"Waduh mas saya sudah di kantor pukul segitu, malamnya juga saya langsung ada acara, bagaimana ya mas baiknya?"
"Oh tenang saja, Mas. Barangnya disiapkan saja di depan rumah yang bisa dijangkau oleh kurir kami. Nanti kami akan mengambilnya dengan menghubungi mas melalui telepon agar lebih tepat dan aman."
Bersyukur sekali ada JNE, aku tak perlu terlambat masuk kantor dan melewatkan acara di lapak malam harinya, barangku pun bisa terbang ke Kalimantan. Keesokan harinya aku menjalani hari-hari seperti biasa tanpa harus panik karena sudah ada JNE. Memang JNE top markotop, sih!
Pada setiap pertemuan niscaya ada perpisahan. Aku tak kurang-kurangnya bersyukur dikelilingi oleh orang-orang baik di kantor dan di lapak pemulung, terutama Riri. Gadis yang sudah menemani hari-hariku selama dua tahun terakhir ini. Aku yakin suatu hari nanti pekerja keras sepertinya akan menuai kesuksesan luar biasa. Setelah menangis dan melepas sedih bersama orang-orang tersayang, aku pamit.
Tiga hari kemudian, aku sudah berdiri di asrama baru. Saat pertama kali sampai, bukan kawan baru yang menyambutku, tapi JNE! Ternyata barangku yang segebok itu sudah sampai. Buset cepet amat, batinku. Dengan langkah baru dan senyum lebar, aku memulai kehidupan baruku di sini. Meskipun jauh dari ibu kota, jauh dari Riri di lapak, aku tak perlu khawatir. Cabang JNE ada dimana-mana di sini, aku sudah mengeceknya di internet kemarin. Tak perlu takut tak bisa berbagi, karena bersama JNE, aku tetap bisa berbagi kapanpun dan dimanapun aku berada.
Ada. Orang-orang yang terbiasa mendahulukan kebahagiaan orang lain di atas kebahagiaannya sendiri, baginya melihat orang lain tersenyum itu memberinya kepuasan tersendiri, seakan menjadi orang paling berhasil di dunia.
Hai kamu, jangan lupa merawat bahagiamu ya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H