan nama akhir tersebut. Misalnya, si A mengenal tiga orang dengan nama akhir Johnson, yaitu Brian Johnson, Tracy Johnson, dan Randy Johnson. Maka si A mendapat skor 3. Begitu seterusnya hingga nama terakhir, lalu dihitung total skornya.
Sekelompok siswa sekolah mendapat skor rata-rata 20.96, artinya rata-rata dari mereka mengenal 21 orang dalam daftar nama tersebut. Kemudian sekelompok akademisi memperoleh rata-rata skor 39, dan wartawan dan professional 41. Skor tertinggi dan terendah di tiap kelompok pun bervariasi. Di kelompok siswa, skor terendah adalah 2 dan tertinggi 95. Untuk wartawan dan professional skor terendah 9 dan tertinggi 118.
 Dari sekitar 400 orang yang disurvey, Gladwell memperoleh 24 orang yang mendapat skor di bawah 20, delapan orang dengan skor di atas 90, dan hanya empat yang mendapat skor di atas 100. Orang-orang dengan skor tertinggi inilah yang disebut dengan Konektor.
Ada satu kisah tentang menarik. Siang hari pada tanggal 18 April 1775, di sekitar peternakan kota kecil Boston, seorang anak gembala mendengar para tentara Inggris berbisik-bisik tentang sebuah rencana penyerangan. Secepat kilat ia berlari memberitahukan informasi ini kepada seorang perajin perak bernama Paul Revere.Â
Penjelasan bocah itu membuat Paul tertegun. Hari itu ia mendengar berita yang serupa beberapa kali, Inggris akan melakukan serangan besar-besaran ke Lexington, sebuah kota kecil di barat laut Boston, dan menangkap dua orang pemimpin koloni Amerika yaitu John Hancock dan Samuel Adams. Inggris juga berencana menyerang Concord, pusat penyimpanan senjata dan amunisi pasukan koloni Amerika.
Malam itu, setelah berdiskusi dengan rekan-rekannya, Paul Revere memutuskan untuk menunggangi kudanya menuju Lexington di tengah malam. Dalam dua jam ia menempuh 13 mil melewati Charlestown, Medford, North Cambridge, Menotomy, dan Lexington. Di setiap persinggahan ia mengetuk pintu rumah para pemimpin koloni untuk mengabarkan berita tentang serangan Inggris, dan meminta mereka menyebarkan berita itu. Di setiap kota yang dilewati, lonceng gereja dibunyikan dan gendering perang ditabuh bertalu-talu. Berita itu dengan cepat menyebar seperti virus.Â
Pukul satu malam, berita itu sampai di Lincoln, Massachussets. Sampai di Sudbury pukul tiga pagi, di Andover (40 mil barat laut Boston) pukul lima pagi, dan di Ashby pukul sembilan pagi. Ketika pasukan Inggris memulai long march mereka ke Lexington pada tanggal 19 April, di sepanjang jalan mereka menghadapi perlawanan sengit dari para koloni, yang tampat terorganisir dengan baik. Dan akhirnya di Concord perlawanan Inggris dapat dipatahkan.
Ternyata, di malam hari saat Paul Revere memulai perjalanannya, pada waktu yang hampir sama ada satu orang sukarelawan yang melakukan hal serupa. Orang itu bernama William Dawes, yang memulai perjalanan ke Lexington melewati sisi barat Boston. William Dawes membawa misi yang sama dengan Paul Revere, menempuh jarak yang kurang lebih sama, dan di setiap kota ia juga menyampaikan pesan yang senada. Tetapi apa yang terjadi? Para pemimpin dan penduduk koloni tidak bergeming. Berita yag dibawa Dawes seolah hanya angin lalu. Dawes telah gagal menjadi seorang Konektor.
