“Apa tidak ingat sedikitpun padaku ? boong kamu ahh…..!” Dia mengeluh dengan nada marah.
“Masa aku boong, dosa besar itu….betul aku lupa, maafin aku ya ! Aku hanya hamba Alloh yang penuh dengan kekurangan, pikiranku kadang lemah, otakku tak stabil menjabarkan masalah di dunia ini !”
“Kamu sibuk memikirkan negara ini, tapi tidak memikirkan negara cinta kita !”
Aku berusaha menjelaskan seadanya, di luar hujan begitu deras dan petir bersautan, kadang aku kurang bisa mendengarkan kata-kata yang sedang dilanda amarah di sana.
Hingga itu berlanjut, aku sangat sulit menemuinya lagi. Jika aku hubungi sejuta alasan terlontar darinya tak bisa temui aku. Sudah 3 bulan berlalu purnama, aku galau menata cintaku, aku pusing menata jadual penyelesaian tugas-tugasku.
Kadang halusinasiku bergentangan bebas, aku melihat wajah amarah kekasihku di bagian halaman tugas perkuliahan tersulit. Membuatku dihimpit dua kekuatan besar, amarah kekasih dan dosen killer.
***
Besok Minggu ada jadual film-film baru di bioskop, aku lihat deretan waktu main Film Ancika. Lanjutan film Dilan yang lalu rupanya. Daripada di rumah, menonton bersama keluarga asik juga sepertinya, sembari mengenang masa-masa tahun 1995 dahulu. Tak seperti waktu aku mahasiswa dulu kini membeli karcis bioskop dan memilih kursi bisa secara online tak perlu antri depan loket seperti dulu, hanya modal jempol kita atur segalanya di HP kita.
Sekarang musim hujan, hujan rintik menemani kami dengan sedikit dag…dig…dug kemacetan kota Bandung bila hari libur. Takut telat maksudku.
Tak lama kami tiba di lantai atas sebuah Mall besar, agak ngos….ngosan…kami berjalan cepat. Wajar kami sudah agak berumur sekarang….heheh. Kami masukkan data pada Mesin Print Karcis, macet itu mesin ternyata….Panik !.
Pengunjung lain juga kesal, sedangkan film sudah saatnya diputar. Salah seorang pengunjung hampiri petugas jaga bioskop dan lolos masuk. Wow, aku ikuti juga dong, hore….kami lolos juga dan langsung hendak masuk ruang biokop 4. Langkahku terhenti seperti mengingat ada yang tertinggal,