Kisah heroik Paul Revere cukup dikenal di kalangan siswa sekolah di Amerika. Namun tak banyak yang mengupas karakteristik unik yang dimiliki Paul Revere, yaitu Konektor. Pesan krusial yang dibawa Paul demikian cepat ditangkap dan dipercayai oleh para pemimpin di tiap kota. Logikanya, jika Paul tidak dikenal dengan baik oleh para pemimpin koloni itu, bagaimana mereka akan percaya dengan informasi yang dibawanya? Dan kriteria inilah yang ternyata menjadi kelemahan dari William Dawes. Jauh sebelum peristiwa itu, Paul Revere adalah sosok yang dikenal luas oleh masyarakat Boston.Â
Tahun 1774, atau setahun sebelum peristiwa heroik itu, Boston pertama kali membeli lampu-lampu jalan dan Paul ditunjuk sebagai panitia untuk mengatur pemasangannya. Ketika pasar di Boston membutuhkan regulasi, Paul ditunjuk sebagai administraturnya. Saat muncul epidemi penyakit pasca perang, ia terpilih menjadi petugas kesehatan. Manakala terjadi kebakaran hebat di sisi kota, ia membantu mendirikan Perusahaan Asuransi Kebakaran Massachusets dan namanya muncul pertama dalam piagam charter pendirian perusahaan.Â
Ketika masalah kemiskinan mengemuka, ia mengorganisir sebuah asosiasi donor dan terpilih menjadi presiden pertama organisasi itu. Dan saat terjadi peristiwa pembunuhan menggemparkan di Boston, Paul terpilih menjadi Ketua Juri di persidangan. Jadi, tidak heran jika Paul Revere dikenal dengan sangat baik oleh warga Boston. Paul memenuhi semua syarat menjadi seorang Konektor sejati.
Namun, seorang konektor tidak akan bisa bergerak jika tidak disupply oleh informasi yang tepat. Informasi ini biasanya dibawa oleh seorang pengumpul informasi yang disebut dengan Maven. Dalam pergaulan, kadang kala kita menemui seseorang yang tahu tentang banyak informasi.Â
Di kantor saya, ada seorang teman yang menjadi pengumpul informasi diskon dan tempat makan. Setiap kali akan mengadakan acara makan-makan, kami selalu minta informasi ke dia tentang restoran-restoran di Jakarta yang sedang diskon, atau informasi rumah makan baru yang masih promo, sekaligus jenis kartu kredit yang menyediakan diskon tersebut.Â
Tanpa diminta pun seringkali ia memberikan informasi itu. Untungnya, selera kawan kami ini cukup bagus, sehingga beberapa tempat yang direkomendasikannya cukup memuaskan perut kami. Dalam kasus lain kita sering menjumpai tipe yang serupa. Ada orang yang tahu banyak informasi tentang tempat shopping yang murah, informasi bursa saham secara lengkap, informasi perusahaan-perusahaan top yang sedang buka lowongan, hingga informasi gosip selebritis yang dikumpulkannya dari infotainment.
Perlu dicatat bahwa sifat seorang Maven bukan pasif, tetapi aktif. Ia bergerak ke banyak tempat, mendengar bisikan-bisikan, mendekati berbagai sumber informasi, membaca banyak media, dan mampu melihat hal-hal detail yang terlewatkan. Namun Maven bukanlah seseorang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain. Ada satu peran penting dalam networking yaitu Salesmen. Salesmen mempunyai kemampuan vital yaitu mampu meyakinkan orang di saat mereka meragukan informasi yang beredar. Gladwell memberikan contoh tentang seorang salesman usaha jasa perencana keuangan keluarga yang sukses.Â
Ia menuliskan sekitar 20 pertanyaan yang paling sering ditanyakan orang tentang jasa perencana keuangan. Misalnya, saat seorang perencana keuangan menawarkan jasa mereka, seringkali calon pelanggan mengatakan "saya dapat melakukan (perencanaan keuangan) sendiri".Â
Untuk merespon komentar itu, ada sekitar 50 jawaban yang mungkin antara lain: "Apakah anda tidak khawatir kalau ternyata melakukan keputusan dan tindakan yang salah, sementara tidak ada seorang pun yang bisa menolong anda?", atau jawaban yang lain "Saya yakin anda kompeten dalam pengelolaan keuangan. Tetapi apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan menimpa Anda dan istri, bagaimana anak-anak anda akan menangani hal ini?". Dan sebagainya. Dapat kita lihat bahwa jawaban-jawaban itu cukup persuasive. Inilah keahlian seorang Salesmen.
Jadi kesimpulannya, jika Maven adalah bank informasi, konektor adalah penyebar informasi dan perekat sosial, maka salesmen adalah pembujuk ulung untuk melakukan aksi. Masing-masing memiliki kelebihan dan peran vital dalam mengembangkan jaringan / networking. Lantas, termasuk tipe manakah Anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H